Telah berapa kali kau habiskan hatiku dengan semua perlakuanmu. Telah berapa lama kau buat aku menunggu tanpa kepastian. Telah betapa kejam kau campakan diri ini. Telah berapa jauh kau buatku melangkah hanya demi dirimu. Sungguh, sudah hancur, habis dan berantakan hati ini karena ada dirimu. Aku sudah lelah dan hafal tentang semua sifat dan sikapmu yang sangat kejam itu. Sungguh, aku merasa semua benar-benar tak bermakna dihadapanmu. Semua usaha yang ku lakukan hanya kau abaikan dan tak kau acuhkan. Penat pikiran ini karena semua berpusat pada dirimu. Kau bukan hanya menghancurkan hatiku tapi kau juga ambil dariku, hingga saat ini sudah tak ada lagi. Sudahlah, aku muak dengan diri ini yang terus berlari menuju dirimu.
Saat ini, aku
sudah ada di titik balik perjuangan. Sudah, aku sudah menyerah tentang kamu.
Iya, kamu yang selama ini aku agung-agungkan layaknya dewa. Kenyataannya, aku
bukan dewi. Sudah seharusnya aku sadar dari awal tentang sikapmu. Tapi saat itu,
aku masih buta atau pura-pura buta dengan semua tanda. Hingga menyebabkan aku
jatuh sedalam-dalamnya. Ketika itu aku menutup semua mata, telinga, pikiran dan
hati untuk menyadari bahwa aku sudah salah arah saat menujumu. Yah benar, aku
memang egois karena memperjuangkan milikku tapi tidak memikirmu. Aku yang
selama ini pura-pura tak mengerti bahwa telah kau berikan hatimu pada dewi itu.
Dewi yang sangat jauh berbeda dengan diriku yang kotor, lusuh dan berantakan.
Terlalu terlambat menyadari bahwa diriku ini impossible jika bersanding denganmu. Kualitas diri ini masih jauh
jika dibandingkan denganmu.
Jatuh, lalu
bangun pada keesokan harinya. Aku tak tau mengapa sulit sekali aku berhenti
memperjuangkanmu. Apakah aku terlalu takut untuk menyerah? Atau aku hanya
memperdulikan hatiku tanpa peduli dengan yang lain? Sebegitu dalamnya aku
tenggelam dalam keindahanmu, hingga tak sempat menolong diriku sendiri. Aku
terlupa bahwa diri ini telah terlalu tinggi terbang untuk menggapaimu. Yaa,
akhirnya aku jatuh karena tak kunjung menemukanmu. Sudah parah luka dalam diri
ini. Akan tetapi, hanya aku diamkan ia menganga dan akhirnya aku tak sanggup
lagi menahan perihnya. Aku sudah pasrah, aku sudah tidak mau berusaha
memilikimu. Aku sakit dan sendiri dalam gelap malam. Aku terus berjalan dan menunggu
di tepi jalan berharap kau menolongku. Akan tetapi kau tak muncul juga, kau tak
datang untukku, kau tak menghampiriku. Sudah, berkali-kali aku berkata sudah
pada diriku, “Sudah menyerahlah hai kamu”.
Malam ini akan
kuakhiri semua ini, akan ku lepas kau sejauh-jauhnya. Tak akan lagi ku berlari
kearahmu. Aku akan tetap disini mengakhiri perasaanku sendiri. Sudah tak kuhiraukan,
apapun yang kau lakukan, aku tak peduli lagi. Biarlah kupendam semua gejolak
dalam batin. Aku sedang berusaha memperbaiki semua dan melupakanmu. Akan
tetapi, apa daya semua usaha melupakanmu hanya sia-sia saja. Semakin aku
berusaha melupakanmu, ingatan semakin jelas muncul dalam pikiran dan hati
terasa tercabik-cabik. Sudah tumpah berkali-kali air mataku. Yaa, aku sudah
lelah meneteskan air mata. Yang kulakukan sekarang lebih menyakitakan lagi
yaitu memendamnya dan menahan tangisan. Huaa rasanyaa sungguh luar biasa pedih.
Pilihanku
ternyata salah untuk melupakanmu. Sejauh ini tak membuahan hasil. Aku masih
saja termenung dan perih dalam hati setiap detik dalam hariku. Menyerah aku
melupakanmu. Setelah dalam perenungan yang mendalam, ternyata yang harus aku
lakukan adalah meikhlaskan. Aku merelakan semua yang pernah aku lakukan. Aku
mengikhlaskanmu pergi dari hidupku. Lakukan apapun yang kau inginkan, aku
takkan mengganggumu barang sedetikpun. Jika aku terlupa mulai merangkak
menujumu, tolong ingatkan usahaku yang sudah sangat keras meikhlaskanmu. Aku
hanya butuh bantuanmu agar engkau sembunyikan sinarmu dariku, atau jika tidak,
aku yang harus bersembunyi dari sinarmu. Sudah, aku harus memulai kehidupanku
sendiri tanpa bayang-bayangmu lagi. Aku akan mulai berjalan tanpa memikirkanmu.
Aku akan menjalani hariku dengan baik dan ikhlas. Tenang saja, aku tak akan
melakukan hal sama dengan dulu.
Saat ini,
hariku jalani dengan ceria, lebih tepatnya berusaha ceria. Aku tetap berdoa
agar ceriaku ini dapat mengubah diriku menjadi sebaik-baiknya manusia. Mungkin
di waktu yang akan datang saat kita bertemu lagi, aku akan melihatmu hanya
sebatas teman. Aku tak akan menyalahkan dan membencimu sedikitpun karena apa
yang aku rasakan adalah urusanku sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan
dirimu. Aku yang bersalah dalam hal ini, jadi tenang saja kamu tidak akan
mempunyai masalah denganku.
Aku berjanji
untuk melakukan yang terbaik setiap hari. Akan kusiapkan diri dan hati untuk
menyambut cinta yang baru. Aku akan lebih bersyukur saat aku jatuh cinta lagi
karena aku sudah punya bekal. Kalaupun aku tak bisa jatuh cinta, aku akan
berusaha setiap hari mencintai dia yang mencintaiku. Tidak masalah bagiku untuk
menjalani hari seperti itu karena dua insan yang sama-sama mencintai dan
bersatu adalah sangat luar biasa. Lama-lama jika hati dipupuk dan disirami setiap
hari, aku yakin akan tumbuh bunga cinta yang indah pula. Aku butuh bersyukur
setiap harinya agar semua berjalan dengan baik.
Sudah, aku
sudah mengihklaskanmu. Aku berdoa semoga kamu selalu bahagia dalam hidup. Yang perlu
kamu ketahui, aku tak pernah membencimu karena membenci adalah hal yang
menyakitkan. Aku tetap berharap kamu hidup dengan baik. Tetap bersinarlah
setiap hari. Aku yakin harimu akan lebih indah tanpa diriku.
Sedang apa
kamu sekarang hai masa laluku? Kalau aku sekarang sedang pura-pura
mengikhlaskanmu. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar