Setelah berbulan-bulan berfikir, merenung, dan meminta petunjuk dariNya. Akhirnya, aku memberanikan diri untuk bertanya. Akhirnya, aku tau apa yang ada di fikiranmu. Walaupun memaksakan diri dan membuang jauh ego, tapi aku tidak pernah menyesal untuk keputusan bertanya itu.
Berakhir sudah keabu-abuan tersebut, menjadi hitam sepenuhnya, tidak ada harapan cerah. Kamu telah lama melepasku, akupun harus melepasmu. Aku bahagia atas apapun keputusanmu. Meskipun kita tidak bersama, aku masih tetap menganggapmu hebat. You are magnificent. Berdecak kagum, seperti orang yang baru keluar dari melihat pertunjukan yang beyond the expectation.
Berakhir sudah cerita pendek yang dilalui bertahun-tahun karena memang sedikit sekali interaksi kita. Sudah cukup, aku berdoa untuk kebahagiaanmu. Aku menyerahkan semua kepadaNya. Aku pasrahkan semuanya. Tidak ada harapan apapun. Cukup sudah. Menjalani hari seperti biasa, berulang terus menerus.
Khawatir, dengan adanya varian baru corona, yang sangat cepat menyebar. Semoga kamu dan orang-orang terdekatmu aman dan sehat. Jaga kesehatan yaaa. Semoga bahagia selalu, damai, tenang, tentram hidupmu. Aku tidak akan bilang, “jangan keras ya terhadap dirimu.” Karena kamu tipe yang sangat ketat dan keras terhadap dirimu, untuk terus menjaga dan melangkah maju. Tidak, aku tidak mengangap itu buruk, justru itulah salah satu kelebihanmu. Y a, kamu pasti tau lah aku tidak menuntutmu dan memintamu untuk berubah, karena aku mengagumimu dengan apa adanya kamu, senatural mungkin, itu sudah membuatku (.....) tidak bisa tertuliskan hiks hiks
_paragraf diatas sebenernya kata-kata yang ingin kusampaikan, tapi tidak bisa, yasudah biarlah menjadi kata yang tak pernah dibaca maupun didengarnya_
Mungkin masih ada saatnya aku memikirkanmu, namun aku yakin dengan seiring waktu kuantitasnya akan berkurang, bahkan hilang, lalu mungkin muncul lagi karena tidak sengaja terlintas sosokmu. Biarlah, apa adanya. Aku tidak memaksakan diri jika itu tentang kamu. Tenang, kamu tidak pernah mengecewakanku. Kamu tidak pernah menyakitiku. Kamu tidak pernah menjadi orang yang aku benci. Aku tetap seperti ini. Melihatmu, seperti bunga, laut, langit, hamparan hijau, tanam dan semua hal yang indah, namun tidak pernah menjadi milikku. Hanya bisa melihat keindahannya, lalu pulang lagi ke rumah.
_aa paragraf diatas juga pengen kusampaikan ke kamu, tapi tetap tidak tersempaikan._
Oke. Gapapaaa. Aku mencoba membuat paragraf lain yang tidak ingin kusampaikan ke kamu. Baiklah mari membicarakan diri sendiri.
Kosong. Iya, memang kosong, tidak ada apapun dalam diriku. Namun, aku tetap tidak akan pernah menyerah dalam hidup. Akan aku jalani setiap harinya dengan baik. gagal berkali-kali, biarlah, memikul banyak beban, yaa emang gitu kehidupanku. Tidak ada yang patut dibanggakan, biarlah. Tidak ada nilai plus katanya, ya sudahlah. Aku menerima diriku, kurang dan lebihnya, apapun itu. Aku tidak menyerah. aku tetap bertahan dan berjuang setiap detiknya. Untuk tetap tidak menyakiti diri atau menyalah-nyalahkan diri. Cukup untukku bisa terpenuhi kebutuhan hari ini. bisa makan dengan tenang, berada di lingkungan yang nyaman, meskipun tetap harus melawan diri sendiri, biarlah kujalani ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar