Jumat, 09 Desember 2016

Akan Ku Hampiri Engkau Meski Kau Jauh

In the train, meet u soon
Akan ku hampiri engkau meski kau jauh, terpisah jarak beratus-ratus kilometer, tapi aku yakin hati kita tak terpisah sedikitpun. Betapa hati bahagia membayangkan akan bertemu denganmu. Tabungan rindu yang sudah menumpuk, akan ku bongkar, bersamamu. Setiap detik rindu semakin bertambah. Sebenarnya aku tak suka jarak ini, tetapi tak bisa ku paksakan. Kita harus mengejar dunia kami masing-masing. Toh, kita masih 20an, tidak masalah untuk berjauhan.

Perjalanan yang menempuh sekitar 12 jam biasa kulalui. Sendiri ku tempuh setiap jarak yang memisahkan kita. Dalam alunan musik kerinduan, aku memecahkan keheningan dan kesepian hati. Aku seperti sosok yang mandiri, menempuh jarak sebegitu jauh hanya seorang diri. Akan tetapi jika boleh kau tahu, sebenarnya aku berharap saat ini bersama seseorang. Waktu menunggu mungkin tidak akan lagi menjadi hal yang membosankan.

Can’t wait to see u again. Hingga bertemu dengan kamu, seseorang yang selalu membuatku merasa, “I am home.” Pulang setelah lelah berkelana, pulang setelah semua tujuan ku lalui, pulang setelah aku merasa letih. Aku lihat kenyamanan, kedamaian, dan kesejukan pada dirimu. Aku menjadi seseorang yang lain saat denganmu. Hatiku menjadi hangat saat bersamamu. Dan senyumanku memancarkan aura kebahagian dan penuh cinta.

Tak pernah kubayangkan, aku melihatmu berbeda saat ini. Kamu yang tak biasa membuatku menunggu di stasiun saat aku sudah sampai, kali ini hingga satu jam kau tak juga muncul. Aku masih memaklumi hal tersebut. Aku tetap sabar. Pandanganmu berbeda saat melihatku, kamu tak lagi sehanggat dulu. Kamu terlihat menyembunyikan sesuatu dariku. Betapa berat perjuanganku, namun hatimu tlah runtuh. Aku melihat ada seseorang yang lain masuk dalam kehidupanmu. Yah, ternyata benar, saat aku tak sengaja mendengar, kau menelepon seseorang dan memangilnya, “Beib.”

Sontak, kau begitu kejam dan buatku terjatuh. Aku baru saja merasakan sedikit kenyamanan dan ingin menyamakan frekuensi kita yang sudah terasa berbeda. Perjuangan menjaga hati telah gagal. Aku sadar aku bukanlah yang terbaik yang bisa menemanimu setiap saat. Tanpa kata, aku merapikan barang-barangku dan pergi. Kau menjelaskan panjang lebar, tapi tak berani mengakui hal tersebut dan akhirnya kau diam. Aku tahu aku bukan siapa-siapamu, karena jarak dan aturan agama ini aku tak berani menjadikan hubungan kita lebih dari sekedar saling tahu bahwa kita masing-masing menyimpan rasa tanpa pernah mengungkapkannya.

Kau tak pernah tahu bagaimana aku saat tak bersamamu. Untuk melirik orang lain yang lebih daripada kau saja aku tak berani. Aku sangat menjaga komitmen kita yang invisible. Aku berada jauh darimu bukan untuk mencari orang terkasih, aku selalu tancapkan itu dalam hati dan otakku.  Aku mengabaikan semua yang berusaha mendekatiku. Aku terus meningkatkan kualitas diri agar kelak saat bersanding denganmu, kau bisa bangga memilikiku.

Kau tak pernah menyadari betapa hati yakin untukmu. Atau mungkin kau berpura-pura tak menyadari hal itu. Hingga kau biarkan hati yang lain masuk dalam hatimu.  Aku sangat yakin akan kita dimasa depan. Aku yakin mimpi-mimpi kita dapat terwujud bersama. Keyakinan-kenyakinanku ternyata berbeda dengan dirimu.

Kau tak pernah mengerti betapa aku merindukanmu. Setiap hari saat jauh denganmu, aku selalu menghitung berapa hari lagi yang dibutuhkan untuk bertemu denganmu. Intuisiku selalu mengarah kepadamu. Setiap terjadi perubahan selalu yang ingin aku beri tahu pertama adalah dirimu. Akan tetapi tidak setiap saat aku lakukan itu, karena aku tahu kamu juga sibuk dengan hari-harimu. Aku menahan untuk tidak memberitahumu setiap saat karena takut kau anggab sebagai penganggu untuk hal-hal yang tidak penting.

Berminggu-minggu setelah kejadian itu, tapi tak jua kau hiraukan aku. Untuk bertanya apakah aku baik-baik saja setelah kejadian itupun, kamu tidak. Aku tahu kamu telah bahagia dengannya. Kamu sudah menggapku masa lalumu mungkin. Sedikitlah berbalik dan melihat diriku. Disini aku sangat rapuh dan hancur karena kita.

Mungkin ku tak bisa buatmu luluh, setelah bertahun-tahun aku memperjuangkan kita. Usahaku untuk selalu menghampirimu tak membuatmu luluh. Perjuanganku untuk menjaga hubungan kita, tidak berasa di hatimu. Aku selalu mengalah dan mengutamakan kamu, itupun tak sedikitpun membuatmu menjaga tentang kita. Rasa tulusku saat aku membantumu mungkin tak sedikitpun kau anggap.

Namun kau tahu bahwa diriku sungguh-sunguh dalam hubungan kita. Kamu juga tahu bahwa tidak ada orang lain dalam hatiku.  Akan tetapi saat ini, kesungguhanku sudah tak berguna lagi bagimu, karena sudah ada hati yang lebih nyaman kau tempati. Sudahlah, aku akan mencoba pergi dan mengikhlaskanmu. Selamat menjalani hidup tanpa diriku, MASA MUDAKU.

Terinspirasi dari lagu:

Intuisi ~ Yura Yunita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar