I am back, setelah 2 website bersarang laba-laba karena udah
lama gak diurusin sama makhluk yang satu ini. huhf, alhamdulillah balik lagi
mood nulisku.
cerianya |
Well, diawal kemunculan ini, saya mau bercerita pengalaman
yang unforgettable, bikin trenyuh, dan gak nyangka terjadi di dunia yang indah
ini.
Setelah perundingan yang panjang dan pertimbangan yang gak menye-menye, saya dan teman-teman yang
tergabung dalam bakti sosial angkatan 56 melsayakan kegiatan di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 1 pada 22 April 2017 di Cipayung Jakarta Timur. Awalnya,
kami gak pernah membayangkan bakalan seperti apa jika disana, karena memang
belum pernah bakti sosial di panti jompo. Akhirnya, kami pulang dengan cerita
yang banyak dan sampai berkesimpulan di hati, “ternyata ada ya kayak gitu!” Hayoo,
kayak gitu apa? Penasaran kannnn..
Kami mulai acara dengan pembukaan(isinya sambutan-sambutan),
games, dan penutupan(isinya ngasih hadiah ke nenek dan kakeknya, pamitan,
foto-foto, minta maaf, beberes). Acaranya lebih keren dari ekspektasi kita, gak
garing dan heboh, semua senyum bahagia, (walaupun dalam hati saya nangis hohoho..)
Ada 200 nenek dan kakek yang tinggal di panti tersebut. Ada yang total care,
semi total care, dan mandiri. Gedungnya sendiri-sendiri. Total care artinya
semua serba dibantu, kalau yang mandiri itu dari nyuci, mandi, dsb
sendiri. Dalam satu kamar ada 3 nenek
kalau yang mandiri.
For your
information, panti ini milik pemerintah, jadi dananya dari pemerintah dan
bantuan dari donatur-donatur. Saya sarankan jika punya rezeki lebih dibagi
kesini sangat membantu sekali. Nenek dan kakek yang ada disini sebagian besar
adalah dari razia di jalan. (Kebayang dikit kan arah tulisan ini)
Di sela-sela
acara, saya sempat ngobrol dengan nenek dan kakeknya, pun mereka juga ada yang
bercerita pengalaman-pengalamannya di depan dengan suka rela. Ijinkan saya
menceritakan kembali kisah mereka disini...
Cerita ke 1:
Nama saya Mawar, saya berasal dari salah satu kabupaten di
pulau Sumatra. Saya mempunyai anak laki-laki 5 dan semua sudah berkeluarga.
Suami saya sudah meninggal. Seminggu yang lalu panti mendapat kabar bahwa anak
saya ada di Bekasi. Saya bahagia, hati saya berdegup kencang mendengar kabar
tersebut, tidak sabar saya ingin bertemu dan hidup bersama anak saya. Malam sebelum
hari itu saya sudah berkemas dan berpamitan dengan penghuni panti lainnya
karena esuk hari saya akan meninggalkan panti ini. Saya bersama pengurus panti
naik mobil pergi menuju alamat anak saya tersebut. Pagi ini, rasanya dunia begitu cerah lalu
runtuh seketika, perjalanan jauh dari Jakarta ke Bekasi hanya menyisakan
kekecewaan untuk saya, rumah tersebut sudah kosong, tidak ada penghuninya. Pengurus
panti lalu menanyakan kepada ketua RT, ternyata anak saya sudah pindah dan
tidak tahu pindah kemana. Pupus sudah harapan saya, seakan dunia menghujam
keras dihati saya. Kami lalu pulang kembali ke panti, yah, biarlah kehidupan
ini saya jalani, sampai hari inipun saya masih sangat sedih dan kecewa. Setelah
dewasa anak-anak saya tidak ada yang mau menerima dan mengurusi saya.
Cerita ke 2
Nama saya Nuri. Saya dulu menikah dengan suami saya lalu
tinggal di kabupaten asal suami saya di luar jawa. Saya dan suami memiliki
rumah sendiri tapi kami tidak mempunyai anak. Sejak suami saya meninggal saya
kembali lagi ke Jawa dan panjang ceritanya bisa sampai di Jakarta. Saya di
Jakarta kena razia karena saya tidak punya rumah dan hanya meminta minta. Saya
disini sudah 8 tahun dan sering sakit-sakitan. Saat inipun kaki saya sulit
digerakkan dan beberapa hari tidak bisa beranjak dari tempat tidur.
Cerita ke 3
Nama saya Bondan, sejak saya muda, saya menjadi orang yang
buruk. Saya suka minum-minuman keras, tidak mengurusi anak dan istri, hidup
saya hanya untuk senang-senang diri saya sendiri. Sampai pada suatu saat, saya
sedang berada di mobil ingin berangkat bekerja bersama teman saya, lalu
tiba-tiba badan sebelah kanan saya tidak bisa digerakkan, seakan waktu berhenti
berdenting, saya kena stroke. Saat saya dirumah sakit tidak ada yang mengurusi
saya dan istri maupun anak-anak saya tidak mau menerima saya karena memang
perlakuan saya pada mereka sudah sangat keterlaluan. Lalu, pak RT mengurus
surat-surat segala macam pada dinas sosial agar saya bisa masuk ke panti jompo.
Disinilah saya sekarang kakek tua yang selalu bersama kursi roda, saya berpesan
agar jangan sia-siakan waktu kalian.
Cerita ke 4
Nama saya Melati, kalau bercerita tentang masa lalu saya bisa
nangis sendiri, masa lalu saya sangat menyedihkan. Saya mempunyai suami dan seorang
anak laki-laki. Suami saya menelantarkan saya dan anak saya. Anak saya sekarang
sudah 5 tahun berkeluarga dan belum mempunyai anak, mereka tinggal di
perkebunan di luar Jawa. Anak saya tidak tahu jika saya disini, karena saya
tidak mau membebaninya. Setelah dulu saya ditelantarkan suami, saya merantau ke
malaysia, lalu pulang ke Indonesia, saya mempunyai uang hasil kerja keras saya
di Malaysia dan sudah dibelikan rumah sederhana di desa di Jawa, karena disana
harganya masih sangat murah. Saya mencoba merantau ke Jakarta dan menjadi buruh
pengupas bawang merah di pasar. Sore itu saya kena razia karena saya tidak
membawa ktp dan tidak mempunyai rumah di Jakarta. Saya ikuti jalan hidup saya,
saya baru 3 bulan disini. Saya tidak betah disini karena saya masih kuat, masih
bisa kerja dan tidak enak menerima bantuan yang bukan menjadi hak saya. Saya tidak
bisa juga keluar dari sini karena tidak ada keluarga yang menjemput. Lalu Allah
SWT menjawab doa saya siang dan malam, ada mahasiswi yang sedang pkl disini,
dia ngobrol dengan saya dan menanyai saya asalnya dari mana dsb. Ternyata dia
mendapati bahwa saya adalah buruh tani neneknya. Ternyata saya bertemu dengan
cucu majikan saya di desa. Dia lalu menghubungi neneknya untuk mengurus ktp dan menjemput saya setelah
lebaran tahun ini. Saya akan kembali ke rumah dan bekerja lagi. Betapa
bahagianya saya jilka di rumah bisa mengaji di surau saat puasa dan mendirikan
shalat malam tanpa mengangu siapapun.
****
Sebenarnya masih banyak ceritanya tapi segitu aja dulu yaa.. Okay,
dari nenek Melati saya tahu banyak tentang penghuni panti ini. Kata beliau
hampir setengahnya yang ada di panti ini sakit jiwa dan setiap bulan kira-kira
sebanyak 80 nenek/kakek dibawa ke rumah sakit jiwa untuk pemeriksaan rutin. Jika
mereka sedang kambuh bisa marah-marah sendiri, berkeliling panti,
teriak-teriak, nyanyi-nyanyi ya begitulah, maklum dari jalan. Mereka hidupnya
memang sunguh keras. Jika kami sakit juga dibawa ke rumah sakit, disini juga
ada mbak perawatnya. Yang gak didapat disini itu uang, mereka kalau mau jajan
juga nunggu bantuan yang ngasih uang baru bisa jajan, panti hanya menyediakan
kebutuhan sehari-hari bukan uang.
PESAN KU!
JANGAN PERNAH SIA-SIAIN ORANG TUA!
RENCANAKAN MASA TUAMU MULAI DARI SEKARANG BIAR SAAT UDAH TUA
BISA TRAVELING KEMANA-MANA!
*semua nama disamarkan
Kami |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar