Jumat, 05 Mei 2017

Pengalaman Tak Terlupakan di Panti Jompo

I am back, setelah 2 website bersarang laba-laba karena udah lama gak diurusin sama makhluk yang satu ini. huhf, alhamdulillah balik lagi mood nulisku.
cerianya

Well, diawal kemunculan ini, saya mau bercerita pengalaman yang unforgettable, bikin trenyuh, dan gak nyangka terjadi di dunia yang indah ini.

Setelah perundingan yang panjang dan pertimbangan yang gak menye-menye, saya dan teman-teman yang tergabung dalam bakti sosial angkatan 56 melsayakan kegiatan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 pada 22 April 2017 di Cipayung Jakarta Timur. Awalnya, kami gak pernah membayangkan bakalan seperti apa jika disana, karena memang belum pernah bakti sosial di panti jompo. Akhirnya, kami pulang dengan cerita yang banyak dan sampai berkesimpulan di hati, “ternyata ada ya kayak gitu!”  Hayoo, kayak gitu apa? Penasaran kannnn..


Kami mulai acara dengan pembukaan(isinya sambutan-sambutan), games, dan penutupan(isinya ngasih hadiah ke nenek dan kakeknya, pamitan, foto-foto, minta maaf, beberes). Acaranya lebih keren dari ekspektasi kita, gak garing dan heboh, semua senyum bahagia, (walaupun dalam hati saya nangis hohoho..) Ada 200 nenek dan kakek yang tinggal di panti tersebut. Ada yang total care, semi total care, dan mandiri. Gedungnya sendiri-sendiri. Total care artinya semua serba dibantu, kalau yang mandiri itu dari nyuci, mandi, dsb sendiri.  Dalam satu kamar ada 3 nenek kalau yang mandiri.

For your information, panti ini milik pemerintah, jadi dananya dari pemerintah dan bantuan dari donatur-donatur. Saya sarankan jika punya rezeki lebih dibagi kesini sangat membantu sekali. Nenek dan kakek yang ada disini sebagian besar adalah dari razia di jalan. (Kebayang dikit kan arah tulisan ini)

Di sela-sela acara, saya sempat ngobrol dengan nenek dan kakeknya, pun mereka juga ada yang bercerita pengalaman-pengalamannya di depan dengan suka rela. Ijinkan saya menceritakan kembali kisah mereka disini...

Cerita ke 1:


Nama saya Mawar, saya berasal dari salah satu kabupaten di pulau Sumatra. Saya mempunyai anak laki-laki 5 dan semua sudah berkeluarga. Suami saya sudah meninggal. Seminggu yang lalu panti mendapat kabar bahwa anak saya ada di Bekasi. Saya bahagia, hati saya berdegup kencang mendengar kabar tersebut, tidak sabar saya ingin bertemu dan hidup bersama anak saya. Malam sebelum hari itu saya sudah berkemas dan berpamitan dengan penghuni panti lainnya karena esuk hari saya akan meninggalkan panti ini. Saya bersama pengurus panti naik mobil pergi menuju alamat anak saya tersebut.  Pagi ini, rasanya dunia begitu cerah lalu runtuh seketika, perjalanan jauh dari Jakarta ke Bekasi hanya menyisakan kekecewaan untuk saya, rumah tersebut sudah kosong, tidak ada penghuninya. Pengurus panti lalu menanyakan kepada ketua RT, ternyata anak saya sudah pindah dan tidak tahu pindah kemana. Pupus sudah harapan saya, seakan dunia menghujam keras dihati saya. Kami lalu pulang kembali ke panti, yah, biarlah kehidupan ini saya jalani, sampai hari inipun saya masih sangat sedih dan kecewa. Setelah dewasa anak-anak saya tidak ada yang mau menerima dan mengurusi saya.

Cerita ke 2

Nama saya Nuri. Saya dulu menikah dengan suami saya lalu tinggal di kabupaten asal suami saya di luar jawa. Saya dan suami memiliki rumah sendiri tapi kami tidak mempunyai anak. Sejak suami saya meninggal saya kembali lagi ke Jawa dan panjang ceritanya bisa sampai di Jakarta. Saya di Jakarta kena razia karena saya tidak punya rumah dan hanya meminta minta. Saya disini sudah 8 tahun dan sering sakit-sakitan. Saat inipun kaki saya sulit digerakkan dan beberapa hari tidak bisa beranjak dari tempat tidur.

