Kamis, 21 Oktober 2021

Bekerjalah Saat Orang Lain Bekerja


Artikel ini pendapat pribadi aja, belum tentu cocok di semua kondisi.

Alasan utama menyarankan itu adalah biar gak ganggu rekan kerja disaat waktunya istirahat. Ada orang yang okay aja diganggu di luar jam kerja, tp khusus untuk diri saya, jujur saya merasa sangat terganggu. Saya memilih untuk memisahkan waktu kerja dan waktu istirahat. Jelas, saya tidak suka saat jam istirahat, dituntut untuk kerja, ngerjain sesuatu yang kalau ditanya deadlinenya, bilangnya “segera” hiiih pengen tak hih wkwk

Kenapa gak pas jam kerja aja nyuruhnya? Kenapa saya kerja situ santai-santai, pas saya istirahat, eh malah disuruh kerja lagi.. Hargailah waktu orang lain. Pun saya, jika kerja overtime, saya berusaha gak bikin orang lain kerja overtime juga, mau nanya aja nunggu besok pas jam kerja. Dengan petugasku, kalau gak deadline hari itu harus selesai, ya sebisa mungkin pas jam kerja.

Selain itu, waktu kerja emg paling baik ya yang sesuai aturan. Kualitas hidup jadi lebih baik. Tidur juga malam, pas orang lain tidur dan itu waktu terbaik dari sisi kesehatan. Yuk lah, kerja saat rekan kerjamu juga kerja. Kalau butuh apa-apa enak, karena ada juga yang sangat ketat, kalau bukan jam kerja gak mau kerja, bahkan punya 2 hp dan 2 nomer telfon. Nah lo, kalau gitu gimana, kalau kerjaan itu deadline dan kamu butuh rekan kerjamu gimana? Kan ya nyusahin diri sendiri juga.

Kalau sekedar bertanya yang gak pakai mikir jawabannya sih masih ku toleransi, tapi kalau udah suruh revisi, nyalah-nyalahin, ngerjain kerjaan, mikir keras, ditambah lagi “segera”,, yuh yuh yuh sebel bangetttt. Tapi ya mau gimana lagi, emang belum bisa misahin antara jam kerja dan jam  istirahat. Apalagi kalau dah petugas nelfon bingung, hmmm, ya mau gimana lagi. bagian dari resiko kerja dan tanggung jawab.

Tapi marilah kita memelihara kesehatan mental bersama-sama. Mari ciptakan lingkungan kerja yang sehat. Kalau lingkungannya damai kan kita juga ikut damai kan. So, please, lakukan bersama-sama, karena kalau cuma sendiri ga bisa tercipta itu. Mudahkan urusan orang lain, insyaAllah, Allah SWT akan memudahkan urusan kita. Kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit.

Pelajaran juga bagi bawahan, jangan sampai ganggu waktu istirahat atasan, sesama rekan kerja aja, kalau bisa jangan, apalagi ke atasan, hmm big no. Tapi untuk case khusus yang emg sangat urgent bisa lah, tidak masalah itu. Tapi kalau bisa pas jam kerja, plis lakukan di jam kerja. Karena kita semua kerja tujuannya untuk  keluarga, jadi jangan diambil waktu bersama keluargannya. Kita kerja agar bisa hidup nyaman, istirahat nyaman, maka jangan diganggu waktu istirahatnya.

Udah diluar jam kerja, eh nyuruh atasan, plis jangaan. Nyuruh aja gak tepat kalau bawahan ke atasan, adanya minta tolong. Bukan juga bertanya, “bisakah ditemani mendata?” disaat weekend. Tidak sopan menurutku. Oo iya, hal yang gak sopan lagi, langsung panggil “nama” ke atasan, tanpa ada embel-embel, pak, bu, mbak, kak, dsb walaupun umurnya dibawahmu, plis panggil jangan nama doang. Oo iya, pintar-pintar menempatkan diri, jangan merasa jadi paling jago terus meremehkan rekan kerja apalagi atasan. Hormatilah ia, buang jauh-jauh rasa tidak suka dan bencimu, bukan untuk dia, tapi untuk kedamaianmu sendiri. Semoga lancar dan sukses dimanapun berada, maaf jika menyingungmu..

Senin, 20 September 2021

She Needs to be Prioritized



She said, “sibuk apa engga tergantung prioritas”

Mungkin emang gitu ya wanita selalu meminta untuk diprioritaskan, seperti dia memprioritaskan laki-laki tersebut. Namun mencoba melihat dari sisi si laki-laki, terkadang memang gak semua kejadiaannya seperti itu, ada hal lain yang lebih penting darinya dulu. Bukan berarti tidak memprioritaskan, tapi sometime emang hal lain lebih perlu. Tapi tetep, it breaks her heart.

Mengetahui kenyataan bahwa dia bukan satu-satunya yang terpenting dalam hidup si laki-laki, memang pahit. Namun, sepertinya kejadiaannya memang seperti itu. Kebutuhannya untuk diprioritaskan, lalu terlukai jika tidak, mungkin terus akan berulang. Tapi memang kehidupan isinya ga hanya yang manis-manis aja, harus mau yang pahitnya juga. Kadang pahit itu sebagai treatment untuk lebih sehat lagi hatinya. Hehe, ketawa miris.

Dengan siapapun kehidupan ia jalani, pasti ada kecewanya. Tinggal apakah bisa diteruskan, apakah layak untuk diperjuangkan. Atau memang perjuangannya tidak terlalu kuat hingga tidak mampu untuk meneruskan. Hubungan koleris-plegmatis, emang biasanya si koleris merasa sudah memberikan segalanya, sedangkan ia merasa pasangannya tidak berjuang sama sekali atau kurang perjuangannya. Sedangkan dari sisi si plegmatis, kenapa harus terus berjuang, padahal ia merasa sudah cukup sangat berjuang dari sikapnya yang biasanya; santai, gak mengejar apapun, dsb

Ada wanita, jika tidak diprioritaskan, merasa sangat tidak percaya diri. Mungkin ia tidak cukup membuatnya yakin untuk menjadikan ia sebagai prioritas. Apakah pasangannya deserved, apakah ia deserved untuk bersama, banyak sekali pertanyaan yang ada di dalam dirinya. Memikirkan kembali, apakah layak atau tidak. Apakah pasangannya siap atau tidak. Pun begitu dengannya, apakah ia siap dan layak.

Mungkin dalam fikirannya “harus mencari laki-laki keberapa yang sanggup menjadikan ia sebagai prioritas.” Nope, mungkin ia perlu juga meneruskan kehidupannya bahwa masih banyak yang perlu di perjuangkan. Ganti fokus. Kehidupan bukan hanya tentang laki-laki. Bahwa sendiri atau berdua, ia tetap utuh, ia tetap layak untuk bahagia. Tidak mengantungkan kebahagiaan kepada mahkluk, nanti kecewa, ‘eh beneran kecewa’.

Setiap kejadian dalam kehidupan memberi kita pelajaran. Semoga tidak mudah lagi terlukai dan kecewa. Lebih di hargai lagi dirinya. Bisa bahagia.

Lebih menerima dirinya, bahwa ia tidak sempurna. Terkadang bahagia, sedih, merasa dicintai, merasa tidak dicintai, rame, sepi, terluka, kecewa, sembuh, senang, dsb. Menerima diri yang butuh di prioritaskan. Menerima kurang dan lebihnya pada diri. Its okay… semua akan baik-baik saja pada waktunya. Kalaupun hari ini tidak semangat, lagi murung, atau emosi-emosi negative lainnya, gapapaa, it is just a bad day not a bad life.

Dari kejadian ini jadi lebih mengenal diri, kebutuhan diri dan semoga lebih terlatih ya, jadi kedepan hal-hal seperti ini tidak terlalu menyakitkan, kan pernah dialami, semoga.

Rabu, 18 Agustus 2021

Untukmu Wanita Single: Dont Give Up

Kamu berpendidikan, kamu belajar, kamu financially stable, kamu bermanfaat bagi keluarga dan orang lain, kamu mempunyai karakter yang baik, dsb. Dengan semua hal-hal positive yang ada di diri kamu, ga pantas untukmu jika menyerah. Kamu layak mendapatkan yang terbaik menurut versimu. Jangan menurunkan standard hanya karena takut tidak akan ada yang memenuhi. Tetapkan hal-hal yang menjadi pointmu dalam mencari pasangan. Misalkan, nomer 1, gak merokok, terus ada perokok yang ndeketin kamu dan gak mau berubah, tapi karena kamu takut gak dapet orang lain, akhirnya kamu mau sama dia. Plis, tenang dulu, fikirkan lagi keputusanmu. Itu cuma 1 kriteria aja, kamu bisa pasang banyak kriteria, jika kamu tidak bisa mentoleransi dan menerimanya dengan hati yang lapang, tinggalkan.



Kamu sandwitch generation, yang harus bantu orang tua, kakak, adek, ponakan, kakek ,nenek, bahkan om dan tante. Harus clear di awal dengan pasanganmu, kalau dia tidak bisa mentoleransi itu, ya cari yang lain. Jangan malah kamunya maksain diri memenuhi kriterianya yang bertabrakan dengan kondisi kamu. Kehidupan pernikahan tidak akan selamanya mudah, jadi jangan mempersulit dengan hal-hal yang bisa kamu antisipasi dari awal. Dari point ini aja udah gak cocok, apalagi setelah mengenal lebih jauh di dunia pernikahan, sepertinya akan banyak hal yang diluar ekspektasimu.

Jika dia bilang, “setelah menikah nanti aku akan berubah.” No way! Pernikahan bukan sekolah yang hanya bertangung jawab untuk mendidik orang dari yang ga punya ilmu berubah menjadi lebih banyak ilmu. Pernikahan juga bukan panti rehabilitasi, yang menyembuhkan semua ketergantungan akan hal-hal buruk. Pernikahan pun bukan rumah sakit, yang menyembukan semua luka. Lakukan semua itu sebelum menikah, lihat perubahannya, serius gak dia mau berubah. Memberi hidayah ke orang itu bukan tugasnya manusia, yakalik kamu mau ambil wewenang Allah SWT, gak bisa!

Umur 25 tidak menjadikanmu wanita yang SALE 20%, 27 tahun SALE 40%, 30 tahun SALE 70%. Nooo, diumur berapapun kamu tetap berharga, bukan barang diskonan atau barang gratisan yang bisa siapa aja ambil, yang penting ada yang mau. Jangan. Sendiri lebih baik daripada dengan orang yang tidak tepat, menyakitimu terus menerus dan disengaja.

Jangan jual murah diri kita ke laki-laki. Jika sekali kamu dekati, tidak ada respon. Dua kali, tidak ada kabar. Tiga kali, menghilang. Dan batas angka yang telah kamu ciptakan, jika tetap tidak ada balasan. Sudah. Tinggalkan. Jangan mempermalukan diri sendiri. Dia tidak akan begitu jika mempunyai perasaan dan siap dengan dirimu. Ingat, kamu sangat berharga.

Aku tau, menjadi wanita single harus strong melawan sepi, omongan orang, perlakuan “beda”, dsb. Kamu harus mulai deal with it. Mulai belajar mengendalikan jika semua hal tidak menyenangkan itu datang. Its okay to be alone. Kamu tetap utuh dengan apa yang ada dalam dirimu. Damai adalah pilihan, yang bisa diusahakan, dengan selalu mendekatkan diri ke Allah SWT, bersikap positive, dsb. Sepi dan semua emosi negative memiliki fase masing-masing, pun ketika kamu sudah menikah, sometimes kamu juga akan merasa sepi. Jangan mengantungkan kebahagiaan dan semua hal dalam hidup kita ke manusia, akan kecewa, namun selalu berpegang teguhlah ke Allah SWT. Sendiri atau berdua, kamu tetap perfect, ciptaan Allah SWT yang sempurna dalam versimu.

Aku tetap mendukungmu, apapun pilihan hidupmu. Untuk mengejar apapun yang ingin kamu kejar. Untuk menunggu siapapun yang ingin kamu tunggu. Untuk meninggalkan dia yang tidak layak. Untuk menjadi versi terbaik dari dirimu.

Selasa, 17 Agustus 2021

Menjadi Diri Sendiri

Semakin dewasa, akan menemui banyak orang otomatis banyak karakter dan pemikiran. Dan kita gak perlu menyenangkan semua orang, karena hampir gak mungkin itu terjadi. Kita pernah merasakan, bahwa gak cocok aja sama seseorang, gak tau alasannya apa. Begitupun orang ke kita, bisa aja gak suka sama kita tanpa alasan. Sebaliknya, ada yang suka sama kita tanpa alasan, ya nyaman aja gitu, sepemikiran. Orang yang gak akan menyakiti kita dengan sengaja, berbuat buruk di kamusnya dengan segaja ke kita itu gak ada sama sekali.



Stop berpura-pura jadi yang terbaik, memenuhi ekspektasi semua orang, yang kita sebut sebagai people pleaser. Karena melelahkan sekali dan akan banyak hal yang ditutup-tutupi, tidak real. Sudahlah menjadi diri sendiri aja udah berat lo, apalagi harus menanggung perasaan bersalah karena tidak jujur. Biarlah orang lain menujukan sikapnya ke kita saat kita tidak bisa memenuhi keinginannya, jadi tau kan orang seperti apa dia. Jadi paham, harus bersikap seperti apa kedepan, apakah dimasukan ke circle terdekat atau keluarkan dia jauh-jauh.

People pleaser, bikin orang yang bener-bener care jadi ga nyaman. Dia tidak bisa menolak, selalu bilang iya, padahal hal tersebut gak wajar dilakukan. Dia gak tegas, gak bisa bedain prioritas, gak bisa menetapkan batasan toleransi. Cuma bisa ngerutu dalam hati, tangungjawabnya sendiri ditunda demi orang lain. Kalau dia orang terdekat kita, kita pasti kasihan, plus sebel, benci, dsb. So, jangan jadi orang yang seperti itu. Kalau dia care apapun keputusanmu, akan dihormati. Hal-hal kecil tidak akan merubahnya menjadi orang yang membenci kita. Akan memahami kita. Jadi, jelasin aja, berani bilang tidak.

Kita bukan milik semua orang. Jadi, prioritaskan orang terdekat saja. Mereka akan mengantikan kita dengan mudah, tapi untuk sahabat dan keluarga kalau kita gak ada, gak akan bisa digantikan. Jadi jangan ngorbanin orang-orang terdekat untuk memenuhi ekspektasi semua orang.

Semua orangpun akan pergi, hanya tersisa diri sendiri yang akan menemani. Gak boleh dikorbanin juga. Sama diri sendiri harus baik. Jika ia butuh istirahat, penuhi. Jika ia butuh sendiri, sementara menyendirilah. Jika ia butuh nutrisi, sediakan yang paling sehat menurutmu. Tidak apa-apa untuk merasakan sepi, sedih, marah, dan emosi negatif lainnya, karena artinya emosi positif juga bisa kita rasakan.

Kita tidak akan pernah tau apa yang dirasakan orang lain ke kita. Sedalam apa rasa yang ia punya untuk kita. Tapi, its okay. Gak semua hal kita harus pahami. Ada hal-hal yang kita cukup lepaskan saja, biar berjalan apa adanya. Untuk itu, gapapa kalau sometimes kamu ngecewain orang lain karena ketidakmampuanmu. Pun juga someday, orang lain bahkan orang yang sangat kita percaya akan mengecewakan kita juga. Wajar, agar kita paham bahwa hanya Allah SWT tempat kita bersandar dan bergantung bukan makhluk. Tidak ada manusia yang sempurna, selalu menyenangkanmu. Maka, punyailah toleransi dan pengertian agar tidak terlalu sakit saat itu terjadi.

Kita tidak harus bahagia sepanjang waktu. Ada masanya, merasa tertekan, kecewa, tidak dihargai, dsb. Karena kita ini masih di dunia, tempatnya berbagai macam ujian dan hukuman. Terima semua apaadanya. Kita tau bahwa tempat istirahat terbaik yang berisi hanya kebahagiaan dan kedamaian tempatnya di surga. Semoga kita semua yang baca ini dapat merasakan nikmat itu. Aamiin

 

Senin, 16 Agustus 2021

2 Karakter Orang Ini Bisa Ditemui di Tempat Kerja!

Haii, kamu udah kerja? Atau persiapan mau kerja? Jangan kaget yaa, mungkin kamu akan bertemu orang yang seperti ini di dunia kerja :) Dulu pas kuliah atau sekolah mungkin lingkunganmu homogen, ya karena setiap orang tendensinya ilmu, (walaupun ada juga yang tendensinya nilai sii) Tapi saat di dunia kerja, setiap orang punya tendensi yang bermacam-macam, ada yang kenyamanan dirinya sendiri (dalam artian egois), ada yang tendensinya duit duit duit, ada yang tendensinya kekuasaan, perhatian semua orang, pengakuan diri, menyalahi aturan untuk menutupi kekurangan diri, dsb.. Tapi ada juga yang baik, emang kerja buat ibadah. Dan setiap orang pasti berubah, ada yang baiiikkk, tapi sometimes dia menyakitkan, dsb. Baik, di artikel ini ngomongin yang negative dulu yaa, persiapan yang buruk dulu.. next artikel mungkin akan ada karakter baik orang di tempat kerja.
Eh, ini bukan berarti saya alami yaa, jadi jangan baper, karena saya orang yang suka mendengar, jadi diceritain sama ortu, temen yang cerita masalahnya atau temen yang cerita masalah temennya. Selain itu, karena saya juga suka baca, ada yang dari tulisan orang lain.. 

 1. Lari dari tangung jawab lalu menyalahkan orang lain. 

 Bikin nangis! Iyaa, sedih banget kalau ada temen kerja yang kaya gini, apalagi kalau itu bawahanmu yang kamu percaya bahwa dia bisa, mampu, baik, dsb. Ekspektasimu tinggi terus malah kamu dijelek-jelekan di depan semua orang bahkan atasanmu. Ga nyangka! Bingung. Seketika ga bisa mikir. Pernah mengalami? Hmm, pasti terlewati kok, jangan putus asa ajaa, tetep maju. Sedih boleh, tapi tetep harus diselesaikan masalahnya. Minta bantuan orang lain, karena berat banget ini, dengan dukungan dan bantuan orang lain aja masih berasa berat, apalagi ga punya support system, huhu kacau sihh kalau sampai kaya gitu.. Makanya cari, egonya dibuang dulu semua.. Tetep ga nemu, tenang, kamu punya Allah SWT :’) 

 2. Jelek-jelekin di sosmed 

 Kamu kira dia akan mendukungmu bagaimanapun kamu, jadi kamu cerita semua perasaanmu ke dia. Eh malah bahan curhatanmu dijadiin story, menginjak-injak kelemahanmu. Atau emang kamu ga gitu tapi dia meremehkan kamu di belakangmu. Mungkin karena dikira gak pernah buka storynya, eh ternyata alam mengantarkan pesan untuk sekali ini buka storynya, duaarrrrr, kamu baca dan itu sepertinya jadi yang terakhir kamu buka itu. Patah hati, sangat, ga nyangka, iya, sakit hati, banget. Healingnya bakalan lama sih ini, tapi gapapa, kamu bisa! Ga boleh dibalas balik, karena kamu akan sama kualitasnya dengan dia. Tenang, calm, anggab tidak terjadi apa-apa(karena kamu harus tetap profesional saat kerja). Nangis boleh, tapi jangan sampai orang tau. Tetap baik ke dia, karena setiap orang berubah. Gak bisa sedeket dulu gapapaa, yang penting jangan nambah musuh. Kamu akan bersyukur suatu saat karena tidak meledak-ledak, tidak membalas, tetap baik, dsb. 

 Pesan juga sih, bijaklah mengunakan sosmed, curhat yang ngomongin orang itu jangan di sosmed. Walaupun kamu ga nyebut nama, tapi itu malah membuat banyak orang jadi merasa, terus tanpa sengaja kamu menyakiti hati lain. Kan sediih dan kasiann... Apalagi nyebut nama, ngibah itu namanya, kalau tidak benar jadi fitnah, ih ngeri dosanya. Pesan kedua, batasi kepo dengan story orang, lebih mendamaikan hidup, memfilter informasi apa yang masuk ke otak, hide status atau batasi siapa aja yg kamu liat storynya adalah salah satu kunci ketenangan hidup hehe 

Waa, 2 dulu deh. Panjang banget yaa. Next article insyaAllah disambung lagi. Aku gak mau ambil waktumu banyak-banyak hehe

Minggu, 15 Agustus 2021

Menemui Akhirnya

Setelah berbulan-bulan berfikir, merenung, dan meminta petunjuk dariNya. Akhirnya, aku memberanikan diri untuk bertanya. Akhirnya, aku tau apa yang ada di fikiranmu. Walaupun memaksakan diri dan membuang jauh ego, tapi aku tidak pernah menyesal untuk keputusan bertanya itu.


Berakhir sudah keabu-abuan tersebut, menjadi hitam sepenuhnya, tidak ada harapan cerah. Kamu telah lama melepasku, akupun harus melepasmu. Aku bahagia atas apapun keputusanmu. Meskipun kita tidak bersama, aku masih tetap menganggapmu hebat. You are magnificent. Berdecak kagum, seperti orang yang baru keluar dari melihat pertunjukan yang beyond the expectation.

Berakhir sudah cerita pendek yang dilalui bertahun-tahun karena memang sedikit sekali interaksi kita. Sudah cukup, aku berdoa untuk kebahagiaanmu. Aku menyerahkan semua kepadaNya. Aku pasrahkan semuanya. Tidak ada harapan apapun. Cukup sudah. Menjalani hari seperti biasa, berulang terus menerus. 

Khawatir, dengan adanya varian baru corona, yang sangat cepat menyebar. Semoga kamu dan orang-orang terdekatmu aman dan sehat. Jaga kesehatan yaaa. Semoga bahagia selalu, damai, tenang, tentram hidupmu. Aku tidak akan bilang, “jangan keras ya terhadap dirimu.” Karena kamu tipe yang sangat ketat dan keras terhadap dirimu, untuk terus menjaga dan melangkah maju. Tidak, aku tidak mengangap itu buruk, justru itulah salah satu kelebihanmu. Y a, kamu pasti tau lah aku tidak menuntutmu dan memintamu untuk berubah, karena aku mengagumimu dengan apa adanya kamu, senatural mungkin, itu sudah membuatku (.....) tidak bisa tertuliskan hiks hiks

_paragraf diatas sebenernya kata-kata yang ingin kusampaikan, tapi tidak bisa, yasudah biarlah menjadi kata yang tak pernah dibaca maupun didengarnya_

Mungkin masih ada saatnya aku memikirkanmu, namun aku yakin dengan seiring waktu kuantitasnya akan berkurang, bahkan hilang, lalu mungkin muncul lagi karena tidak sengaja terlintas sosokmu. Biarlah, apa adanya. Aku tidak memaksakan diri jika itu tentang kamu. Tenang, kamu tidak pernah mengecewakanku. Kamu tidak pernah menyakitiku. Kamu tidak pernah menjadi orang yang aku benci. Aku tetap seperti ini. Melihatmu, seperti bunga, laut, langit, hamparan hijau, tanam dan semua hal yang indah, namun tidak pernah menjadi milikku. Hanya bisa melihat keindahannya, lalu pulang lagi ke rumah.

_aa paragraf diatas juga pengen kusampaikan ke kamu, tapi tetap tidak tersempaikan._

Oke. Gapapaaa. Aku mencoba membuat paragraf lain yang tidak ingin kusampaikan ke kamu. Baiklah mari membicarakan diri sendiri.

Kosong. Iya, memang kosong, tidak ada apapun dalam diriku. Namun, aku tetap tidak akan pernah menyerah dalam hidup. Akan aku jalani setiap harinya dengan baik. gagal berkali-kali, biarlah, memikul banyak beban, yaa emang gitu kehidupanku. Tidak ada yang patut dibanggakan, biarlah. Tidak ada nilai plus katanya, ya sudahlah. Aku menerima diriku, kurang dan lebihnya, apapun itu. Aku tidak menyerah. aku tetap bertahan dan berjuang setiap detiknya. Untuk tetap tidak menyakiti diri atau menyalah-nyalahkan diri. Cukup untukku bisa terpenuhi kebutuhan hari ini. bisa makan dengan tenang, berada di lingkungan yang nyaman, meskipun tetap harus melawan diri sendiri, biarlah kujalani ini.


Minggu, 14 Maret 2021

A Woman Thought: Menunggu

Menunggu. Ya kebanyakan wanita memilih menunggu daripada memulai terlebih dahulu. Bukan karena ia tidak mau berjuang dan berusaha, tapi banyak alasan mengapa ia memilih untuk menunggu saja.



Ia memiliki kehidupan yang berat

Sehingga, tidak mau menyeret orang masuk dalam kehidupannya. Tidak mau memaksa orang lain merasakan ketidak sempuraan hidupnya yang sangat banyak. Ia berfikiran, jika berani memulai harus mempersiapkan agar orang yang diundang tersebut nyaman dalam ekosistemnya. Nyatanya dilihat dari sisi apapun akan sulit jika bertemu orang yang tidak siap. Sebaliknya, jika memang laki-laki menginginkannya, dalam alam bawah sadar dan alam sadarnya, ia sanggup berjuang bersama mengarungi kehidupan yang sebelumnya perempuan ini jalani dan yang akan dijalani. Laki-laki ini sadar bahwa ia siap menangung semua ketika memutuskan untuk bersama.

Ia merasa laki-laki itu terlalu sempurna untuknya

Jujur, berat sekali menuliskan topik ini. ada rasa sesak di data feeling that feel. Baik kita lanjutkan.. Ia melihat laki-laki itu seperti terlalu baik untuk dirinya. Tidak ada yang dibanggakan dari diri si perempuan ini yang membuat ia pantas didampingi oleh lelaki sekeren itu. Ia berfikiran bahwa lelaki itu memiliki banyak hal yang tidak dimiliki oleh perempuan ini. jadi, ia merasa tidak sepadan. Mana berani ia memulai dengan tidak ada bekal yang ia punya.

 Ia merasa lelaki ini bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik darinya

Melihat perempuan lain, kayaknya perempuan ini pas deh sama laki-laki yang disukai itu. Dengan membandingkan label-label yang diberikan manusia lain, sepertinya mereka perfect match. Merasa dirinya tidak mempunyai apa yang dipunyai perempuan yang lebih baik darinya. Seperti yang kita tau bahwa tiba-tiba si A dan si B menikah, dengan kesamaan kualiitas diri mereka.

Ia merasa laki-laki itu sedang menyukai perempuan lain

Dengan contoh diatas, tiba2 si A menikah dengan si B. Yah itu yang bikin perempuan berfikiran, kayaknya nih si laki-laki sedang berproses dengan perempuan lain. Walaupun sebelumnya kita berfikiran kayaknya si dia tertarik deh dengan diriku, eh tiba-tiba nikah dengan yang lain. Yaa, mana kuat wanita yang sangat lemah itu untuk menerima kenyataan itu.

Ia merasa banyak perbedaan

Banyak perbedaan yang membuat semakin tidak berani untuk memulai terlebih dahulu. Apalagi, ia sebenarnya tidak dekat secara personal, hanya sekedar tau saja. Sulit sekali untuk ia memulai terlebih dahulu atas pertimbangan yang sangat banyak sekali.

Dari wanita yang sudah 2 tahun lebih bekerja ini, serta banyak sekali mimpi-mimp-inya, banyak sekali tangung jawabnya. Ia hanya bisa memasrahkan kepada Allah SWT lelaki mana yang akan mendampinginya, kapan waktu yang tepat serta dengan cara apa mereka bertemu dan menjadi halal. Dengan banyak keraguan yang ada dalam dirinya, keputusan terbaik dan menentramkan untuknya sekarang ya hanya menunggu, tidak berani memulai, tidak berani bergerak. Mana yang terbaik, ia pasrahkan saja padaNya. Apakah ini keputusan yang tepat atau tidak, ia pun tidak tau. Namun belajar dari pengalamannya, jika ia tidak yakin, akan ada saatnya tau bahwa sebenarnya tidak melakukannya adalah keputusan yang terbaik. Semoga dalam perkara ini, pilihan menunggu menjadi keputusan terbaiknya.

Kurang sebentar lagi berakhir janji untuk memikirkan yang terbaik untuk diriku dan dirimu. Ternyata menuju ujung ini, keputusan menunggu adalah pilihan terbaik setelah melewati malam maupun siang istiqoroh meminta keputusan kepadaNya. Semoga menunggu memang jawaban yang diberikanNya untuk perkara ini.

Last but not least. Sungguh aku bisa mengikhlaskanmu. Sungguh aku tidak apa-apa melalui hidup seperti ini setiap harinya, aku baik-baik saja ya Allah atas semua takdirMu yang telah Engkau berikan kepadaku. Aku berpasrah kepadamu dengan sebenar-benarnya pasrah. Hamba ridho atas jalan hidup yanng telah Engkau piilihkan, dan itu yang membuat hatiku tentram saat ini.

Sabtu, 20 Februari 2021

Terasa dekat dan akrab

Entah, bagaimana awalnya perasaan ini muncul. Entah bagaimana pula, menanggulanginya setelah muncul dan menguat.



Secara kuantitas, bisa dihitung jari hari dimana kita bisa saling melihat. Bisa dihitung dengan satu jari tangan waktu dimana kita bisa saling bertukar pikiran. Namun tidak dapat terhitung oleh angka waktu dimana kamu bersliweran di hati dan otakku.

Secara kualitas, tidak ada quality time antara kita berdua, sama sekali. Entah bagaimana Allah SWT menganugerahkan perasaan indah yang mulai tumbuh berkembang menjadi sangat lebat dan tak tergantikan. Kamu, satu-satunya orang yang ada difikiranku saat diam maupun saat kumintanya untuk berhenti memikirkanmu. ‘Bagaimana’, kata tanya itu yang paling sering muncul disertai perasaan ini.

Seperti tidak terjangkau. Seperti sangat jauh. Seperti sangat sulit. Untuk mewujudkan ‘kita’. Namun entah mengapa, setiap kusadari itu, beberapa detik kemudian muncul harapan seperti daun-daun muda yang membuat semakin besar pohon perasaanku kepadamu. Berkali-kali menyerah, give up sudah, namun berkali-kali pula diyakinkan kembali, dikuatkan kembali olehNya.

Darimana awalnya? Mungkin saat pertama kali aku melihatmu. Mungkin beberapa hari setelahnya, saat kita mulai terbiasa melakukan aktivitas bersama. Atau setelah terpisahkan lalu beberapa jam bertemu. Atau bertahun-tahun setelahnya lalu kita berjumpa kembali? Entah. Aku tidak berani mengungkapkan bahkan saat ditanya di depanmu. Seperti pecundang ya. Ya aku membohongi diriku sendiri, kamu dan orang-orang disekitarku. Egois. Diriku hanya menunggu, tidak berani maju dan berjuang. Takut? Sangat. Sangat takut diriku saat kamu tidak memiliki perasaan yang sama denganku.

Aku bertanya-tanya, adilkah ini untukmu? Bahkan adilkah ini untukku jika aku terus begini. Sepertinya tidak. Tunggu, beri aku waktu 26 hari lagi agar bisa merenungi bagaimana jalan terbaik untuk kita. Aku berdoa serta berpasrah kepadaNya, apakah yang akan membawa kita. Apakah keputusan tetap diam, atau mengungkapkan. Apakah memberi taumu atau diam hingga kembali menujuNya. Atau diberikan orang lain yang lebih pas menjadi jodohku, atau kamu diberikan orang lain yang lebih pas menjadi jodohmu.

Aku sangat mencintaimu. Namun, aku juga mengikhlaskan dirimu jika tidak bersamaku dan kebahagiaanmu bukan diriku. Aku akan sangat bahagia di hari bahagiam. Hari dimana kamu bahagia, aku turut serta. Aku lebih memilih kamu bahagia walaupun tak bersamaku daripada bersamaku tapi itu bukan dirimu yang sesungguhnya. Aku menyukai apa yang kamu sukai, termasuk setiap keadaanmu. Pure, aku menyayangimu.

Dari dasar hatiku, aku hanya berharap yang terbaik untukmu. Aku tidak mensyaratkan perasaan dibalas dengan perasaan yang sama, mendoakan dibalas dengan didoakan. Sungguh aku akan baik-baik saja dan tetap berjuang walaupun kenyataannya perasaanku bertepuk sebelah tangan. Pernah mengenalmu saja aku sudah sangat bersyukur. Aku yang dulu maupun yang sekarang tetap menjadi your secret admire. Saat ini aku tetap mengagumimu, ciptaan Allah yang sangat kusayangi dan kucintai. Entah mungkin sampai nanti aku akan tetap seperti itu. Aku hanya ingin kamu tau, disaat kamu merasa sangat tidak berguna dan direndahkan orang lain, ada orang yang sangat menghargai dan menginginkanmu, itu aku.

Rabu, 17 Februari 2021

Healing

Dan pada akhirnya, kita harus memasrahkan apapun yang kita minta kepadaNya. Perencanaan yang meleset, orang yang tidak tepat maupun sudah dijalani namun belum berhasil. Apakah itu tidak baik? Oo tentu saja sangat baik, karena Allah SWT yang tau segalanya, sedangkan kita tidak tau apapun. Jika ia berkata, “belum tepat, kamu belum siap, kamu belum pantas.” Yah sudah, tidak perlu disesali, hanya perlu dijalani. Penerimaan dengan penuh syukur serta lebih memaknai lagi hari-hari yang dijalani.

Sedih dan kecewa adalah manusiawi, namun tindakan saat rasa itu muncul yang bisa kita kendalikan. Sadari bahwa sudah sewajarnya lah manusia merasakan berbagai macam perasaan, tidak hanya bahagia, rindu, cinta, dsb namun Allah SWT juga menciptakan marah, kecewa, sedih, tidak berarti, dsb. Sepaket, tidak boleh dipilih. Saat rasa yang negative itu muncul bagaimana, biarkan, lalu hari demi hari healing dengan perasaan-perasaan positif, sesak di dada? Memang, selanjutnya ingat-ingat lagi paragraph ke 1, tanamkan mindset positif terus menerus, perlu usaha. Kita yang putuskan mau seperti apa perasaan kita.

Ada saatnya hari kita menjadi berat, bahkan terasa setiap hari pun berat. Hal-hal tidak berjalan seperti yang diharapkan. Di bombardir dari segala sisi mental kita. Namun, namun, ini hanya dunia, kehidupan dunia saja. Dunia memang seperti ini, agar kita tidak takut mati dan terlalu mencintai dunia. Besarkan syukur, plus sayangi diri sendiri yang sudah mau berjuang setiap harinya menjalani hal-hal baik meskipun berat. Jangan disalah-salahkan, beri nutrisi terbaik, beri treatment terbaik, kamu layak mendapatkan itu, you deserve it.

Setelah berusaha keras, setelah menahan semuanya, pasrahkan padaNya mengenai hasil. Kita sudah melaksanakan bagian kita biarkan sisanya Ia yang selesaikan. Betapa banyak doa yang sudah Ia kabulkan, Ia juga akan lakukan hal sama jika itu baik untukmu insyaAllah. Masih bingung mengawali dari mana? Doa, agar diberi petunjuk, agar didatangkan yang akan kita tuju, Dia Maha Kuasa, apapun yang ada di dunia ini dalam gemgamanNya. Kita yang kadang tidak yakin akan dikabulkan, dan Allah SWT sesuai prasangka hambaNya, maka bangun hubungan baik, bangun disaat yang lain masih terlelap tidur, mendekat kepadaNya disaat yang lain sedang menikmati kehidupan dunia dan mengejar-ngejar dunia.

Ambil sedikit lalu sisanya berikan untukNya, pusatkan cita-cita hanya untukNya, untuk beribadah kepadaNya, untuk kehidupan yang kekal, untuk akhirat kita. Kehidupan dunia hanya sendau gurau belaka, tetap sederhana, tetap merendah, tetap membumi. Yang kita sebut milik kita, sejatinya bukan milik kita, hanya diberi hak pakai, hak guna, jika Ia ingin mengambil, jangan berat untuk memberikan. Tetap jaga hati agar hati kita dilepaskan ikatannya terhadap hal-hal duniawi, berdoa agar hati selalu ditautkan kepada Allah SWT dan akhiratNya.

Aku, kamu, dia dan mereka. Semua manusia, semua ciptaanNya, semua milikNya. Jangan disakiti, jangan dikata-katai, jangan dihakimi, jangan dijudge, jangan disalah-salahkan. don’t blame. Ini bukan hanya tentang sikap kita terhadap yang lain, namun juga terhadap diri sendiri. Hargai semua orang, hargai semua keputusan, hargai semua watak dan sikap, hargai, hargai. Jangan dipandang remeh, jangan dipandang hina dan jangan dipandang rendah. Semua orang punya kebebasan untuk bersikap. Termasuk kamu, dirimu sendiri. Tetap santun, tetap rendah hati. Barakallah fiik, semoga Allah SWT senantiasa merahmatimu

Simbok part 4 ~ THE END

Simbok sangat suka sekali cucu perempuan, dan itu terucap olehnya berulang kali. Yang saya adalah cucu kandung perempuan satu-satunya. Sangat bisa dibayangkan betapa beliau sayang kepada saya. Jika beliau sakit, saya yang turut merawat, menyiapkan makan, obat, dsb. Pun, jika saya sakit, ia menemani saya, memijit halus kaki saya, memberi tahu kepada Ibu, bahwa anaknya sakit, dsb. Pada waktu tidak bisa tidur, ia pula menemani saya, mengobrol tentang acara TV, yang saya ingat betul kami melihat acara syuting bawah laut, indahnya karang, ikan, dan semua ciptaanNya kami bicarakan malam itu. Hingga disadari bahwa ia tidak bisa tidur selain dikamarnya, lalu ia kembali ke kamarnya dan saya tidur.

Moment dimana orang pergi untuk selamanya, namun semua memori bersama menjadi sangat nyata dan terputar berulang kali yaitu kematian orang yang dicintai sangat banyak. Bagaimana saya bisa menjalani hidup setelah ini? Bagaimana jika saya pulang, menuju kamarnya, lalu ia tidak ada? bagaimana jika tidak ada yang mengharapkan kehadiran saya seperti yang beliau lakukan? Masih saya fikirkan.

Ia, terlalu banyak mempercayai saya, disaat saya baru bisa naik motor dan belum fasih, ia sangat mempercayaiku untuk memboncengakannya berangkat kerja. Ia yang sangat yakin, bahwa pergi ke Pasar dengan saya adalah satu-satunya pilihan, padahal sebenarnya semua bisa mengantarkan, tapi saya yang beliau pilih untuk mengantar. Ia, yang sangat yakin bahwa hanya dengan saya pergi ke arisan akan sempurna, padahal saudara-saudaranya mungkin meragukan kemampuan saya naik motor hingga berkali-kali mereka berpesan,”ati-ati ya nduk mboncengke mbahe”, tapi beliau tenang duduk dibelakang motor beat, dan tangannya kanannya dikalungkan kencang di perut saya.

Ia, yang sangat mengikuti perkataan saya. Jika saya bilang itu sebaiknya begitu dan begini, beliau lakukan dengan sangat baik. Jika saya ambilkan makanan pada saat sakit, ia makan dengan penuh perjuangan. Kecintaanya kepada saya, sangat nyata sekali. Semua memang hanya tinggal kenangan, tapi setiap detik bersama beliau sangat berharga. Saya yakin ini yang terbaik untuk kami semua, keadaan ini yang terbaik untuk kami.

Ia juga sangat sering menyimpankan makanan untuk saya, membuatkan makanan kesukaan saya, makanan buatan beliau yang paling favorite adalah tape dan apem. Buatannya punya ciri khas sendiri yang cuma beliau yang bisa dengan taste seperti itu. Ciri-ciri ibu banget kan. Ya orang bilang lebih sayang cucu daripada anak. Mungkin beliau juga begitu.

Kecintaannya pada alm suami juga sangat nyata sekali. Berulang kali menyuruh kami ziarah kubur suaminya, yang kadang beliau sudah tidak kuat lagi berjalan menuju pusaran suaminya. Tapi kami sebagai gantinya. Walaupun saya belum pernah bertemu, tapi Simbok beberapa kali bercerita kepada saya mengenai suaminya, moment dimana mereka bertemu lalu kemudian menikah, dia ceritakan kepada saya.. ceritanya waktu jaman masih kecil dan gadis bagaimana, ia juga ceritakan, waktu yang jauh sekali pada waktu itu.

Ah, moment yang tidak bisa terlupakan.


Ditulis 3/6/2020 02:20 WITA

Simbok Part 3

Semalaman saya tidak bisa tidur, hari dimana, bacaan Al Qur’anku terakhir kalinya didengar oleh beliau, entah bagaimana, pikiran saya terus melayang ke rumah, ke Simbok. Lampu sudah dimatikan, pintu kamar sudah ditutup, blower sudah dinyalakan, slimut sudah terpasang, tapi fikiran tidak dapat tenang. Sebelumnya saya tidak bisa focus, menjatuhkan barang untuk pertama kalinya, badan tidak seimbang.



Setelah kepulangannya, tangisan yang tidak dapat berhenti, bahkan ketika saya berharap mandi dapat menghentikan tangisan ini, nyatanya tidak, di dalam kamar mandi dan setelah keluar kamar mandi tetap air mata tidak dapat terbendung, mengalir dengan sendirinya. Kepala sudah sangat sakit, bacaan sholat dan al qur’an diikuti dengan tangisan. Tidur 3 jam, lalu jam 23.43 WITA terbangun lagi, dengan fikiran yang linglung. Hingga sudah berganti hari, yang saat ini jam 1.33 WITA, belum tertidur lagi. Aku kacau. Semua kacau.

 Di dapur, tempat favoriteku bekerja, mengerjakan tugas dari kantor, baru dapat ¼, lalu telfon itu berdering dari masku, yang mengabarkan bahwa Simbok meninggal. Lalu tidak dapat diteruskan lagi, aku menyerah pada pekerjaan untuk beberapa saat ini, yang biasanya sangat tepat waktu, bahkan jauh before the time sudah terselesaikan, kali ini, aku melewatkannya dulu. Malam sebelum , yang biasanya jarang Mas menghubungiku, lalu menghubungi untuk sama-sama menguatkan dan berdiskusi baiknya bagaimana.

Nasi? Apakah bisa saya makan setelah kepulangan beliau? Belum, belum bisa, padahal saya harusnya berbuka puasa dengan itu. Bahan-bahan masakan yang dibeli, apakah sempat diolah? Belum tersentuh. Badan tidak seimbang, fikiran penuh, hati hilang.  Hal yang pertama kali kurasakan, ucapan bela sungkawa? Tidak banyak memberikan efek, jadi untuk pelajaran diri sendiri, yang terpenting adalah mendoakan, tidak terlalu berpengaruh ucapan kala itu, tapi mungkin berpengaruh untuk kedepan, entah aku belum merasakan itu.

Teman? Dikala ini sangat dibutuhkan untuk mencari informasi dan dimintai tolong. Jazakumullah khayran untuk semua bantuannya, semoga Allah SWT membalas dengan lebih baik. Jadi please Rizky, untuk kedepannya, jika ada yang minta bantuan dalam keadaan ini, tolong dibantu, entah baru sibuk, entah kerja, entah apapun, tinggalkan dulu. Penting sekali untuk sekedar membantu bicara saat bertanya ke call center, membantu mengurus kepulangan, membantu bicara saat bertanya ke rumah sakit, dsb. Karena harus bicara pada saat-saat seperti ini adalah painfull, sangat menyakitkan. Harus berkendara sendiri keliling sana-sini juga sangat menyedihkan, menangis dalam perjalanan, hal yang pertama saya lakukan sejak di Palopo ini. Menganggap respon dari petugas medis itu jahat, baru kali ini juga saya rasakan. Yang mungkin jadi hal biasa jika saya berada dikondisi sedang baik-baik saja.


Ditulis 3/6/2020 pukul 01:51 WITA


Selasa, 16 Februari 2021

Satu Malam...

Aku tidak tahu, bagaimana cara melangkah keluar dari suasana yang gelap ini.
Haruskah aku merangkak? Atau berlari? Hmm, mungkin berjalan? Apakah berenang?
Kemana arah yang dituju? Ke kanan? Ke kiri? Atau ke depan? Mungkinkah ke belakang?
Kegelapan ini membuatku buta dan tidak memahami suasana.

 

Apakah aku harus berteriak saja agar semua penduduk bumi mencari sumber suara lalu mereka menolongku?
Atau aku harus membuat kegaduhan,  agar orang diluar sana tau ada manusia disini ?
Bagaimana jika keputusan itu ternyata salah? Aku malah mengundang hewan pemburu yang siap menghabisiku?

 

Dari mana aku harus memulai?
Benar-benar tidak ada petunjuk.
Kosong.
Otakku terus berfikir tapi tidak menghasilkan keputusan.
Berputar-putar saja didalamnya.

 

Ah, aku terima saja.
Mungkin hari ini, esok atau nanti ada sedikit cahaya yang menuntunku.

 

Dalam 30 hari ini, aku berharap ada satu malam dimana
kamu mengungkapkan apa maumu
atau aku menceritakan apa yang aku inginkan.
Atau dengan cara lain Tuhan Semesta Alam menunjukan aku harus berbuat apa.
Tidak ada satu carapun terfikirkan olehku dalam menghadapi keburaman ini.
Aku hanya diam. Diam. Melihat. Berfikir. Lalu diam kembali. Akhirnya berpasrah.

 

Minggu, 14 Februari 2021

Sebuah percakapan

Dalam heningnya pagi ketika waktu menunjukkan pukul 02.01, sebuah pertanyaan yang mengubah segalanya. Satu kalimat yang beranak pinak menjadi beratus-ratus kata. Perjuangan yang kini terlihat ujungnya. Keraguan yang kini tuntas berwarna. Ketidakpastian yang menemui keputusan. Mari kita dengarkan..



Kamu: “Gimana sih sebenarnya aku dalam hidupmu?”

Aku: Tertegun, beberapa menit diam, berfikir, darimana cerita panjang ini dimulai. Oke baik, aku mulai. “Kala itu, sayu-sayu pagi, aku mencoba memahami keadaan. Bagaikan burung baru berlatih terbang untuk pertama kalinya, aku memasuki gerbang sekolah. Masih tertatih-tatih terbang, naik, turun lagi, tertabrak ranting, melambung lagi, masih terus seperti itu. Sambil mengatur nafas, gugup yang dirasa menghadapi dunia yang ternyata lebih luas dari ruangan disangkarku. Dalam keadaan seperti itulah aku mulai mengenalmu.

Seperti kataku diawal tadi, aku masih berfokus pada diri yang baru berlatih terbang. aku dan kamu tiba-tiba terjebak oleh chemistri. Waktu dilalui, langit berganti, musim baru menanti, aku dan kamu masih tetap berusaha menjebakan diri dalam chemistri. Tidak ada rintangan berarti dalam bingkai kita, namun aku masih tertiup angin kesana sini. Kulihat dirimu santai sekali dengan angin, malah memanfaatkan angin itu untuk membawa kemana kamu inginkan. Dalam keadaan seperti itu kamu penasaran gak aku berfikir gimana? Bahagia. Melihatmu terbang tinggi kemanapun kamu mau walaupun keadaanku masih terombang ambing. Begitulah selalu diriku jika itu tentang kamu.

Dengan keadaan kita yang berbeda tersebut, aku mulai berusaha memperbaiki semuanya. Hati, fikiran, kekuatan, aku maksimalkan agar bisa terbang stabil. Hari berganti minggu, minggu beralih bulan, bulan berubah tahun, lalu tahun saling susul menyusul, aku mulai bisa mengendalikan diri dalam angin. Lalu aku mencoba berbicara kembali denganmu, mencoba terus memanggilmu, ‘heeyyyy, what do you feel right now’ ‘heeyyy, do you live your life’ berteriak-teriak, tidak peduli yang lain tau. Kamu pasti tau kenapa harus berteriak, karena aku sudah tidak tau lagi bagaimana dirimu, kudengar manusia saling meneriaki saat posisi hati mereka jauh.

Aku terus mendongak keatas berusaha memahamimu. Seperti katamu, yang kulihat dulu, kamu selalu santai dalam angin kencang, ternyata salah. Ada banyak keraguan dalam dirimu. Ada banyak pertanyaan dalam fikiranmu. Ada banyak hal yang ingin segera kamu capai sehingga kamu tidak peduli betapa kencang angin menerpa tubuhmu. Terus saja kamu hidup dalam fikiran dan semua hal yang ingin kamu capai. Lagi, aku berusaha merasakan menjadi dirimu. Ternyata, kamu masih hidup dalam dunia itu. Aku mencoba menawarimu barangkali ingin berada dalam ritmeku yang stabil sehingga chemistri yang dulu menjebak, bisa kita jebak lagi. Fikirku mungkin kita bisa teruskan chemistri hingga dipanggil bumi. Namun, tidak bisa, kamu masih hidup dalam fikiran dan targetmu sendiri.

Sepertinya aku terlalu lama membuat diriku terbang stabil. Setelah bisa berfikir dengan jernih dalam keadaan itu, ternyata semua tidak sesuai dengan yang aku rencanakan. Aku tidak mau menjebak jika kamu tidak mau terjebak bersama. Untuk apa? Akan sulit bagiku, apalagi bagimu. Kita yang terpisah menjadi ‘aku.’ ‘kamu.’ Biarlah aku menemui takdirku dan begitupun denganmu. Aku dengan terbangku yang stabil. Kamu dengan terbangmu yang tinggi dan menawan.

Sudah. Aku menyerah.”

Sebuah percakapan itu selesai.  Beberapa purnama berlalu, aku tersenyum simpul saat berpapasan denganmu waktu menuju MRT. Lalu kita berjalan dengan arah berlawanan. Berganti menjadi cerita manusia-manusia lain yang juga sama penting keberadaannya, sama penting perasaannya, sama penting kehidupannya.

End. 

Sabtu, 13 Februari 2021

25 Tahun

Di blog ini, karena view nya dikit, jadi lebih banyak yang bisa dituangkan, random dari fikiran. Alhamdulillah, prouf of my self, masih bisa bertahan, masih mau terus berjuang bahkan hingga melawan diri sendiri, melawan hawa nafsu, kemalasan, dan hal-hal buruk lainnya. Lebih dewasa? Iyaa.. Lebih enjoy? Gak bisa dibilang gitu juga, karena diriku merasa setiap hari punya tantangan tersendiri yang statistiknya lebih berat gitu dari yang udah berhasil dilewati.

Rammang-Rammang, Maros, Sulsel


Banyak yang berubah diumurku yang ke 25 tahun, nenekku meninggal. Ada ponakan baru, saira namanya. Bapak dan Ibu udah semakin menua, bahkan tahun ini totally Bapak pensiun. Soal keluarga ya itu? Kalau kehidupan kantor gimana? Ya kayak kantor-kantor yang lain, standar. Kalau di kantormu ada masalah, di kantorku juga ada. Gak mau cerita banyak sih tentang ini hehe

Pointnya, aku bersyukur. Aku bisa menjadi orang yang lebih pembelajar di umurku yang ke 25 tahun ini. Aku sudah banyak bisa mengendalikan banyak hal, termasuk diriku. Tapi, tetap, masih perlu di improve lagi. 2 hal itu yang sangat aku syukuri. Secara batin, karena Kuasa Allah SWT dengan 2 hal tersebut jiwaku lebih stabil, gak bisa dibilang lebih damai yaa hehehe. Tetap dari segala sisi dibombadir dengan ujian hehe

Di umur yang ke 25 ini aku declare beberapa hal yang sebelumnya aku belum yakin dan belum berani. Semoga Allah SWT memberikan kepada kita apa yang tepat di waktu yang tepat pula. Walaupun gitu, aku merasa buntu, gak tau jalan mana yang harus dilewati, gak tau mulai dari mana dulu. Namun, dengan itu, aku jadi bisa berpasrah total ke Allah SWT, semoga Allah SWT menolongku.

Selain itu semua, aku bersyukur, dikelilingi orang-orang baik, yang kadang menyadarkanku banyak hal yang gak bisa kupelajari dibuku maupun di internet, which is selama ini aku banyak belajar dari 2 media itu. Pernah satu saat cerita panjang lebar mengeluh ini itu. Lalu, dengan satu pertanyaan pamungkas yang seakan-akan solusi dari cerita panjang lebar itu, “Tapi banyakan hal-hal baik kan?” deg. Iya juga.. aku hanya berfokus pada hal-hal buruk saja, padahal ada banyak nikmat yang Allah SWT berikan kepadaku.

Di umur ke 25 ini mulai sadar posisi diri. Mulai menapak tanah, berlari mengejar apa yang bisa dikejar. Tidak diam dan menunggu untuk hal-hal yang tau gimana cara mencapainya dan bisa diusahakan. Sisanya yang abstrak? Serahkan kepada Allah SWT sepenuhnya. Amaze juga sama hati yang diberikan Allah SWT, pernah ragu mau melakukan sesuatu, ketunda-tunda terus, waktu berlalu malah bersyukur, untung aku tidak melakukan itu, kalau iya, dah malu banget deh. Allah SWT lewat hati kita memberi keyakinan tau keragu-raguan bahkan benar-benar tidak yakin, Ia memberi jawaban beserta pertolongan lewat perasaan itu, thanks God, Alhamdulillah, selalu ada untukku dan untuk hamba-hambaMu yang lain..

Last but not least, aku berdoa, agar Allah SWT memberikan kepada diriku, dirimu dan dirinya yang terbaik. Agar selalu memiliki kemauan berusaha dengan keras. Agar dijauhkan dari hal-hal buruk termasuk maksiat  dan dosa. Agar ia selalu menjaga diri ini, keluarga dan semua makhluk-makhluknya. Ya Allah hamba ridho atas 25 tahun perjalanan hidup ini, untuk semua tangis, tawa, canda, marah, kecewa, trauma, senang, rindu, cinta, takut, khawatir, syukur, bahagia, dan semua yang telah terjadi. Semoga dengan itu, Engkau meridhoi hamba pula. Aamiin

Ikan Memanjat Monyet Berenang

 Menilai kesuksesan ikan dari caranya memanjat dan monyet dari caranya berenang?

Pernah denger peribahasa itu ya. Kadang kita nih gak objektif dalam menilai orang lain. Berekspektasi terlalu tinggi terhadap orang lain yang mungkin itu bukan kapasitasnya. Termasuk ke diri sendiri, harus bisa segala hal, harus mahir di segala bidang, tentu akan berakibat kecewa kedepannya. No, kita tidak boleh menjudge segala sesuatu dari hanya satu sisi, dari hanya satu penilaian. Jika memang dirimu lebih dalam satu bidang, ya kembangkan itu menjadi lebih sempurna. Bersyukur kalau punya lebih dari satu potensi atau keahlian.



Setiap manusia di design masing-masing oleh Allah SWT unik. Design otak  juga berbeda-beda setiap manusia, ada yang bagus di musik, lukis, matematika, dsb. Atau ada yang bisa semua? Keajaiban dunia itu. Tapi, tenang, sebenarnya kita bisa pelajari semuanya, butuh waktu dan tenaga yang lebih banyak daripada orang yang memang punya bakat itu. Mengapa kita gak kenali saja diri kita sendiri, mau kita itu apa, bakat kita dimana, lalu fokus dan hebat di bidang itu. Lebih mudah untuk dipelajari, kita juga mempelajarinya dengan enjoy.

Menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya. Tidak perlu menuntut harus seperti ini dan itu, apalagi ke orang lain, ke diri sendiri pun gak enak kan rasanya? Yang harus kita lakukan apa? Improve setiap hari, memperbaiki diri setiap harinya, lebih baik dari hari ke hari. Jangan berhenti belajar dan bekerja keras. Memasang target penting juga, namun kendalikan diri jika target itu tidak sesuai dengan realitanya. Jalani sepenuh hati, jiwa dan raga. Jalani dengan ikhlas, tanpa paksaan, enjoy every time you have, every moment in your life. Kurangi trauma di masa lalu dan kekhawatiran akan masa depan. Jalani hari dengan penuh, penuh syukur, penuh perhatian, sepenuhnya hatimu pada setiap moment itu. Bahagia sekarang juga.  

Ada cerita yang tidak nyata dan tentu dikarang sedemikian rupa supaya nyambung ke tema tulisan dan enak dibaca hehehe

Pernah suatu hari, jatahnya puasa dan kebetulan hari itu kebablasan jadi gak sahur. Pagi hari hingga sore dia mengantikan bawahannya mendata di lapangan, dari satu rumah tangga ke rumah tangga lain. Kondisinya matahari sangat terik, yang  mau ditemui juga belum tentu ada dirumah. Which is sebenarnya itu bukan jobdesknya dia, dan sudah dilimpahkan ke orang lain, namun karena rasa tanggung jawab, dia juga ikut membantu. Sebelum magrib dia menyempatkan diri ke kantor, sudah mendekati adzan magrib, ada bawahan lainnya yang mau datang ke kantor untuk suatu urusan, yang sebenarnya sudah lewat jam kantor. Dengan panik, dia kebingungan dong, karena sudah berencana pulang karena mau menyiapkan buka puasa dan sebenarnya juga sudah capek. Terpaksalah dia menunggu bawahannya itu.

Karena merasa dekat, dia cerita dengan nada panik dan sedih ke seniornya kalau gak jadi pulang karena ada bawahan yang mau dateng. Seniornya juga masih ada di kantor waktu itu. Lalu, merasa, kok ini junior gini banget ya. Senior ini hanya memahami dari satu penggal waktu aja yang juniornya ngeluh, cerita di paragraf satu tentu dia tidak tahu atau entah tidak memahami. Waktu berlalu, dia tetap menunggu bawahannya sampai selesai urusannya baru dia pulang. Malammnya, yang biasa dia gak pernah buka story seniornya itu, seniornya bikin status dengan cerita ngomentarin video, (ada teman dikabupaten lain yang bikin video bagus banget) “seandainya punya junior yang bisa bikin kayak gini ya @.... ngetag temennya. Sedangkan bikin begituan, junior disini kegiatan besar lembur sekali aja ngeluhnya panjang banget”

Langsung saat itu hatinya hancur sehancur hancurnya, dikira mereka satu frekuensi, satu lingkaran pertemanan, saling memahami. Namun, dia tetap diam, tetap diam dan menangis tentunya. Lalu paginya, orang yang di tag itu (seniornya yg lain) juga nge PC dia bilang bahwa kerja di sini itu udah biasa pakai jam diluar kantor. Intinya suruh memahami. Deg. Langsung tambah hancur, dua seniornya nyerang dan meragukan kerja kerasnya. Seakan-akan tidak pernah kerja di luar jam kantor? Padahal, dihari itu aja udah melebihi jam kantor, lalu dihari-hari yang lalu gimana? Gak cuma sekali pakai jam istirahat untuk uruasan kantor.

Again, untuk masalah video, setiap orang punya kelebihan masing-masing. tidak semua orang pandai bikin video. Mungkin dia lebih dalam bidang lain, contohnya: selama ini tidak ada pekerjaan terbengkalai, selalu all out di setiap kerjaan, mungkin dia pandainya di nulis? So why? So what? harus bisa bikin video gitu? Jadi kenapa gak seniornya itu aja yang bikin video? Its hurt so much. Tapi, apakah membalas? Tentu saja tidak. Dia tetap melangkah maju, semakin baik dari hari ke hari, semakin memaksimalkan apa yang bisa dilakukan. Jadi tau aslinya, orang-orang disekelilingnya gimana, introspeksi diri, bahwa mengeluh itu tidak untuk disampaikan ke sembarang orang. Tetap menjaga privasi, membangun batasan kepada seniornya tersebut.

Ceritanya sampai disitu aja yaa. Bagi pembaca blog ini, please, jangan ngomongin orang di story/status dsb, walaupun gak nyebut nama, itu juga negative vibes buat orang yang baca. Dan kalau punya temen yang sukanya gitu, ati-ati aja, tinggal tunggu waktu saat hubunganmu gak baik dengannya, kamu yang akan diomongin. Untuk diriku dan dirimu, yuk jaga lisan jaga tulisan agar tidak menyinggung orang lain. Jangan menuntut orang lain untuk ini dan itu. Terima sepenuhnya setiap orang yang ada disekeliling, tidak usah mengandai-andai, senadainya punya temen yang gini dan gitu. Tapi jadilah yang terbaik untuk sekelilingmu. Salam Sehat! Sampai jumpa di lain artikel J

Selasa, 26 Januari 2021

Simbok Part 2

Tangisan, entah tangisan kebahagiaan atau kesedihan banyak beliau tujukan kepadaku. Waktu diriku sakit, waktu pulang dari Jakarta, waktu pergi lagi ke Jakarta, waktu datang dari Sulawesi, waktu pergi lagi ke Sulawesi. Hingga beberapa jam sebelum ia meninggal, ia masih meneteskan air mata ketika video call, walaupun badan sudah kaku, nafas tidak beraturan, ia yang saya yakin saat itu merasakan sakit yang hebat. Tubuhnya yang sudah sangat kecil karena sakit, ia berjuang untuk tetap hidup, yang mungkin tanpa terucap masih mengharapakan melihat kebahagiaanku. Ia yang selalu penasaran, ketika aku pergi lagi merantau bertanya, “Kapan muleh eneh?” (kapan pulang lagi). Hingga diri ini sudah hafal, saat ia sudah tidak bisa bicara, aku selalu bilang, kapan rencana kepulanganku. Ternyata 3 hari di bulan Maret 2020, menjadi waktu terakhirku bersama beliau. Dan janji untuk pulang lebaran tidak bisa saya tepati bahkan dihari ia mengahap Tuhan yang sangat ia rindukan saya tidak bisa hadir. :”



3 Maret 12.06 WITA, aku limbung. Aku bingung menghubungi sana sini untuk kepulanganku menghadiri kepulangan beliau kepada Allah SWT. Menghubungi orang kantor, menghubungi petugas bandara yang saya kenal, menghubungi 2 maskapai penerbangan, menghubungi call center bandara, hingga mungkin entah sudah keberapa kali saya menelfon, dan akhirnya tidak mendapat respon atau responnya penolakan. Setelah gagal menghubungi, saya niatkan untuk tetap pergi, lalu saya mencari syarat-syarat melintas daerah dan naik pesawat. Datang ke 4 rumah sakit, 1 puskesmas, 1 dokter umum, tapi semua tidak dapat memberikan surat berbadan sehat karena sudah tutup pelayanan atau tidak bisa ngasih tanpa rapit test. Sangat limbung, bicara dengan pertugas kesehatan sambil menangis, tau kan ya suaranya jadi gimana.. tapi tetap tidak bisa, saya tidak mendapat syarat yang dibutuhkan.  Kepulangan gagal, kegagalan yang membuat saya menangis hingga air mata sudah tidak terhitung lagi.

