In the train, meet u soon |
Perjalanan
yang menempuh sekitar 12 jam biasa kulalui. Sendiri ku tempuh setiap jarak yang memisahkan kita. Dalam alunan
musik kerinduan, aku memecahkan keheningan dan kesepian hati. Aku seperti sosok
yang mandiri, menempuh jarak sebegitu jauh hanya seorang diri. Akan tetapi jika
boleh kau tahu, sebenarnya aku berharap saat ini bersama seseorang. Waktu menunggu
mungkin tidak akan lagi menjadi hal yang membosankan.
Can’t wait to
see u again. Hingga bertemu dengan kamu,
seseorang yang selalu membuatku merasa, “I am home.” Pulang setelah lelah
berkelana, pulang setelah semua tujuan ku lalui, pulang setelah aku merasa
letih. Aku lihat kenyamanan, kedamaian, dan kesejukan pada dirimu. Aku menjadi
seseorang yang lain saat denganmu. Hatiku menjadi hangat saat bersamamu. Dan senyumanku
memancarkan aura kebahagian dan penuh cinta.
Tak pernah
kubayangkan, aku melihatmu berbeda saat ini. Kamu yang tak biasa membuatku
menunggu di stasiun saat aku sudah sampai, kali ini hingga satu jam kau tak juga
muncul. Aku masih memaklumi hal tersebut. Aku tetap sabar. Pandanganmu berbeda
saat melihatku, kamu tak lagi sehanggat dulu. Kamu terlihat menyembunyikan
sesuatu dariku. Betapa berat perjuanganku, namun
hatimu tlah runtuh. Aku melihat ada seseorang yang lain masuk dalam
kehidupanmu. Yah, ternyata benar, saat aku tak sengaja mendengar, kau menelepon
seseorang dan memangilnya, “Beib.”
Sontak, kau
begitu kejam dan buatku terjatuh. Aku
baru saja merasakan sedikit kenyamanan dan ingin menyamakan frekuensi kita yang
sudah terasa berbeda. Perjuangan menjaga hati telah gagal. Aku sadar aku
bukanlah yang terbaik yang bisa menemanimu setiap saat. Tanpa kata, aku merapikan barang-barangku dan pergi. Kau menjelaskan panjang lebar, tapi
tak berani mengakui hal tersebut dan akhirnya kau diam. Aku tahu aku bukan
siapa-siapamu, karena jarak dan aturan agama ini aku tak berani menjadikan
hubungan kita lebih dari sekedar saling tahu bahwa kita masing-masing menyimpan rasa tanpa pernah
mengungkapkannya.
Kau tak pernah tahu bagaimana aku saat
tak bersamamu. Untuk melirik orang lain yang lebih daripada kau saja aku tak
berani. Aku sangat menjaga komitmen kita yang invisible. Aku berada jauh darimu
bukan untuk mencari orang terkasih, aku selalu tancapkan itu dalam hati dan
otakku. Aku mengabaikan semua yang
berusaha mendekatiku. Aku terus meningkatkan kualitas diri agar kelak saat
bersanding denganmu, kau bisa bangga memilikiku.
Kau tak pernah
menyadari betapa hati yakin untukmu. Atau
mungkin kau berpura-pura tak menyadari hal itu. Hingga kau biarkan hati yang
lain masuk dalam hatimu. Aku sangat
yakin akan kita dimasa depan. Aku yakin mimpi-mimpi kita dapat terwujud
bersama. Keyakinan-kenyakinanku ternyata berbeda dengan dirimu.
Kau tak pernah
mengerti betapa aku merindukanmu. Setiap
hari saat jauh denganmu, aku selalu menghitung berapa hari lagi yang dibutuhkan
untuk bertemu denganmu. Intuisiku selalu
mengarah kepadamu. Setiap terjadi perubahan selalu yang ingin aku beri tahu
pertama adalah dirimu. Akan tetapi tidak setiap saat aku lakukan itu, karena aku
tahu kamu juga sibuk dengan hari-harimu. Aku menahan untuk tidak memberitahumu
setiap saat karena takut kau anggab sebagai penganggu untuk hal-hal yang tidak
penting.
Berminggu-minggu
setelah kejadian itu, tapi tak jua kau
hiraukan aku. Untuk bertanya apakah aku baik-baik saja setelah kejadian
itupun, kamu tidak. Aku tahu kamu telah bahagia dengannya. Kamu sudah menggapku
masa lalumu mungkin. Sedikitlah berbalik dan melihat diriku. Disini aku sangat
rapuh dan hancur karena kita.
Mungkin ku tak bisa buatmu luluh, setelah
bertahun-tahun aku memperjuangkan kita. Usahaku untuk selalu menghampirimu tak membuatmu luluh. Perjuanganku untuk menjaga hubungan kita, tidak berasa di hatimu. Aku selalu mengalah dan mengutamakan kamu, itupun tak
sedikitpun membuatmu menjaga tentang kita. Rasa tulusku saat aku membantumu
mungkin tak sedikitpun kau anggap.
Namun kau tahu bahwa diriku sungguh-sunguh dalam
hubungan kita. Kamu juga tahu bahwa tidak ada orang lain dalam hatiku. Akan tetapi saat ini, kesungguhanku sudah tak
berguna lagi bagimu, karena sudah ada hati yang lebih nyaman kau tempati. Sudahlah,
aku akan mencoba pergi dan mengikhlaskanmu. Selamat menjalani hidup tanpa
diriku, MASA MUDAKU.
Terinspirasi dari lagu:
Intuisi ~ Yura Yunita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar