Rabu, 17 Februari 2021

Simbok Part 3

Semalaman saya tidak bisa tidur, hari dimana, bacaan Al Qur’anku terakhir kalinya didengar oleh beliau, entah bagaimana, pikiran saya terus melayang ke rumah, ke Simbok. Lampu sudah dimatikan, pintu kamar sudah ditutup, blower sudah dinyalakan, slimut sudah terpasang, tapi fikiran tidak dapat tenang. Sebelumnya saya tidak bisa focus, menjatuhkan barang untuk pertama kalinya, badan tidak seimbang.



Setelah kepulangannya, tangisan yang tidak dapat berhenti, bahkan ketika saya berharap mandi dapat menghentikan tangisan ini, nyatanya tidak, di dalam kamar mandi dan setelah keluar kamar mandi tetap air mata tidak dapat terbendung, mengalir dengan sendirinya. Kepala sudah sangat sakit, bacaan sholat dan al qur’an diikuti dengan tangisan. Tidur 3 jam, lalu jam 23.43 WITA terbangun lagi, dengan fikiran yang linglung. Hingga sudah berganti hari, yang saat ini jam 1.33 WITA, belum tertidur lagi. Aku kacau. Semua kacau.

 Di dapur, tempat favoriteku bekerja, mengerjakan tugas dari kantor, baru dapat ¼, lalu telfon itu berdering dari masku, yang mengabarkan bahwa Simbok meninggal. Lalu tidak dapat diteruskan lagi, aku menyerah pada pekerjaan untuk beberapa saat ini, yang biasanya sangat tepat waktu, bahkan jauh before the time sudah terselesaikan, kali ini, aku melewatkannya dulu. Malam sebelum , yang biasanya jarang Mas menghubungiku, lalu menghubungi untuk sama-sama menguatkan dan berdiskusi baiknya bagaimana.

Nasi? Apakah bisa saya makan setelah kepulangan beliau? Belum, belum bisa, padahal saya harusnya berbuka puasa dengan itu. Bahan-bahan masakan yang dibeli, apakah sempat diolah? Belum tersentuh. Badan tidak seimbang, fikiran penuh, hati hilang.  Hal yang pertama kali kurasakan, ucapan bela sungkawa? Tidak banyak memberikan efek, jadi untuk pelajaran diri sendiri, yang terpenting adalah mendoakan, tidak terlalu berpengaruh ucapan kala itu, tapi mungkin berpengaruh untuk kedepan, entah aku belum merasakan itu.

Teman? Dikala ini sangat dibutuhkan untuk mencari informasi dan dimintai tolong. Jazakumullah khayran untuk semua bantuannya, semoga Allah SWT membalas dengan lebih baik. Jadi please Rizky, untuk kedepannya, jika ada yang minta bantuan dalam keadaan ini, tolong dibantu, entah baru sibuk, entah kerja, entah apapun, tinggalkan dulu. Penting sekali untuk sekedar membantu bicara saat bertanya ke call center, membantu mengurus kepulangan, membantu bicara saat bertanya ke rumah sakit, dsb. Karena harus bicara pada saat-saat seperti ini adalah painfull, sangat menyakitkan. Harus berkendara sendiri keliling sana-sini juga sangat menyedihkan, menangis dalam perjalanan, hal yang pertama saya lakukan sejak di Palopo ini. Menganggap respon dari petugas medis itu jahat, baru kali ini juga saya rasakan. Yang mungkin jadi hal biasa jika saya berada dikondisi sedang baik-baik saja.


Ditulis 3/6/2020 pukul 01:51 WITA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar