Sabtu, 13 Februari 2021

Ikan Memanjat Monyet Berenang

 Menilai kesuksesan ikan dari caranya memanjat dan monyet dari caranya berenang?

Pernah denger peribahasa itu ya. Kadang kita nih gak objektif dalam menilai orang lain. Berekspektasi terlalu tinggi terhadap orang lain yang mungkin itu bukan kapasitasnya. Termasuk ke diri sendiri, harus bisa segala hal, harus mahir di segala bidang, tentu akan berakibat kecewa kedepannya. No, kita tidak boleh menjudge segala sesuatu dari hanya satu sisi, dari hanya satu penilaian. Jika memang dirimu lebih dalam satu bidang, ya kembangkan itu menjadi lebih sempurna. Bersyukur kalau punya lebih dari satu potensi atau keahlian.



Setiap manusia di design masing-masing oleh Allah SWT unik. Design otak  juga berbeda-beda setiap manusia, ada yang bagus di musik, lukis, matematika, dsb. Atau ada yang bisa semua? Keajaiban dunia itu. Tapi, tenang, sebenarnya kita bisa pelajari semuanya, butuh waktu dan tenaga yang lebih banyak daripada orang yang memang punya bakat itu. Mengapa kita gak kenali saja diri kita sendiri, mau kita itu apa, bakat kita dimana, lalu fokus dan hebat di bidang itu. Lebih mudah untuk dipelajari, kita juga mempelajarinya dengan enjoy.

Menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya. Tidak perlu menuntut harus seperti ini dan itu, apalagi ke orang lain, ke diri sendiri pun gak enak kan rasanya? Yang harus kita lakukan apa? Improve setiap hari, memperbaiki diri setiap harinya, lebih baik dari hari ke hari. Jangan berhenti belajar dan bekerja keras. Memasang target penting juga, namun kendalikan diri jika target itu tidak sesuai dengan realitanya. Jalani sepenuh hati, jiwa dan raga. Jalani dengan ikhlas, tanpa paksaan, enjoy every time you have, every moment in your life. Kurangi trauma di masa lalu dan kekhawatiran akan masa depan. Jalani hari dengan penuh, penuh syukur, penuh perhatian, sepenuhnya hatimu pada setiap moment itu. Bahagia sekarang juga.  

Ada cerita yang tidak nyata dan tentu dikarang sedemikian rupa supaya nyambung ke tema tulisan dan enak dibaca hehehe

Pernah suatu hari, jatahnya puasa dan kebetulan hari itu kebablasan jadi gak sahur. Pagi hari hingga sore dia mengantikan bawahannya mendata di lapangan, dari satu rumah tangga ke rumah tangga lain. Kondisinya matahari sangat terik, yang  mau ditemui juga belum tentu ada dirumah. Which is sebenarnya itu bukan jobdesknya dia, dan sudah dilimpahkan ke orang lain, namun karena rasa tanggung jawab, dia juga ikut membantu. Sebelum magrib dia menyempatkan diri ke kantor, sudah mendekati adzan magrib, ada bawahan lainnya yang mau datang ke kantor untuk suatu urusan, yang sebenarnya sudah lewat jam kantor. Dengan panik, dia kebingungan dong, karena sudah berencana pulang karena mau menyiapkan buka puasa dan sebenarnya juga sudah capek. Terpaksalah dia menunggu bawahannya itu.

Karena merasa dekat, dia cerita dengan nada panik dan sedih ke seniornya kalau gak jadi pulang karena ada bawahan yang mau dateng. Seniornya juga masih ada di kantor waktu itu. Lalu, merasa, kok ini junior gini banget ya. Senior ini hanya memahami dari satu penggal waktu aja yang juniornya ngeluh, cerita di paragraf satu tentu dia tidak tahu atau entah tidak memahami. Waktu berlalu, dia tetap menunggu bawahannya sampai selesai urusannya baru dia pulang. Malammnya, yang biasa dia gak pernah buka story seniornya itu, seniornya bikin status dengan cerita ngomentarin video, (ada teman dikabupaten lain yang bikin video bagus banget) “seandainya punya junior yang bisa bikin kayak gini ya @.... ngetag temennya. Sedangkan bikin begituan, junior disini kegiatan besar lembur sekali aja ngeluhnya panjang banget”

Langsung saat itu hatinya hancur sehancur hancurnya, dikira mereka satu frekuensi, satu lingkaran pertemanan, saling memahami. Namun, dia tetap diam, tetap diam dan menangis tentunya. Lalu paginya, orang yang di tag itu (seniornya yg lain) juga nge PC dia bilang bahwa kerja di sini itu udah biasa pakai jam diluar kantor. Intinya suruh memahami. Deg. Langsung tambah hancur, dua seniornya nyerang dan meragukan kerja kerasnya. Seakan-akan tidak pernah kerja di luar jam kantor? Padahal, dihari itu aja udah melebihi jam kantor, lalu dihari-hari yang lalu gimana? Gak cuma sekali pakai jam istirahat untuk uruasan kantor.

Again, untuk masalah video, setiap orang punya kelebihan masing-masing. tidak semua orang pandai bikin video. Mungkin dia lebih dalam bidang lain, contohnya: selama ini tidak ada pekerjaan terbengkalai, selalu all out di setiap kerjaan, mungkin dia pandainya di nulis? So why? So what? harus bisa bikin video gitu? Jadi kenapa gak seniornya itu aja yang bikin video? Its hurt so much. Tapi, apakah membalas? Tentu saja tidak. Dia tetap melangkah maju, semakin baik dari hari ke hari, semakin memaksimalkan apa yang bisa dilakukan. Jadi tau aslinya, orang-orang disekelilingnya gimana, introspeksi diri, bahwa mengeluh itu tidak untuk disampaikan ke sembarang orang. Tetap menjaga privasi, membangun batasan kepada seniornya tersebut.

Ceritanya sampai disitu aja yaa. Bagi pembaca blog ini, please, jangan ngomongin orang di story/status dsb, walaupun gak nyebut nama, itu juga negative vibes buat orang yang baca. Dan kalau punya temen yang sukanya gitu, ati-ati aja, tinggal tunggu waktu saat hubunganmu gak baik dengannya, kamu yang akan diomongin. Untuk diriku dan dirimu, yuk jaga lisan jaga tulisan agar tidak menyinggung orang lain. Jangan menuntut orang lain untuk ini dan itu. Terima sepenuhnya setiap orang yang ada disekeliling, tidak usah mengandai-andai, senadainya punya temen yang gini dan gitu. Tapi jadilah yang terbaik untuk sekelilingmu. Salam Sehat! Sampai jumpa di lain artikel J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar