Setelah
acara foto after wedding, kami langsung
mengambil barang-barang yang siap untuk dibawa ke America, hari sebelumya aku
sudah packing. Berangkat ke bandara yang ditempuh dalam waktu kurang lebih 1
jam. Kami pun sebenarnya belum terlalu nyambung jika ngobrol. Kami suka bingung
sendiri, mau ngomong apa lagi ya setelah ini. Seringnya diem lama, nglirik
terus sok-sokan cari kesibukan, agar gak terasa aneh saja. Setelah sampai
bandara, tentu diantar keluarga kami masing-masing, disertai tangisan semua
keluarga karena melepas anaknya yang selama 26 tahun bersama dalam 1 rumah.
Huhf, saat yang berat sebenarnya. Akan tetapi, kami harus tegar dan dewasa. Aku
mencoba tidak menangis, padahal dalam hatiku ingin sekali menangis. Setelah
tidak terlihat oleh keluarga, air mataku tidak dapat berhenti menetes. Hingga
sampai dipesawatpun aku masih saja menangis, berjam-jam non stop. Aku tidak
memikirkan untuk ngobrol dengan orang disampingku, yang beberapa jam lalu resmi
menjadi suamiku. Dia hanya melihatku, kadang menenangkan, “Sudah ya re jangan
nangis lagi.” Karena seharian capeknya luar biasa ditambah habis nangis,
kantukpun datang, kepalaku mendoyong ke samping kiri lalu tegak lagi, hampir
jatuh ke samping kanan lalu tegak lagi. Alvin lalu dengan lembut mengarakanku
untuk tidur di pangkuannya. Uuu, hal teromantis setelah akad nikah hehe
The first time, and still counting.. via www.facebook.com/puuung1/ |
Setelah lelah
dalam perjalanan, kami akhirnya sampai ke apartement. Kami istirahat dengan
dengan tenang dan senang tentunya. Sambil menyelaraskan chemistri kami
masing-masing, tidak dipungkiri banyak hal yang baru ku tahu tentang
kebiasaannya, tentang segala hal. Karena kami tidak melewati masa pacaran, aku
tidak tahu makanan apa yang dia suka maupun tidak suka. Aku saja masih merasa
aneh, setiap bangun tidur ada orang disampingku. Aku terbiasa tidur sendiri
sejak Sekolah Dasar. Kami masih merasa cangung dengan berbagi segala hal, mulai
dari kamar mandi, ruangan.
Kamu suka gak sih buah apel? via www.facebook.com/puuung1/ |
Kami harus
menyesuaikan kesukaan dan ketidaksukaan kami menjadi satu. Dalam apartement
kami, yang tidak luas, kami saling berdiskusi, barang apa yang pantas
diletakkan diruang-ruang tertentu. Aku mulai mengetahui bahwa dia orangnya
sangat mendetail dalam segala hal, padahal aku sering lupa akan hal-hal kecil, misal menaruh kunci dan segala
hal yang sebenarnya penting. Dia suka cerewet sekali saat jarum pentul untuk
kerudungku berceceran dimana-mana. Hal tersebut menakutkan bagi dia, bisa saja
melukaiku atau dia. Padahal waktu aku masih sendiri, sering jarum pentul aku
tancapkan dikasur samping bantal, it is okay, i never hurt because of that.
Setelah ku pikir-pikir ternyata benar juga. Hmm, perlu banyak waktu untuk
mengenalnya lebih jauh.
see? itu salah satu ruang di apartemen kami. via www.facebook.com/puuung1/ |
2
hari ini kami sibuk menata ruangan dan barang-barang kami. Alvin pindah di
apartemen ini tepat sehari sebelum dia balik ke Indonesia. Jadi ya masih kosong
dan barang-barangnya pun masih dalam kardus-kardus pindahan dari apartemen
lama. Dia memilih apartemen yang sedikit lebih besar dan bisa melihat bintang,
seperti yang pernah aku ceritakan ke dia, suatu saat aku ingin punya rumah yang
bisa ngelihat bintang dari atap, yah minimal dari jendela lah hehe.
Melihat bintang dari jendela. via www.facebook.com/puuung1/ |
Hari
ke3 dia sudah berangkat kerja. Sebelum berangkat kerja, aku selalu memberikan
kata-kata semangat untuk dia, seperti contohnya, “You can do everything because
you are my strongest husband.” Atau “ biarlah semua terjadi, yang penting do
your best, my sweetest husband!” Dan kata-kata lainnya sambil aku cium
keningnya. Aku yakin kesuksesan seseorang juga ditentukan orang disekitarnya.
Aku harus membuat dia hebat dan lebih percaya diri mengahadapi apapun.
Selamat bekerja, my husband. via www.facebook.com/puuung1/ |
Bersambung..
Disclaimer: Pas di pesawat, Rere pakai jilbab ya. Karena Jilbab itu wajib.
Cerita lengkap klik => Story About Us
Tidak ada komentar:
Posting Komentar