Di hari yang ia tunggu-tunggu berangkat ke alam barzah, bersama kasih sayang Allah SWT, saya tidak dapat hadir. Hal yang saya yakini, ini adalah yang terbaik untuk beliau dari Allah SWT, Sudah tidak merasakan bagaimana sakitnya tidak bisa bergerak, makan harus melalui selang, sering sesak nafas, badan sudah banyak lecet karena kebanyakan tidur, tidak tidur hanya sekitar 4 jam sehari. Malam sebelum meninggal, ia sudah tidak bisa bergerak seperti biasanya, ketika saya telfon, matanya sudah naik keatas dan menangis. Lalu saya membacakan ayat-ayat suci, yang itu menjadi bacaan yang beliau saksikan langsung dari telfon. Setelahnya hanya kiriman, yang semoga ia merasakan bahwa cucunya ini masih mengirimkan hal-hal baik untuknya.

Waktu memang tidak pernah bisa diperpanjang maupun diperpendek. Aku yakin semua yang terjadi ini adalah yang terbaik, meskipun menjadi pukulan telak bagi keluarga kami. Qadarullah, takdir Allah SWT yang terbaik untuk kami semua. Saya mengikhlaskan apa yang telah terjadi, kematian beliau, kegagalan saya pulang, kenyataan bahwa ditempat saya merantau ini, sangat panjang perjalanan untuk pulang, kenyataan bahwa corona virus dan semua peraturan yang ada membuat saya tidak bisa pulang, kenyataan bahwa uang tidak setimpal dengan kehadiran, kenyataan bahwa rejeki bisa tinggal bersama keluarga adalah tidak ternilai, unvalueable, tidak terukur oleh apapun, kenyataan bahwa saat pulang nanti saya tidak bisa melihatnya di kamar, hal yang saya datangi ketika pulang adalah ke kamar beliau, mencari beliau.


Ditulis 3/6/2020 01:25 WITA

Simbok Part 1


Sekitar 12 jam yang lalu, menunjukan pukul 13.06 WITA, waktu terasa terhenti, aku menangis seperti sebagian hatiku terenggut. Simbok meninggal.

Ibu, dalam bahasa jawa simbok artinya Ibu. Memang nenekku ini seperti Ibu kedua bagiku, yang menjagaku waktu kecil, memberikan value-value baik, mengajari untuk taat dan disiplin dalam beribadah. Masih lekat difikiranku, bagaimana beliau setiap hari membangunkanku sebelum adzan subuh berkumandang, sesaat sebelum ia berangkat ke masjid. Ya, ia sangat rajin sekali ke Masjid untuk sholat dan terkadang menyediakanku tempat di sampingnya. Masih lekat difikiranku, bagaimana ia mengajarkanku untuk disiplin mencari ilmu agama, melalui semangatnya aku meniru, beliau mengajariku ilmu yang didapat dipengajian ketika saya melewatkan untuk hadir. Walaupun tidak bisa membaca, setiap dikasih kertas doa/ringkasan, beliau bawakan untuk ku, “yo piye aku ra isoh moco, iki mau dikei ustadz(…).”



Tidak hanya ilmu agama beliau ajarkan, banyak, masih banyak lagi. Management waktu, tidak disangka banyak sekali aku belajar darinya, bahwa kegiatan perlu di susun agendanya, tidak boleh mleset. Setelah merantau ke Jakarta baru aku menyadari bahwa aku menirunya, waktu menjadi sangat penting dan aku benci jika tidak tepat. Sebelum merantau aku tidak mengerti, “kenapa harus sekarang? Kenapa tidak nanti saja? Kenapa harus langsung berangkat?” Dan banyak kenapanya, hingga aku sering membuatnya jengkel, ( I am sorry for that) maafkan aku telat memahamimu. Difikiranku kala itu yang belum matang, banyak bersliweran kenapa, akhirnya aku mengabaikan bahwa agendamu sudah tersusun sedemikian rupa supaya tidak menganggu waktu ibadah dan waktu-waktu lainnya.

Melauinya aku juga belajar mengelola keuangan, tidak mengeluarkan uang kecuali untuk kebutuhan. Untuk porsi keinginan sangat kecil sekali. Walaupun seketat itu ia menjaga keuangan jika untuk diriku, ia berikan banyak sekali. Masih lekat difikiranku, ia memberiku uang untuk banyak hal pertama di hidupku, ketika aku pertama mencari SIM, ketika pertama aku pergi kuliah, ketika pertama aku piknik bersama teman-teman sekolah. Ya semurah itu ia kepadaku, yang tidak dilakukan untuk cucunya yang lain, bahkan anaknya. Ya aku belajar banyak dari Ibu dan Simbok mengenai management keuangan ini, hingga kini setelah financial check up, semua sehat kecuali untuk pos asset, karena keuangan masih difokuskan untuk tabungan menikah dan memulai rumah tangga. Ya, memulai rumah tangga, ia belum sempat mendengarkan kabar baik dariku, yang selama ini curhatnya ke beliau masih seputaran galau belum menikah.

Aku saat ini, dipenuhi oleh value-value yang beliau miliki. Bagaimana ia rajin sekali mengurusi masalah pekerjaan rumah tangga. Matahari belum menunjukan pancarannya, ia sudah selesai dengan mencuci piring, yang kami semua gunakan dari setelah ashar hingga subuh. Jika dilarang, wah sangat tidak bisa, agenda habis subuh beliau tidak tidur, tapi aktif beraktifitas. Masih lekat di fikiranku, bagaimana ia membagi pekerjaan kepadaku sebelum aku sibuk mengejar pendidikan di SMA, sore adalah waktuku mencuci piring, yang sudah banyak digantikan oleh beliau. Kamarnya punya sapu khusus, selalu dalam keadaan bersih. Setiap hari mencuci baju dengan tangan, padahal sudah kami larang, karena ada mesin cuci. Setelah kering langsung dilipat, jadi tidak banyak yang perlu di setlika, jika ada beliau menitipkan kepadaku untuk disetlika, hanya baju untuk pergi, entah arisan atau pengajian (waktu SMA jobdeskku dirumah jadi menyetlika, dan sisanya dihandle Simbok).

Ditulis 3/6/2020 pukul 12.58 AM

Hampir 2 Tahun di Palopo

 Gak nyangka yaa, udah mau 2 tahun di Palopo.. (hmm, bisanya bilang ga nyangka yaa)

Dari hari hari adaptasi dan sampai hari inipun masih adaptasi, diingetin circle kalau lagi curhat, walaupun beberapa kali hari dipenuhi dengan tangisan, tapi lebih banyak hari dilalui dengan tenang. Ya gimana lah caramu bersyukur.

Tempat bertumbuh, mengenali diri sendiri, dan hingga hari ini ada banyak yang bisa dikendalikan namun masih berusaha mengendalikan lebih banyak lagi gejolak dalam diri.

Dari awalnya ketemu orang-orang baik, kemudian seiring berjalan waktu, kadang yang baik menampakkan sikapnya yang asli atau emang dari awal ketemu dengan yang kurang cocok. Sebagai manusia yang baru berusaha mendewasa, sebagai bahan pelajaran bahwa seperti diri kita tidak menyukai semua orang, orang lain pun tidak semua menyukai kita.


Diri, terimakasih sudah menjalani hari dengan maksimal setiap harinya, menganggap ujian sebagai tantangan setiap harinya bukan musibah atau hukuman.

Lebih berat daripada di klaten dan di Jakarta. Ya pasti, setiap hari berganti, akan naik tantangan yang Allah SWT berikan, tanda bahwa kita sudah lulus diujian pada level yang dulu. Jadi, kamu, jangan berharap kehidupan kedepan akan lebih mudahh, oo tidak begitu konsepnya.

Disini, ngingetin banyak hal, disini nemu banyak hal sekaligus kehilangan banyak hal. Wajar, begitulah kehidupan, ada yang datang dan pergi. Harusnya gimana, harusnya diterima dan menatap kedepan.

Tidak beraturan, seperti tulisan ini, yang terlintas tertulis. Kehidupan juga kadang ga sesuai dengan planning. Yang naturalnya diriku tidak suka dengan yang diluar planning, dadakan, merusak planning, dst. Tapi, aku mulai memahami diri, lalu mengendalikannya, perlu waktu mengendalikan emosi, hitungan menit bahkan jam, yaa tidak apa-apa. Yang penting berusaha bersikap sebaik mungkin.

Akhir-akhir ini baru sadar bahwa dominannya koleris, ada plegmatis juga. Mulai mempelajari watak, goalnya mengurangi stress menghadapi orang lain. Ya walaupun nanti muncul stress-stress yang lain, ya biar lebih pantas lah naik ke tangga yang lebih tinggi.

Ngedengerin orang, kebiasaan baru yang ternyata membawa banyak mindset positive. Mulai menyeimbangkan hidup, antara diajak kerja rodi sambil di service dengan hal-hal terbaik, seperti makanan terbaik (sehat), aktivitas terbaik (tidur cukup, olahraga, dsb), tempat terbaik (bersih, rapi)

Sebenernya dimanapun saya ga ngubah cara hidup, sama aja, tetep milih yang sederhana, simple dan tidak glamour. Setiap hari afirmasi ke diri supaya hati terpaut dengan akhirat bukan ke dunia. Capek, ga ada selesainya, ga ada puas kalau ngejar dunia. Hidup cukup, mengantungkan cita-cita dan menyerahkannya ke Allah SWT saja.

Banyakin bersyukur, gitulah kehidupannya abdi negara, tidak banyak menuntut dan dipaksa harus cukup.