Cerita ke 3

Nama saya Bondan, sejak saya muda, saya menjadi orang yang buruk. Saya suka minum-minuman keras, tidak mengurusi anak dan istri, hidup saya hanya untuk senang-senang diri saya sendiri. Sampai pada suatu saat, saya sedang berada di mobil ingin berangkat bekerja bersama teman saya, lalu tiba-tiba badan sebelah kanan saya tidak bisa digerakkan, seakan waktu berhenti berdenting, saya kena stroke. Saat saya dirumah sakit tidak ada yang mengurusi saya dan istri maupun anak-anak saya tidak mau menerima saya karena memang perlakuan saya pada mereka sudah sangat keterlaluan. Lalu, pak RT mengurus surat-surat segala macam pada dinas sosial agar saya bisa masuk ke panti jompo. Disinilah saya sekarang kakek tua yang selalu bersama kursi roda, saya berpesan agar jangan sia-siakan waktu kalian.

Cerita ke 4

Nama saya Melati, kalau bercerita tentang masa lalu saya bisa nangis sendiri, masa lalu saya sangat menyedihkan. Saya mempunyai suami dan seorang anak laki-laki. Suami saya menelantarkan saya dan anak saya. Anak saya sekarang sudah 5 tahun berkeluarga dan belum mempunyai anak, mereka tinggal di perkebunan di luar Jawa. Anak saya tidak tahu jika saya disini, karena saya tidak mau membebaninya. Setelah dulu saya ditelantarkan suami, saya merantau ke malaysia, lalu pulang ke Indonesia, saya mempunyai uang hasil kerja keras saya di Malaysia dan sudah dibelikan rumah sederhana di desa di Jawa, karena disana harganya masih sangat murah. Saya mencoba merantau ke Jakarta dan menjadi buruh pengupas bawang merah di pasar. Sore itu saya kena razia karena saya tidak membawa ktp dan tidak mempunyai rumah di Jakarta. Saya ikuti jalan hidup saya, saya baru 3 bulan disini. Saya tidak betah disini karena saya masih kuat, masih bisa kerja dan tidak enak menerima bantuan yang bukan menjadi hak saya. Saya tidak bisa juga keluar dari sini karena tidak ada keluarga yang menjemput. Lalu Allah SWT menjawab doa saya siang dan malam, ada mahasiswi yang sedang pkl disini, dia ngobrol dengan saya dan menanyai saya asalnya dari mana dsb. Ternyata dia mendapati bahwa saya adalah buruh tani neneknya. Ternyata saya bertemu dengan cucu majikan saya di desa. Dia lalu menghubungi neneknya  untuk mengurus ktp dan menjemput saya setelah lebaran tahun ini. Saya akan kembali ke rumah dan bekerja lagi. Betapa bahagianya saya jilka di rumah bisa mengaji di surau saat puasa dan mendirikan shalat malam tanpa mengangu siapapun.

                                                            ****

Sebenarnya masih banyak ceritanya tapi segitu aja dulu yaa.. Okay, dari nenek Melati saya tahu banyak tentang penghuni panti ini. Kata beliau hampir setengahnya yang ada di panti ini sakit jiwa dan setiap bulan kira-kira sebanyak 80 nenek/kakek dibawa ke rumah sakit jiwa untuk pemeriksaan rutin. Jika mereka sedang kambuh bisa marah-marah sendiri, berkeliling panti, teriak-teriak, nyanyi-nyanyi ya begitulah, maklum dari jalan. Mereka hidupnya memang sunguh keras. Jika kami sakit juga dibawa ke rumah sakit, disini juga ada mbak perawatnya. Yang gak didapat disini itu uang, mereka kalau mau jajan juga nunggu bantuan yang ngasih uang baru bisa jajan, panti hanya menyediakan kebutuhan sehari-hari bukan uang.

PESAN KU!

JANGAN PERNAH SIA-SIAIN ORANG TUA!


RENCANAKAN MASA TUAMU MULAI DARI SEKARANG BIAR SAAT UDAH TUA BISA TRAVELING KEMANA-MANA!



*semua nama disamarkan

Kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar