Selasa, 27 Desember 2016

Pelajaran Hidup dari Perjalanan Kereta

sumber gambar: www.pantauanharga.com

Hari ini kali pertama aku pergi jauh dari rumah. Selama 18 tahun berlalu, aku tidak pernah pergi sejauh dan selama yang akan aku tempuh ini. Aku pergi untuk merantau dari kabupaten kecil ke kota metropolitan terbesar di Indonesia. Aku adalah anak perempuan satu-satunya yang kecil, sering sakit-sakitan, sangat manja. Kali ini aku harus berubah, umurku sudah dewasa, sudah waktunya memikirkan yang orang dewasa pikirkan, yaitu tangung jawab.

Pagi itu, disertai tangisan semua keluarga aku mulai melangkah untuk pergi. Padahal sebelumnya aku tidak pernah melihat Ayah menangis selama aku hidup, Kakek meninggal saja beliau sangat tegar menghadapi cobaan itu, aku memahaminya, anak perempuannya akan keluar dari dekapannya. Aku bisa melihat kesedihan mereka saat melepasku pergi. Akan tetapi, hatiku sudah sangat tegar, aku berusaha tidak menunjukan kesedihanku ke mereka, dalam benak kutancapkan dalam-dalam bahwa ini untuk membahagiakan mereka juga.

Tidak lama, kereta datang ke stasiun kecil di kabupaten kami, aku bergegas masuk kereta. Aku mulai melepaskan semua kenyamanan yang aku rasakan saat bersama mereka. Aku mulai menghilangkan pemikiran egoisku selama ini. Sekuat apapun aku menahan, air mata ini menetes juga karena kenyataannya aku harus jauh dari mereka yang sangat aku sayangi, disertai syahdunya suasana pagi di kereta yang membelah persawahan-persawahan.

Pagi itu, aku melihat para petani itu dengan sudut pandang yang berbeda. Wajah mereka menunjukan harapan besar pada apa yang mereka tanam agar dapat menyambung hidup manusia khususnya untuk keluarganya. Mereka terlihat sangat ikhlas dan damai, tidak terburu-buru dan panik seperti kebanyakan orang kota. Dengan tiba-tiba terlintas di pikiranku, jika saja mereka tidak sabar dan mengejar kehidupan dunia, mereka semua akan pindah ke kota-kota besar dan bekerja disana. Lalu siapa yang akan menanam padi, sayur, buah dan apa yang bisa manusia makan. Mulai saat itu, aku berjanji akan menghargai apapun peran setiap orang, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.

Aku melihat kebanyakan rumah yang dilewati begitu sederhana dan kecil. Di samping rumah tersebut masih rindang pepohonan dan terlihat belum mendapat banyak campur tangan manusia. Hanya aku lihat beberapa rumah yang megah di samping jalan kereta ini. Lantas, aku membayangkan orang yang menghuni rumah-rumah tersebut. Apakah rumah yang lebih bagus akan membuat penghuninya lebih bahagia? Aku rasa tidak, karena aku sering melihat orang keluar rumah yang sangat sederhana dengan wajah yang sumringah dan tenang. Apakah banyaknya harta yang mereka miliki yang membuat keluarga bahagia? Ternyata tidak, aku melihat ke dalam keluargaku sendiri, ternyata kebahagiaan diciptakan dari kehangatan semua anggota keluarga dan rasa bersyukur. Ternyata apapun yang kita miliki harus disyukuri agar menjadi tenang dalam menjalani hidup.


Tidak terasa kereta yang aku naiki sudah mau sampai ke tempat tujuan. Seiring dengan itu saatnya aku bersiap untuk berjuang sebagai orang dewasa dan mandiri. See u at the top!

Cerpen: My Hijrah Story


twitter.com

            Aku? Siapa sebenarnya aku ini? Apa yang ada dalam hidupmu? Berbagai pertanyaan muncul menghantui setiap detik dalam hidupku berhari-hari ini. Setelah kejadian di kelas pelajaran sejarah, aku benar-benar marah dan tidak terima atas perkataan guru sejarah. Nama beliau adalah Pak Rahmadi. Beliau berhasil menghancurkan moodku yang selama ini baik-baik saja, aku menjadi krisis jati diri, aku tidak mengenali lagi siapa diriku ini sekarang. Akan ku ceritakan tentang “aku” yang sebelumnya, orang memangilku “ki”, aku masuk deretan cewek cantik dikelas, hingga cowok terpintar di kelaskupun menyukaiku. Aku juga disukai hampir semua guru apalagi guru matematika. Aku mendapat nilai terbaik di kelas karena beliau melihat penalaranku tentang matematika terbaik di kelas. Sampai beliau memamerkan aku di depan kelas lain, seperti menjadikan aku asistennya, beliau menyuruhku membawakan sesuatu ke kelas lain saat mau ngajar.

            Hidupku sebelumnya baik-baik saja, berjalan lancar dan tidak ada kegundahan. Aku jalani semua aktivitas dengan senang. Ketawa dengan keras saat bermain bersama teman-teman. Kami menikmati hari-hari bersama sebelum menjadi dewasa. Kami sama-sama tahu bahwa menjadi dewasa akan mengubah semua menjadi lebih rumit dan menghadapi banyak sekali masalah. Di dalam kelas, di kursi depan kelas, di bawah pohon, di kantin, di lapangan, asalkan itu bersama mereka semua akan menjadi luar biasa. Walaupun kita suka marah berlebihan pada hal kecil yang kami tidak suka, toh kita masih 14th, tidak masalah untuk membuat kesalahan.

            Kata orang remaja adalah saatnya mencari jati diri. Kami lebih berani mencoba hal baru dan tidak berfikir panjang untuk menentukan keputusan. Kami mudah berubah-ubah pendirian karena kita masih mencari mana yang sesungguhnya benar. Kami sebenarnya belum terlalu dewasa, tapi orang berfikiran kami ini sudah bisa membawa diri, lalu mereka melepaskan kami, padahal sesungguhnya kami ini perlu untuk di arahkan, perlu dilarang.

            Kembali lagi ke pelajaran sejarah, saat itu aku duduk di kursi depan, pas didepan meja guru. Pelajaran sejarah memang asik karena Pak Guru menyampaikan dengan menarik, tidak hanya soal menghafal tapi kita di buat berfikir mengapa kejadian itu berlangsung dan apa hikmah dibalik kejadian tersebut. Dengan wajah kami yang antusias, pak guru masuk ke dalam kelas dengan wajah sumringah pula. Kami tahu beliau sangat religius sekali, terlihat dari cara berpakaian dan cara berbicara beliau. Tidak seperti biasanya beliau bertanya apakah semua di sini orang Islam, lalu serepak kami jawab “iyaaa.” Sebenarnya pelajaran belum dimulai, karena belum diawali dengan doa. Kami masih ngobrol sendiri dengan teman membicarakan kejadian penting menurut versi kami, mungkin untuk versi orang dewasa itu sangat tidak penting, seperti menceritakan mimpi semalam, dsb. Lalu tiba-tiba Pak Guru menanyaiku, “Kamu orang islam ki?” Saya menjawab dengan wajah sumringah dan antusias, “Iya pak.” Memang itu ciri khasku, menyenangkan jika diajak bicara orang, karena aku sangat menghormati setiap lawan bicara. Lalu dengan wajah serius beliau bilang, “Ah, gak mungkin, wajahmu gak kelihatan islam-islamnya. Yakin kamu?” Aku mulai merasa heran dengan respon beliau, “Iya pak bener, gak bohong.” Aku kira percakapan itu usai, sambil buka-buka buku pelajaran, beliau menjawab lagi, “ Enggak ah, dari awal pertama saya melihatmu, kamu sepertinya bukan orang Islam.” Aku disitu merasa terpojokan, ini udah ngomong jujur, tapi beliau tidak percaya, kenapa sih emang kalau aku ini orang islam, apa aku gak pantas jadi orang islam. Sedikit nada kesal saya menjawab, “ Maksudnya gimana pak? Saya gak ngerti sama sekali.” Lalu dengan ciri khas wajah tenang beliau, “ Tidak gimana-gimana ki. Ya sudah.” Setelah beliau menjawab pertanyaanku, pelajaran dimulai dengan diawali doa yang dipimpin oleh ketua kelas.

Pada jam tersebut aku merasa tidak dihargai, karena sudah menyampaikan yang sebenarnya tapi sama sekali tidak dipercaya. Aku banyak melamun saat pelajaran, mengapa Pak Guru yang sangat baik dan masuk dalam deretan guru favoriteku sampai tidak mempercayaiku. Apa yang salah dengan diriku ini? Siapa sebenarnya aku ini? Jangan-jangan benar apa yang dikatakan beliau, bahwa aku bukan orang islam. Sungguh, banyak sekali pertanyaan yang menghantuiku beberapa hari setelahnya. Aku bingung mau cerita ke siapa. Mau cerita ke orang tua ya tidak mungkin, beliau sangat sibuk dengan pekerjaannya. Mau cerita ke guru ngaji waktu sd kelas 2 ya gak mungkin, karena beliau sudah menikah dan pindah di pinggiran kota. Akhirnya aku pendam sampai beberapa hari, yang biasanya aku gabung dengan teman-teman yang lain, kali ini aku menghindar dari mereka, duduk di paling pojok dan selalu membawa novel biar dikira sibuk. Sebenarnya novel tersebut tidak aku baca, hanya aku lihat dengan pandangan kosong. Dan memakai headset, padahal gak ada musik yang diputar di handphone.

Beberapa hari kujalani dengan krisis percaya diri. Sore itu di depan ruang kesiswaan aku terlihat sendiri dan tukang kebun yang sangat baik dan dekat denganku menghampiriku. By the way, aku aktif dalam kepengurusan osis jadi waktunya banyak di sekolah, dan sering berhubungan dengan guru maupun karyawan sekolah, makanya kenal dekat dengan mereka. Walaupun cuma sebagai tukang kebun, tapi rejeki beliau luar biasa banyak sehingga dapat pergi menunaikan ibadah haji. Beliau suka mengenakan kaus putih, celana kain longgar, dan kopiah putih, dengan postur badan yang tinggi dan sedikit gemuk.

“Kenapa nduk kok melamun di luar sendiri? Itu temen-temennya baru diskusi didalam?” tanya pak tukang kebun, yang aslinya pakai bahasa jawa, nadanya rendah dan enak didengar telingga.
Dengan malas aku menjawab, “baru pusing nih pak, hehe.”
“La kok pusing itu kenapa ki ? Ada masalah? Crita lah sama saya, siapa tau bisa dibantu.”
“Hmm, okelah aku cerita, 5 hari yang lalu, aku dibilang bukan orang islam sama Pak Rahmadi. Kira-kira kenapa ya pak? Padahal saya sudah jelaskan tapi beliau seakan tidak percaya gitu.” Ceritaku tanpa ragu.
“Yah, saya coba kasih pendapat ya nduk. Ini belum tentu bener lo ya. Kan ilmu saya masih sedikit, hehe(ketawanya yang renyah, tidak terlalu keras, dan hanya beberapa detik). Setau saya nih ya ki, orang islam itu sebenernya bisa dilihat dari mukanya. Kalau orang yang sering wudhu itu mukanya terlihat bersinar. Seperti ada cahaya gitu, gak kusem. Itu yang bisa lihat ya cuma beberapa orang aja. Banyak orang yang gak merperhatikan. Kalau Bapak sih gak terlalu bisa melihat jelas. Ya wallahu’alam lah ki.”
“Oo, gitu ya pak.” Belum sempat saya melanjutkan percakapan. Ketua osis memangilku untuk diajak diskusi mengenai acara tahunan sekolah kami. Sebenarnya aku sangat terperanjat. Analisa Pak Rahmadi dan Pak Tukang Kebun ini kok bisa tepat tanpa error sedikitpun. Aku menjadi semakin kaget, bingung dan sedih tentunya. Yaa, sejak aku lulus dari SD, orang tuaku sangat sibuk, padahal biasanya mereka yang mengawasiku shalat. Mereka memberi bekal agama yang cukup untukku, seperti private mengaji, mengajari shalat,dsb. Akan tetapi, setiap di telepon orang tua, walaupun gak sering, aku selalu ditanya, “sudah shalat belum?” Aku hanya menjawab, “belum, ntar lagi.” Lalu mereka berpesan panjang lebar seperti jaga kesehatan, jaga makan bergizi, dsb.

Setelah rapat usai, aku langsung pulang tanpa ngobrol dan basa-basi dengan teman. Lalu, aku merenung di kamar hingga waktu magrib tiba. Aku merenungi apa sih yang kurang dari diriku ini? sepertinya ada yang kurang lengkap, lalu tujuanku hidup di dunia ini apa? Maklum aku orangnya perfect. Apa-apa harus sempurna dan beralasan, nah kalau orang melihat wajahku tidak bercahaya, itu sangat menghantamku. Lalu, aku putuskan untuk mulai sekarang shalat. Karena sudah 2 tahun lebih jarang sekali shalat, aku lupa bacaan shalat. Mulailah kucari-cari buku bacaan shalat waktu aku kecil. Aku langsung menuju gudang dan mencari buku itu didalam tumpukan kardus-kardus buku yang sudah tidak terpakai.

Aku mulai menghafal lagi bagian-bagian yang lupa, lalu shalatlah aku. Di awal shalatku ini aku masih datar, tidak seutuhnya menghadirkan hati. Karena pertanyaan-pertanyaan tentang hidup belum bisa aku dapatkan jawabannya, aku jadi tidak fokus, limbung. Berganti hari, sorenya aku berangkat senam di sanggar senam ternama dikotaku, sebenarnya aku disitu bukan hanya untuk senam saja, tapi aku belajar mengenai senam agar bisa menjadi instruktur. Aku mendapat instruktur senam yang baru, dan wow, setelah dia selesai dan ingin pulang, dia pakai kerudung, maklum saat senam hanya cewek saja, jadi dia lepas kerudungnya. Pemandangan yang sangat baru untukku, karena instruktur senam sebelum-sebelumnya pakai pakaian modist dan sexy. Karena dia terlihat seperti masih muda, aku mengajak berkenalan. Dia adalah mahasiswi di universitas islam di kotaku. Lalu, dia mengajakku makan bersama di cafe yang jaraknya tidak jauh dari sanggar senam.

Aku tidak cangung ketika ngobrol dengan orang yang lebih dewasa, karena sebenarnya dengan teman sepantaranku, aku lebih sering ngemong (mengayomi). Jadi wajarlah obrolan kami begitu panjang. Tidak bisa dipungkiri pertanyaan-pertanyaan tentang hidup dan ibadah terus menghantuiku. Lalu, aku dengan hati-hati bertanya ke Mbak Ane. Mbak Ane menjawab dengan penalaran yang keren, alasan kita hidup dan diciptakan adalah untuk beribadah. “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (QS.51:56 ), akan tetapi sebenarnya kita yang membutuhkan ibadah dan Allah SWT, bukan sebaliknya. Misal kita manusia semua dzolim dan tidak mau beribadah, dengan mudah Allah akan mengganti dengan makhluk lain yang lebih baik. Itu sangat mudah dilakukan Allah yang merupakan Sang Pencipta alam semesta seisi-isinya. Luar biasa, saat mendengarkan jawaban Mbak Ane aku hanya speechless, kaku, membatu karena perasaan dan otakku bekerja bareng-bareng untuk mencerna setiap kata Mbak Ane. Setelah shalat magrib bersama, maka aku bergegas pulang, tidak lupa minta nomer hp Mbak Ane dong, hehe. Mbak Ane ini teman yang pas sekali untuk curhat dan bertanya segala hal, karena beliau tidak pernah menghakimi dan menguruiku. Dia tetap respect ke aku yang masih baru dalam islam dan belum berjilbab sepertinya. Bahkan, suatu saat dia memuji penampilanku karena beliau mengenaliku, aku orangnya suka di apresiasi.

Hari berganti hari, aku mulai belajar tentang Islam melalui buku, pengajian, dan Mbak Ane. Banyak pengetahuan-pengetahuan baru tentang Islam yang aku dapatkan. Aku mulai aktif mengikuti pengajian di kotaku. Sampai suatu saat ada yang membuatku lebih bersemangat. Sore itu hujan turun dengan deras, saat aku pulang dari pengajian di masjid besar di kotaku, aku di halte menunggu bis. Tiba-tiba seseorang berpostur tinggi, badannya agak berisi, berkulit coklat tapi cenderung ke kuning duduk didekatku. Dia memulai percakapan dengan bertanya,” mau kemana mbak?” Dia bilang bahwa dia sering melihatku di halte ini. Memang mukanya gak asing sih buatku. Tidak lama kemudian, bis jurusan rumahku datang. Yey, alhamdulillah pulang juga, tak lupa melambaikan tangan ke orang tadi.

Di perjalanan pulang, hp berbunyi ada permintaan teman di akun sosmed. Ting! Aku buka dan “terima”. Lalu ada pesan masuk, “hai mbak! Saya yang di halte tadi. Salam kenal mbak.” Aku penasaran tuh orang tau dari mana ya akun sosmedku. Aku diam dan berfikir sejenak, waah iyaa aku tadi menyebutkan nama lengkap. Dia mungkin ngetik di pencarian lalu nemu deh. Aku tidak menjawabnya sampai berganti hari ada pesan masuk lagi, “ Mbak kemarin dari pengajian ya? Itu jadwalnya tiap hari apa ya mbak?” Kali ini aku menjawab, “ Tiap hari Rabu sama Sabtu mas.” Setelah itu aku buka akun sosmednya, ternyata dia baru saja pindah ke sini sebulan yang lalu. Pantesan tuh orang gak tau, aku aja yang lahir dan besar disini taunya juga seminggu yang lalu.

Akhirnya hari sabtu juga, saatnya libur. Tak lupa ke pengajian juga, di halte aku ketemu masnya lagi. Dia menghampiriku, dan percakapan kami lebih panjang kali ini. Dia sekolah kelas 1 SMA. Kita ternyata punya hobi yang sama yaitu baca buku, khususnya novel. Pasti jika ketemu orang yang hobinya sama gini, janjian tukeran koleksi novel. Ternyata Mas Kevin temennya Mbak Ane, mereka ngajar anak anak kecil di kelas terbuka di kampung belakang masjid setiap hari. Mereka ikut organisasi volunteer di kota kami. Karena aku terlihat antusias Mas Kevin sering ngajak aku buat bantuin ngajarin anak-anak itu, apalagi ada Mbak Ane. Kita bertiga jadi dekat dan sering makan bareng. Ternyata berbagi itu indah sekali. Setiap rabu dan sabtu kami juga ikut pengajian bareng dan di halte ketemu dan ngobrol terus.

Hari berlalu begitu cepat, aku mulai memperbaiki cara berpakaianku. Berkat hidayah Allah melalui Mbak Ane dan teman-temanku, aku yakin berjilbab. Seiring dengan itu aku mulai gamang tentang kedekatanku dengan Mas Kevin. Sepertinya dia juga sama, karena hari ini materi pengajian kami tentang batasan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam. Memang aneh rasanya dia duduk tidak jauh dari tempatku duduk, tetapi tidak ngobrol sama sekali. Aku membayangkan 4 bulan lalu, dia menghampiriku, dan mulai saat itu kami dekat. Sepertinya kami saling merasa bahwa kami ini sebenarnya saling menyukai satu sama lain, dengan itu kami jadi saling menjaga jarak.

Setelah hari teraneh itu, jika aku dan Mas Kevin ketemu di halte, hanya melemparkan senyum atau hanya ada 1 pertanyaan, “Mau pulang ki?” jawabku cuma singkat juga, “Iya Mas.” Aku sekarang lebih dekat kepada Mbak Ane, semakin hari kami semakin mengingatkan satu sama lain. Mbak Ane yang dulunya masih suka pakai jilbab polos yang sedikit nerawang, karena aku sering ingatkan, “Didobel mbak.” Saat ini dia sudah pakai jilbab yang gak nerawang lagi. Dia juga memberi tahuku bahwa tidak boleh pakai jeans karena membentuk tubuh. Dan pelajaran-pelajaran lain yang kita saling berbagi satu sama lain.

Aku tidak sengaja berpapasan dengan Pak Rahmadi di depan kantin. Dengan rasa hormat dan sopan aku menyapa beliau. Melalui beliau, Allah SWT menegurku dan menyadarkanku bahwa aku sudah salah arah. Beliau sering mengatakan jika kita bertemu, “Semakin cantik aja ki. Hehehe.” Aku tahu maksud beliau adalah mukaku sudah sedikit bercahaya karena sering wudhu. Hmm, dimanapun Bapak berada semoga kebaikan Bapak dibalas Allah dengan kebaikan yang banyak. Seperti itulah doaku untuk orang-orang yang berbaik hati kepadaku.

Setiap minggu aku dan Mbak Ane menyempatkan bertemu tanpa Mas Kevin tentunya. Selain main bareng kita juga belajar agama bareng. Kita punya tujuan yang jelas yaitu bersama menuju jannahNya. By the way, aku beberapa minggu ini gak pernah ketemu Mas Kevin di halte, karena dia sudah mengunakan motor, mungkin juga untuk menjaga hati, agar kita tidak terlalu jauh melanggar laranganNya. Ini adalah bulan ke enam setelah pertemuan dihalte pertama waktu itu. Akan tetapi, aku masih menyimpan rasa, dan gak berkurang sedikitpun. Setiap aku duduk di halte, aku selalu ingat dia, dan yang kulakukan hanya menghela nafas, huuff...

            Kita sama-sama yakin, jodoh sudah ada yang mengatur. Seberapa besar rindu ini, tidak akan menghasilkan apapun karena itu belum waktunya. Kita menjaga hati agar tidak bergejolak tajam saat merasakan anugrah mencintai. Aku sangat bersyukur menjalani hari seperti ini, aku terbebas dari pergaulan bebas yang dapat merusak masa depan. Saat ini fokusku hanya untuk keluarga, pendidikan, dan yang paling utama belajar Agama bareng Mbak Ane.

            Beberapa tahun berlalu, Mbak Ane sudah menikah dan mempunyai 2 anak. Mas Kevin entah kemana, aku tak tahu kabarnya lagi, terakhir yang aku tahu dia sudah bekerja di perusahaan di luar negeri. Saat ini aku sudah lulus sarjana. Aku pun tidak yakin lagi perasaanku sama seperti dulu. Banyak orang datang dan pergi dalam kehidupanku ini. Tidak satupun yang menetap dihati. Mungkin aku perlu mencoba membuka hati. Entahlah, biar waktu yang menjawab.

Minggu, 11 Desember 2016

Review Seminar “Everyday Is Earth Day”


Sabtu 10 Desember 2016 telah dilaksanakan seminar yang diadakan oleh UKM PMKL STIS. Seminar tersebut dimulai pukul 08.00 hingga jam 12.15 di auditorium STIS. Terdapat 2 sesi dan 3 pembicara yang keren banget. Seminarnya membahas tentang pengelolaan sampah dan motivasi.

Sesi pertama itu bahas tentang pengelolaan sampah, pembicaranya ada yang dari Walhi dan Enigami.

1.      Edy Ardiansyah (Aktivis Walhi Jakarta)

Sumber: www.facebook.com/edy.ardiansyah

Kak Edy ini menyadarkan kalau sampah itu masalah dan musibah untuk kita semua. Sampah sebenarnya bisa terurai dengan sendirinya, tapi butuh waktu. Yang jadi masalah adalah manusia buang sampah itu banyak banget. Belum sempet terurai aja dateng yang lain. Di jakarta ada setiap hari ada 7500 ton sampah, huuf banyaknya. Ngebayangin mau ditaroh mana lagi tu sampah -_-

Minimnya kesadaran dari penghuni bumi, yang kita sama-sama minum dari sumber yang sama, tinggal di tanah yang sama, dan kita sama-sama bersalah musibah yang diakibatkan perlakuan kita ke alam. Kita manusia lebih mudah menyalahkan orang lain atas musibah yang menimpa. Hey, sadar gak kita sehari buang sampah berapa? Mungkin sampah dirumah masih bisa dibakar ya? Jadi gak ngerasa bersalah. Padahal kalau kita bakar sampah itu juga merusak alam, membuat udara tercemar, dan lagi-lagi berdampak ke ozon. Kesadaran kita sudah minim.

        Sebenarnya kita bisa menjadi disiplin terkait sampah ini. Singapure dendanya tinggi jika buang sampah sembarangan, merokok sembarangan, dsb. Dan warga Indonesia juga kalau ke Singapore mengikuti peraturan disana, tapi setelah balik lagi ke Indonesia, budaya baiknya gak diterapin lagi. huuft, sudahlah sedih saya kalau ngomongin kayak gini. Sekarang gini ya, kita berubah itu dampaknya bukan cuma hari ini, bukan juga cuma untuk diri kita, tapi untuk masa depan generasi penerus kita.

        Jakarta itu setiap tahun tanahnya turun 10cm. Diakibatkan oleh pembangunan yang tanpa analisa dampak lingkungan, ungai-sungai yang makin sempit, ruang terbuka hijau yang sedikit. Cuaca saat ini juga sudah menunjukan bahwa alam kita sebenarnya sudah mau berontak terhadap perlakuan manusia, sekarang ini membingungkan, tidak musim hujan juga tidak musim kemarau. (mengenang siklus musim hujan dan musim kemarau yang bergantian saat kecil dulu, wis yowislah). Dijakarta utara airnya juga sudah tidak bisa digunakan lagi karena tercemar, air harus beli di Indonesia yang sangat kaya ini. (dikosan juga sih).

       Manusia itu nunggu diuji dulu baru sadar. Setelah 120 jiwa melayang di Bandung karena ledakan gunungan sampah dari gas metananya, baru ditetapin Hari Sampah Nasional. Setelah ada banjir baru mulai bebenah tentang kali, sampah, dan pasukan orange yang suruh kerja, padahal yang buang sampah ke sungai bukan mereka, tapi masyarakat kita sendiri.
                
So, solusinya gimana sih?

1. Bank Sampah di setiap rumah

Memisahkan sampah organik, unorganik, B3. Jadi sampah organiknya di setiap rumah di kubur(bisa jadi kompos kan). Yang unorganik dan B3 dipisahin yang bisa dijual sama enggak. Someday lah kalau punya rumah sendiri, kalau di kosan Jakarta sini nginjek tanah aja kalau dikantin kampus hehe

2.  Reduce, Recycle, Refuse

Jadi bukan hanya reduce(mengurangi) dan recycle(mengubah kembali) tapi juga menolak untuk berboros-borosan plastik misal. Saat di pasar tradisional/modern berusaha mengurangi dengan membawa kantong sendiri.

3.Jadiin duit

Sebisa mungkin kita menjadikan sampah itu bernilai ekonomis tinggi, dengan merubahnya menjadi barang lain. Namun, jika tidak bisa maka dijual aja. Misal botol, kertas,dsb.

    Yang keren dari kak edy ini, dia bersama dengan komunitasnya berjuang masuk kedalam masyarakat(dari awal berdiri hingga sekarang walaupun komunitasnya udah gede) menerapkan program-program pengelolaan sampah dan sadar lingkungan. Ya emang susah, susah banget malah. Komunitasnya juga pernah demo dengan bugil memperjuangkan hutan lindung yang mau dibuat pertambangan(biar diliput media, biar semua sadar, biar pemerintah ambil kebijakan yang tepat). Perjuangan sekali. komunitasnya juga baru mengusahakan di setiap sekolah ada bank sampah jadi anak-anak bawa sampah dari rumah untuk di buang ke bank sampah.

2.      Sarudi Putra (FOUNDER ENIGAMI)


sumber: komunita.id


Apa itu enigami? Seni merubah sampah kertas menjadi barang bernilai ekonomis lain, misal boneka wisuda, topeng, dsb. Enigami itu seni asli INDONESIA. Enigami ini foundernya 2 orang. Dibentuk pada tahun 2010 oleh dia dan temenya waktu masih kulaih. Awalnya cuma untuk ikut lomba, dapet duit, udah. Tapi setelah sadar beliau-beliau mendirikan komunitas yang tujuannya untuk kehidupan bumi yang lebih baik.

Enigami ini kalau dibaca terbalik jadi imagine, imagine how the paper can be something beautiful. Tapi kertasnya bekas lo ya. Komunitas enigami ini sudah punya ibu-ibu binaan, workshop, dan kegiatan bermanfaat lainnya.

Kak Sarudi ini ngasih contoh buang sampah sembarangan itu seperti kita ngupilin temen kita. Tinggal nunggu aja reaksinya, mau di bogem, di tempeleng, atau di cubit wkwk. Please, guys jangan buang sampah sembarangan ya. Kalau ada sampah ambil, buang ke tong sampah. insyaAllah dah berpahala.

Jadi, komunitas ini mempunyai beberapa solusi mengenai sampah

1. Kupas-Kumpul-pilah-sedekah

Kak Sarudi cerita punya temen, tiap bulan ngumpulin sampah botol plastik bekas, dan dikasihkan ke pemulung. Pemulungnya seneng banget seperti dapat uang banyak gitu. That’s so simple to make someone happy. Sedekah sampah boleh juga kan. Komunitasnya ini juga menerima sedekah kertas yang sudah tidak dipakai untuk dibuat enigami.

2. Reduce Reuse Renewable Recycle Upcycle

Recycle itu sampah kertas diolah dengan mesin jadi kertas lagi. Sampah plastik diolah jadi plastik lagi. Kalau Upcycle itu sampah jadi barang lebih berharga. Misal kertas sisa skripsi jadi boneka skripsi.

Luar biasalah kakaknya ini, bisa mengunakan keahliannya untuk dibagi ke sesama. Memang susah bangun komunitas itu. Awalnya pasti banyak orang yang gak yakin. Hmm, pejuang pejuang lingkungan yang patut di lestarikan, ups salah di apresiasi dan di dukung.

Sesi kedua:

3. SABAR Gorky

See? Fotonya bikin merinding ya, apalagi lihat langsung via kontakperkasa-f.com

            Tahun 1990 Pak Sabar menjadi korban kecelakaan kereta yang mengakibatkan kaki kanannya diamputasi. Beliau sempat down 3-6bulan lalu bisa bangkit karena orang-orang terdekatnya terutama ibunya. Beliau ini suka dengan ketinggian dan naik gunung. Beliau bekerja sebagai tukang laundry tapi yang di laundry gedung (Bersihin gedung maksudnya) hehe.
          
       Keterbatasan itu bisa diatasi. Semangat adanya dihati yang tidak akan pernah habis. Beliau mengatasi keterbatasan tersebut dengan semangat yang membara. Beliau bergerak, gunung saja mampu beliau daki, ternyata Tuhan mengijinkan beliau untuk mendaki  gunung tersebut. Dari situlah beliau bangkit, harus meneruskan dan menjalani hidup untuk kedepannya.

      Jika kita buang sampah sembarangan, misal disungai. Iya sampahnya bisa diambil. Tapi kandungan kimia yang mencemari air sungai itu yang lebih berbahaya. Semakin lama kualitas air di bumi semakin buruk, sangat berdampak pada anak cucu kita. Apa yang kita lakukan sekarang, jelas berdampak untuk kedepannya.

                14 fakta mengenai Pak Sabar Gorky:

1.  Banyak gunung yang telah beliau daki, didalam dan diluar negri

Contoh gunungnya: Kilimanjaro benua afrika, elbrus benua eropa, gunung carstensz dan gunung jayawijaya papua. Bersalju guys. Hmm, kuat sekali.

2. Saat mendaki gunung, Orang asing tidak percaya bahwa beliau sampai puncak

Saat mendaki bersama teman-temannya, tiba-tiba ada orang asing yang bertanya, dia tadi sampai puncak? Temannya menjawab, “ia benar.” Lalu bule tersebut tidak percaya. Sebenarnya temanya pak sabar ini sudah mau emosi, tapi pak sabar menenangkan, “tidak masalah dia tidak percaya, kan saksinya Tuhan, dan kamu tadi yang videoin saya.”

3. Pernah tour sepeda dari Solo ke Bali

Pada tanggal 9-9-99 beliau mengikuti tour sepeda dari Solo hingga ke Bali, dengan satu kaki. Hmm, hebat sekali ya. Saya mah butiran debu berterbangan.

4. Motivasi kalau sedang suntuk dan jenuh?

Ya, bahasa anak mudanya galau lah ya. Beliau menyarankan refresing. Beliau pernah bersepeda dari jam 12 malam sampai pagi karena tidak bisa tidur dan galau. Beliau mengangap galau itu adalah proses menuju kesuksesan yang harus diajalani. Jangan takut keburukan akan terjadi, sudah pasrahkan saja. Hidup itu harus di jalani dan dinikmati. Permasalahan tidak akan selesai jika kita mengeluh. Hadapi saja. Didunia ini tidak ada yang tidak mungkin, semua bisa terjadi asal kita percaya di hati kita sendiri.

5. Manjat monas

Beliau pernah manjat monas. Ijinnya saja baru disetujui setelah 9 bulan. Motivasi beliau adalah membuktikan bahwa difabel bisa melakukan apa saja. Masyarakat selama ini mengangap difabel itu tidak bisa apa-apa, mereka cuma ngasih ikan, tidak ngasih pancing agar bisa berusaha sendiri.

6. Alasan naik gunung

Alasan pertama karena beliau hobi naik gunung.  Dan ingin membuktikan bahwa difabel itu mampu. Dan jika tidak diberi kesempatan maka tidak bisa. Jadi harus terus memberi kesempatan kepada difabel.

7. Beliau sering di caci

Dengan keterbatas yang dimiliki, banyak orang yang meremehkan beliau. Pernah beliau dikasih uang anak SMP bahkan anak SD dari 5000 rupiah, pernah juga dikasih Rp.1000. Hebatnya, beliau tidak marah dan menerima uang tersebut karena tahu bahwa anak-anak tersebut tidak tahu.

8. Persiapan sebelum naik gunung

Sebelum naik gunung beliau latihan fisik dulu. Bahkan ada yang dipersiapkan 6 bulan sebelumnya. Contoh latihan fisiknya. Nyepeda dari jam 1 sampai jam 3. Awalnya orang-orang ngira aneh sekali pak Sabar ini, siang-siang kok sepedaan. Setelah terkenal dan tahu kalau dia berhasil mendaki gunung keren banget itu, baru orang mengerti. Latihan yang lain: barbelan, sit up, push up, naik turun tangga, jalan dan selalu menambah beban dari 1 kg 2 kg sampai berat yang akan dibawa saat naik gunung, dsb. Selain itu beliau mempelajari gunung yang akan dituju, membutuhkan teknik apa, dan barang-barang juga disiapkan.

9. Mengelola emosi

Di gunung harus sabar, jika tidak, temanmu bisa mati. Sukses dalam pendakian bukan berhasil ke puncaknya tapi semua pulang dengan semangat. Beliau juga pernah cuma 200 meter lagi menuju puncak, tapi terjadi badai. Beliau dan kawan-kawan memutuskan turun, daripada bertaruh nyawa. Pas awal expedisi masih nikmat, tapi semakin jauh semakin berat karena kondisi sudah capek dan beban yang dibawa berat.

10. Fokus dalam pendakian

Ada 2 fokus pendakian, pertama puncak dan yang kedua lingkungan. Pendaki yang fokusnya kedua hanya ingin melihat kehidupan baru, bersosialisai dengan pendaki lain, dsb. Apapun fokusnya boleh asal yang baik. Walaupun fokusnya puncak, tapi jika tidak sampai ya bersyukur aja

11. Launcing buku perdana di STIS

Kisah beliau telah dibukukan, dan launcing pertama di seminar kali ini. Beliau sebebanrnya sudah punya angan-angan dari dulu untuk membuat buku. Belakangan kawannya datang dan mau menuliskan kisahnya. Mereka ngobrol dan kawannya yang menuliskan. Kemarin harganya Rp. 55000, dapet tanda tangan dan foto bareng.

12.  Pendakian beliau di sponsori

Semua pendakian yang beliau lakukan dapat sponsor semua. Beliau masukin proposal tentang tujuan dan biaya yg dibutuhkan. Tinggal menunggu di ACC atau tidak.

13. Pendakian yang paling berkesan

Pendakian beliau yang paling berkesan adalah gunung carstensz di papua. Beliau masukin proposal dan 9 tahun kemudian baru di ACC ditahun 2015. Beliau latihan fisik selama 6 bulan. Banyak medan yang harus dilalui seperti hutan tropis, jembatan,dsb. Beliau menyarankan jika ke carstensz harus banyak pengalaman dan mengunakan alat-alat tradisional. Dipuncak gunung itu bukan salju yang bentuknya debu seperti di luar negri, tapi seperti balok es yang ditata. Teman mendaki beliau ada yang sudah berumur 64 tahun namanya dokter Agung. Temannya ada yang ikut melanjutkan ke Jayawijaya, ada juga yang turun.

14. Sisi lain

Beliau selalu permisi dulu kepada yang gaib, karena itu tempat tinggal mereka, beliau cuma numpang lewat aja. Banyak pendaki yang kencing sembarangan, akhirnya gak bisa pulang harus naik ke tempat itu lagi. Beliau juga getem, anyel dengan kasus yang viral di sosmed, tentang mbak-mbak yang gak kuat setelah didatangin tim sar malah bilang gak muhrim. Bayangkan perjuangan tim sar menuju ke ketinggian tersebut, dengan semangat dan buru-buru pengen sampai, malah sampai atas begitu. Dengan bercanda beliau bergurau, “ Kalau saya jadi tim sarnya, saya glundungin biar mati sekalian.” Beliau juga berpesan kalau tidak mau susah dan berat gak usah naik gunung.



Kolom curhat:

Oo ya maafin, mau cerita dulu nih, hehe. Hari ini saya sebenarnya melewatkan 2 acara lain yang bikin nangis kalau gak ikut, ga selebay itu sih wkwk. Iyaaa, tadi pagi keluarga permata berangkat pisbut. Dan jam 10-jam 2.30 ada acara pelatihan blogger di Radio Dalem Jakarta Selatan. Namun, sedihnya saya gak bisa ikut dua acara itu karena sore sesi 4 direncanakan ada rapat PKL. Beneran deh pengen ikut PISBUT(pisah sambut), ini acaranya perpisahan dengan permata 54 dan menyambut 58. Semoga sukses semua deh Permata 54 yang mau penempatan, ditunggu undangannya:D. Selamat datang kepada Permata 58, mari terjebak bersama-sama, hehehe canda kok.
Btw, setiap angkatan di permata itu punya karakteristik masing-masing dan menurutku keren semua. Kalau permata 54 itu ada mbak-mbak yang ukhti-ukhti banget. Ada yang aktif banget berorganisasi dan kalangan atas kalau dalam kepanitiaan. Mas-masnya juga ada yang suka ngelucu. Ada yang IPK nya bikin iri maksimal. Ada yang udah bikin novel 2 dan tersedia di gramedia. Hmm, ada juga yang ganteng, eh gak ding wkwk. Duh, gak focus ya artikelnya. Maaf-maaf.


Jumat, 09 Desember 2016

Akan Ku Hampiri Engkau Meski Kau Jauh

In the train, meet u soon
Akan ku hampiri engkau meski kau jauh, terpisah jarak beratus-ratus kilometer, tapi aku yakin hati kita tak terpisah sedikitpun. Betapa hati bahagia membayangkan akan bertemu denganmu. Tabungan rindu yang sudah menumpuk, akan ku bongkar, bersamamu. Setiap detik rindu semakin bertambah. Sebenarnya aku tak suka jarak ini, tetapi tak bisa ku paksakan. Kita harus mengejar dunia kami masing-masing. Toh, kita masih 20an, tidak masalah untuk berjauhan.

Perjalanan yang menempuh sekitar 12 jam biasa kulalui. Sendiri ku tempuh setiap jarak yang memisahkan kita. Dalam alunan musik kerinduan, aku memecahkan keheningan dan kesepian hati. Aku seperti sosok yang mandiri, menempuh jarak sebegitu jauh hanya seorang diri. Akan tetapi jika boleh kau tahu, sebenarnya aku berharap saat ini bersama seseorang. Waktu menunggu mungkin tidak akan lagi menjadi hal yang membosankan.

Can’t wait to see u again. Hingga bertemu dengan kamu, seseorang yang selalu membuatku merasa, “I am home.” Pulang setelah lelah berkelana, pulang setelah semua tujuan ku lalui, pulang setelah aku merasa letih. Aku lihat kenyamanan, kedamaian, dan kesejukan pada dirimu. Aku menjadi seseorang yang lain saat denganmu. Hatiku menjadi hangat saat bersamamu. Dan senyumanku memancarkan aura kebahagian dan penuh cinta.

Tak pernah kubayangkan, aku melihatmu berbeda saat ini. Kamu yang tak biasa membuatku menunggu di stasiun saat aku sudah sampai, kali ini hingga satu jam kau tak juga muncul. Aku masih memaklumi hal tersebut. Aku tetap sabar. Pandanganmu berbeda saat melihatku, kamu tak lagi sehanggat dulu. Kamu terlihat menyembunyikan sesuatu dariku. Betapa berat perjuanganku, namun hatimu tlah runtuh. Aku melihat ada seseorang yang lain masuk dalam kehidupanmu. Yah, ternyata benar, saat aku tak sengaja mendengar, kau menelepon seseorang dan memangilnya, “Beib.”

Sontak, kau begitu kejam dan buatku terjatuh. Aku baru saja merasakan sedikit kenyamanan dan ingin menyamakan frekuensi kita yang sudah terasa berbeda. Perjuangan menjaga hati telah gagal. Aku sadar aku bukanlah yang terbaik yang bisa menemanimu setiap saat. Tanpa kata, aku merapikan barang-barangku dan pergi. Kau menjelaskan panjang lebar, tapi tak berani mengakui hal tersebut dan akhirnya kau diam. Aku tahu aku bukan siapa-siapamu, karena jarak dan aturan agama ini aku tak berani menjadikan hubungan kita lebih dari sekedar saling tahu bahwa kita masing-masing menyimpan rasa tanpa pernah mengungkapkannya.

Kau tak pernah tahu bagaimana aku saat tak bersamamu. Untuk melirik orang lain yang lebih daripada kau saja aku tak berani. Aku sangat menjaga komitmen kita yang invisible. Aku berada jauh darimu bukan untuk mencari orang terkasih, aku selalu tancapkan itu dalam hati dan otakku.  Aku mengabaikan semua yang berusaha mendekatiku. Aku terus meningkatkan kualitas diri agar kelak saat bersanding denganmu, kau bisa bangga memilikiku.

Kau tak pernah menyadari betapa hati yakin untukmu. Atau mungkin kau berpura-pura tak menyadari hal itu. Hingga kau biarkan hati yang lain masuk dalam hatimu.  Aku sangat yakin akan kita dimasa depan. Aku yakin mimpi-mimpi kita dapat terwujud bersama. Keyakinan-kenyakinanku ternyata berbeda dengan dirimu.

Kau tak pernah mengerti betapa aku merindukanmu. Setiap hari saat jauh denganmu, aku selalu menghitung berapa hari lagi yang dibutuhkan untuk bertemu denganmu. Intuisiku selalu mengarah kepadamu. Setiap terjadi perubahan selalu yang ingin aku beri tahu pertama adalah dirimu. Akan tetapi tidak setiap saat aku lakukan itu, karena aku tahu kamu juga sibuk dengan hari-harimu. Aku menahan untuk tidak memberitahumu setiap saat karena takut kau anggab sebagai penganggu untuk hal-hal yang tidak penting.

Berminggu-minggu setelah kejadian itu, tapi tak jua kau hiraukan aku. Untuk bertanya apakah aku baik-baik saja setelah kejadian itupun, kamu tidak. Aku tahu kamu telah bahagia dengannya. Kamu sudah menggapku masa lalumu mungkin. Sedikitlah berbalik dan melihat diriku. Disini aku sangat rapuh dan hancur karena kita.

Mungkin ku tak bisa buatmu luluh, setelah bertahun-tahun aku memperjuangkan kita. Usahaku untuk selalu menghampirimu tak membuatmu luluh. Perjuanganku untuk menjaga hubungan kita, tidak berasa di hatimu. Aku selalu mengalah dan mengutamakan kamu, itupun tak sedikitpun membuatmu menjaga tentang kita. Rasa tulusku saat aku membantumu mungkin tak sedikitpun kau anggap.

Namun kau tahu bahwa diriku sungguh-sunguh dalam hubungan kita. Kamu juga tahu bahwa tidak ada orang lain dalam hatiku.  Akan tetapi saat ini, kesungguhanku sudah tak berguna lagi bagimu, karena sudah ada hati yang lebih nyaman kau tempati. Sudahlah, aku akan mencoba pergi dan mengikhlaskanmu. Selamat menjalani hidup tanpa diriku, MASA MUDAKU.

Terinspirasi dari lagu:

Intuisi ~ Yura Yunita

Rabu, 07 Desember 2016

Story About Us #4 : New Life

Lanjutan cerita dari: Story About Us #3: I am the lucky man 

      Setelah pulang kerja, masih banyak waktu untuk melakukan aktivitas bersama Rere. Banyak kegiatan yang ingin kami lakukan bersama, karena sebelum menikah kami sangat jarang bertemu apalagi jalan bareng. Banyak tempat yang ingin kudatangi bersama Rere, menciptakan kenangan-kenangan baru. Malam ini aku mengajaknya jalan ke kompleks sekitar apartemen.

Menciptakan kenangan baru via www.facebook.com/puuung1
Jalan ini biasa kulalui dengan tanpa kesan. Kali ini berbeda, jalan ini bisa kunikmati keindahannya. Walaupun disepanjang jalan kami banyaknya cuma ngobrol, aku sedikit menceritakan tentang daerah-daerah disekitar apartement kami. Malam ini juga cerah, jadi bisa lihat bintang. Aku mengajak dia jalan karena seharian tadi dia dirumah terus, dan belum tahu lingkungan barunya. Setelah itu kami pulang.
I Love You everyday via www.facebook,com/puuung1 
Aku berjanji akan membuat dia nyaman dan tak akan kusakiti dia sedikitpun. Rere yang rela meninggalkan kenyamanan rumah bersama orang tuanya untuk bersamaku. Siapa aku ini, bahkan aku tak sedikitpun berkontribusi dalam hidupnya sebelum kita menikah, tapi aku ambil semuanya dari dia. Aku ambil hatinya, waktunya, dan cita-citanya. Sampai saat ini dan akan terus berlanjut, aku akan selalu menghargai pengorbanan dia. I will always love you everyday.

Pertama kulihat dia menangis via www.facebook.com/puuung1
   Aku pulang dari nge-gym di salah satu fasilitas apartement. Aku masuk apartemen dan kucari keberadaan Rere. Setelah mencari di dapur, tempat dia nulis, semua tempat, dan aku temukan dia menangis di kamar, seorang diri. Aku hanya bisa duduk di kasur, dan rasanya terpukul sekali, dia menangis dan aku tak pernah tahu. Aku tanya, “Rere kenapa? Aku salah ya?” Dia bercerita bahwa dia kangen sekali dengan keluarga dan anak-anak di Tk. Baru kali ini dia pergi sejauh dan selama ini dari keluarga. Aku sangat merasa bersalah telah merengut semua darinya. Aku minta maaf ke dia, juga aku tidak ada saat dia sedang sedih. Aku sebenarnya tidak tahu cara menghentikan wanita menangis, jadi aku putuskan menunggu dia selesai menangis. Setelah pandangannya menuju diriku, dia tahu bahwa aku sangat menyesal, lalu dia segera berdiri dari tidurnya dan memelukku.
She is absolutely very cute via www.facebook.com/puuung1

Aku memintanya berjanji, jika ingin menangis, jangan sembunyi dariku. Akan tetapi menangislah saat ada aku. Dengan begitu, aku bisa berada disampingmu dan membagi kesedihan bersama-sama. Untuk menghilangkan kesedihan, aku buatkan dia es sirup. Dia minum walaupun matanya masih sembab dan masih sedih. She is absolutely very cute. Setelah itu aku ajak dia makan di restaurant for the first time.
Finally, i can see her smile again. via www.facebook.com/puuung1
Aku hibur dia dengan menceritakan cerita lucu saat kita berada di kelas parenting dulu. Finally, i can see her smile again. Membuat istri bahagia adalah kewajiban suami. Hati wanita itu sensitif, mudah sedih. Akan tetapi, wanita  itu luar biasa. Mereka bisa multitasking dan selalu mengunakan hati untuk menentukan pilihan. Sedangkan laki-laki mengunakan logika ketika menentukan pilihan. Perpaduan yang indah kan? Maha Besar Alloh.

Bersambung..

Thanks for reading :D


Disclaimer: Rere pakai jilbab ya. Karena jilbab itu wajib.

 Cerita lengkap: StoryAboutUs

Senin, 05 Desember 2016

Aku membuat Bapak menangis dua kali


                Assalamualaikum wr wb bapak.. Sehat sekarang? Sebentar lagi aku pulang kok pak. hehe

                Ayahku tipe orang yang sangat jarang sekali menangis. Kakek meninggal saja, Bapak tidak menangis, sampai saya tanya ke beliau, “ Kok gak nangis?” Bapak menjawab, “ Sejak dewasa bapak sudah tidak pernah menangis lagi.” Beliau tipe orang pekerja keras, tidak mudah menyerah. Beliau biasa memperbaiki mesin cetak, padahal beliau bukan teknisi tapi operator mesin. Setiap aku tanya, “Sudah selesai belum mesinnya pak?” Suara dengan nada rendah di telepon kadang menjawab, “Hampir selasai dek, bapak sudah janji sama bos, 2 minggu selesai.”

                Jika bercerita tentang kuliah pasti ke Bapak, misal baru pusing banget dengan kepadatan kuliah. Bapak nasehatin dengan kata-kata bijaknya. Intinya, kerjaan yang kelihatan pasti bisa diselesain. Bumi Alloh itu luas, bersyukur aja dimanapun berada. Tipe penyayang keluarga, apalagi sama cucunya. Bapak juga care banget sama keluarga besarnya.

                Sebagai anak peremuan satu-satunya, aku pernah membuat Bapak menangis pada saat wisuda SMA disitu saya dapat nilai 10 Ujian Nasional pelajaran Matematika. Bapak di atas panggung menangis, tapi gak terlalu kelihatan sih, karena air matanya langsung diusap pakai tangan. Kalau gambar diatas dibesarin kelihatan matanya merah dan sedikit berair. Huuft sedikit kaget juga, ini pertama aku melihat Bapak meneteskan air mata.

                Setelah lulus aku ketrima di STIS dan UGM. Aku memilih kuliah di STIS karena itu juga permintaan Bapak. Setiap tahap pengumuman STIS, kami sekeluarga begadang nunggu jam 00.00. Setelah setiap tahap ketrima semua, Bapak bilang, “Ini kado buat Bapak karena Bapak sebentar lagi mau ulang tahun kan hehe.” Beliau pernah juga ngasih tau, “Sebenarnya sebelum punya anak aku, beliau pernah bercita-cita anaknya bisa kuliah di STIS, karena melihat anak Bosnya juga kuliah disana.”

                Hari berlalu begitu cepat sejak pengumuman. Sore itu, dengan diantar seluruh keluarga, aku berangkat merantau ke ibukota. Setiap keluargaku menangis, suasananya begitu dramatis.  Bapak juga menangis, apalagi saat memelukku. Anak perempuan satu-satunya yang setiap hari bersama, tidur dirumah, yang dari kecil di rawat sampai sebesar ini, harus dilepasnya. Beliau sebenarnya khawatir, jika terjadi sesuatu dengan anaknya ini. Ini kali kedua, beliau menangis gara-gara aku. Sekuat apapun mencoba menahan aku yakin hal itu sangat berat.

                Diujung telepon, pasti aku dengar suara, “Jaga kesehatan.” Sampai sekarang dia selalu mengkhawatirkan aku makan apa. Setiap telepon selalu ditanya, ”Udah makan belum? Sama apa? Makan yang bergizi.” Beliau juga care sekali dengan jadwal-jadwal kuliahku. Beliau juga sama sekali tidak mengijinkan aku kerja part time. Sampai kita berdiskusi berkali-kali, ujungnya pasti, “Kalau kamu kerja, Bapak gak kerja.” Hmm, bentuk kasih sayangnya kepada anak perempuan satu-satunya.

Love you, always pak.

Minggu, 04 Desember 2016

Story About Us #3: I’m the Lucky Man



 Lanjutan cerita:Story About Us #2: Beginning           

      Hari ini aku masuk kerja pertama setelah liburan musim panas. Sebenarnya berat sekali meninggalkan apartemen, karena ini pertama kali Rere tinggal sendirian. Aku khawatir dia akan bosan, dia belum punya sahabat dekat di sini. Walaupun aku yakin dia akan sibuk dengan nulisnya, tapi rasanya berat aja. Yasudahlah, bismillah, aku kerja hari ini. Di sepanjang jalan aku terus memikirkan tentang kami. Dari awal ketemu sampai 4 hari yang lalu aku menikahinya.
     
Gak tega ninggalin Rere via www.facebook.com/puuung1
Sungguh besar nikmat Allah yang telah diberikan padaku. Aku berjodoh dengan wanita yang aku temui 2 tahun yang lalu. Saat itu, aku baru pulang kerja, aku iseng ikut kursus parenting di dekat kantorku. Aku masuk ke kelas yang dibimbing oleh Rere(yang sekarang jadi istriku). Aku menjadi satu-satunya peserta yang belum menikah. Karena 1 bulan lagi aku mau pindah kerja ke kantor pusat yang ada di America, maka aku minta dipercepat programnya, dari 6 bulan jadi 1 bulan. Lalu, pemilik kursus menyarankan untuk private and everyday class. Yasudah, aku turuti saja, terlanjur bayar juga.

Awalnya aku ikut kursus itu hanya penasaran dan mengisi waktu kosong. Saat ini, banyak hal yang perlu aku siapkan, waktuku menjadi sangat padat. Aku jadi tidak enjoy lagi dengan kursus itu, tapi entah mengapa aku tetap saja berangkat. Aku fikir Rere sudah menikah, sampai 2 minggu kemudian, di sela-sela sesi aku bertanya ke dia, “ Anaknya sudah berapa mbak?” Dia menjawab, “ Saya masih single mas.” Kaget aku, selama ini aku sangat cuek dan sangat membatasi komunikasi diantara kami karena menjaga hati masing-masing. Singkat cerita, aku mulai dekat dengannya dan diskusi kami jadi hidup. 2 minggu berselang aku lalu berangkat ke America. Kami sudah terlajur dekat, dan aku rasa kita saling tahu bahwa kita sama-sama menyimpan rasa. Akan tetapi, banyak penghalang diantara kami, mulai dari pekerjaan, jarak, dsb.
Kami mulai dekat via www.facebook.com/puuung1


Kami berhasil mengatasi semuanya. Tak sedikitpun aku berpaling ke wanita selain dia. Rere adalah wanita yang sangat sederhana, jarang pakai makeup, visioner, gak neko-neko. Susah memang menemukan wanita yang seperti itu, and i get it wkwk. Wanita seperti itu tidak akan membuat saya sebagai lelaki khawatir, kehabisan harta, masuk neraka. Istri itu tangung jawab suami saat diakhirat kelak. Aku yakin akan kepribadian dia yang begitu cantik.

Begitu sederhana via www.facebook.com/puuung1

Hari ini sungguh padat pekerjaan di kantorku karena lama aku tinggal. Aku berada di lingkungan kerja dengan partner dari berabagai negara. Kadang kami ribut akan masalah-masalah kecil, karena berbeda kepribadiannya. Jika sudah seperti itu, aku milih menghindar saja. Setiap hari kami dikejar-kejar deadline laporan setiap cabang perusahaan kami yang berada di berbagai negara. Waktu 8 jam terasa begitu cepat, semangat kami sebenarnya masih membara karena habis liburan. Yey, go home.
Pelepas lelah via www.facebook,com/puuung1

    Berbeda dengan sebelumnya, kali ini aku pulang ke rumah dengan semangat karena ada seseorang yang sedang menunggu. Biasanya setelah pulang kerja aku dan teman-teman sekantor hang out dulu, tapi kali ini langsung semangat pulang hehe


Bersambung..

Disclaimer: Pada ilustrasi "Kami mulai dekat", Rere pakai jilbab ya. Karena memakai jilbab adalah kewajiban

Cerita lengkap:StoryAboutUs

Jumat, 02 Desember 2016

Meningkatkan Target Ibadah


Meningkatkan target via linkedln.com

Kenapa sih kita harus meningkatkan target ibadah terus? Karena Ridho Allah itu gak gampang didapetin, surga itu juga gak mudah dimasukin, harus perlu perjuangan panjang dan istiqomah menuju kebaikan. Sebagai hamba Allah SWT, kita tentu paham dengan naik tingkat. Jika kita sedang diuji, setelah kita berhasil melewati itu semua maka kita akan naik tingkat. Nah ada sesuatu nih di paragraf selanjutnya.. hehe

Kamu tentu pernah merasakan, setelah target-target harian terlaksana semua, tetapi masih ada yang kurang, hati masih belum tenang, (kadang orang malah mengartikan kurang piknik hmm). Kata Ustadzah Khodariyah, itu tanda bahwa ibadah kita perlu ditambah lagi, dan sebenarnya Allah SWT akan menaikan derajat kita. Jika kita berada di tingkat lebih atas, tidak mungkin kan beban dan tugas kita semakin berkurang, justu akan semakin bertambah terus menerus. Akan tetapi, jangan khawatir Allah SWT juga akan meningkatkan kualitas diri kita agar dapat melewati semua itu.

Btw, kita semua udah punya terget amalan harian kan ya? Ini nih contoh daftar amalan harian:

·         Shalat wajib di awal waktu
·         Shalat dhuha(awalnya 2 rakaat, 4 rakaat, dst)
·         Baca Al Quran(dimulai dari 1 halaman, 1 lembar, 5 lembar, 10 lembar/1 juz, dst)
·         Shalat Rawatib

Dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada sholat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah ‘isya, dan dua rakaat sebelum subuh“. (HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794)1

·         Puasa Senin Kamis. Btw kalau gak sempet sahur gak papa kok karena sahur itu sunnah muakad, kamu juga gak akan mati karena puasa tapi gak sahur. Coba aja dulu, kalau gak kuat boleh kok dibatalin. Yang penting nyoba dulu.

Rasul juga pernah tidak sahur ketika puasa, ini hadistnya:
Dari ‘Aisyah ummul mukminin –Radhiyallahu anha- berliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku di satu hari: Wahai ‘Aisyah apakah kamu memiliki sesuatu (makanan)? Aku menjawab: Wahai Rasulullah ! Kita tidak memiliki apa-apa. Maka beliau berkata: Saya berpuasa. (HR Muslim)2

·         Tahajut(dimulai dari 2 rakaat, 4 rakaat, 6 rakaat, 8 rakaat, dst) + shalat witir(1 rakaat, 3 rakaat, dst). Aneh ya cuma 1 rakaat? Akan tetapi ada hadistnya kok

“Shalat malam itu 2 rakaat salam, 2 rakaat salam. Apabila kalian khawatir masuk subuh, hendaknya dia shalat satu rakaat sebagai witir dari shalat malam yang telah dia kerjakan.” (HR. Bukhari 990 dan Muslim 749).3

·         Sedekah(misal perminggu berapa gitu, sesuai kemampuan)
·         Olahraga(misal perminggu sekali, dst)
·         Silaturahmi(ini mah bebas perminggu berapa kali, tapi sebaiknya ada ya)
·         Hafalin Quran
Dst

            Sedikit berbagi pengalaman, saya dulu mulainya dengan membuat daftar amalan harian, ada kolom yang harus dicentang kalau sudah melaksanakan dan dievaluasi per minggu oleh kak Diah, kakak liqo’ pertamaku. Dimulai dari yang termudah dulu, yang sekiranya saya kuat maksain dan ngejalanin. Misal daftar diatas, saya baca alquran baru 5 lembar. Beuuh awalnya rasanya berat banget, baca al quran 5 lembar, yang sebelumnya cuma 1 halaman. Tapi, coba paksain dulu, lama-lama kamu akan merasakan nikmatnya beribadah. Dan rasanya dihati kurang gitu kalau belum ngelaksanain itu.

            Kalau kamu baru mulai seperti saya, langkahnya
1. Buat targetmu, tulis, dan evaluasi setiap minggu.
2. Paksain aja dulu, awalnya emang keteteran dan sulit, lama kelamaan kamu akan merasakan sensasinya. Luar biasa adem dah di hati. Ga percaya? Coba aja dulu.
3. Kalau ada temennya semakin enak. Makanya ajakin sahabatmu buat mulai membuat target amalan harian. (nambah pahala juga ngajak orang ke arah kebaikan hehe)

Udah berhasil? Yakin gak pengen nambah? Nambah aja, jangan khawatir soal waktu, semakin kamu sibuk untuk kebaikan-kebaikan, maka waktumu akan semakin efektif digunakannya. Jadi, saat ditanya pertanggung jawaban waktu luang pas diakhirat, kita bisa tenang jawabnya.  Allah SWT pasti akan selalu ada disetiap urusanmu, Insya Allah dimudakan dalam segala hal, jika kamu selalu mengutamakan Allah dulu.

Ada juga hal yang penting, bahwa kita tetap tidak boleh memandang rendah orang lain yang terlihat amalannya masih lebih sedikit daripada kita. Kita mungkin bisa salah sangka, orang tersebut siapa tahu amalannya disembunyikan, yang bisa jadi itu lebih besar dan lebih diterima Allah daripada amalan kita. Kita ini tidak tahu, apakah amalan kita yang kita fikir sudah banyak bakalan diterima Allah SWT, maka dari itu kita tidak boleh sombong.

Kita bisa melakukan ibadah-ibadah tersebut juga karena karunia Allah kepada kita. Jika Allah tidak memberikan karuniaNya kepada kita, apa yang akan terjadi dengan keseharian kita? Tanpa ada rasa tenang damai dalam menjalani segala aktifitas. Jadi sekali lagi kita tidak boleh sombong.

"Sungguh amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga." Mereka bertanya, "tidak pula engkau ya Rasulallah?" Beliau menjawab, "Tidak pula saya. Hanya saja Allah meliputiku dengan karunia dan rahmat-Nya. Karenanya berlakulah benar (beramal sesuai dengan sunnah) dan berlakulah sedang (tidak berlebihan dalam ibadah dan tidak kendor atau lemah)." (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik al-Bukhari)4

Wallahu'alam



Referensi:
4.http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2015/01/16/35075/renungan-jangan-merasa-bangga-diri-dengan-amal-kita/