Assalamualaikum
wr wb bapak.. Sehat sekarang? Sebentar lagi aku pulang kok pak. hehe
Ayahku
tipe orang yang sangat jarang sekali menangis. Kakek meninggal saja, Bapak
tidak menangis, sampai saya tanya ke beliau, “ Kok gak nangis?” Bapak menjawab,
“ Sejak dewasa bapak sudah tidak pernah menangis lagi.” Beliau tipe orang
pekerja keras, tidak mudah menyerah. Beliau biasa memperbaiki mesin cetak,
padahal beliau bukan teknisi tapi operator mesin. Setiap aku tanya, “Sudah
selesai belum mesinnya pak?” Suara dengan nada rendah di telepon kadang menjawab,
“Hampir selasai dek, bapak sudah janji sama bos, 2 minggu selesai.”
Jika
bercerita tentang kuliah pasti ke Bapak, misal baru pusing banget dengan
kepadatan kuliah. Bapak nasehatin dengan kata-kata bijaknya. Intinya, kerjaan
yang kelihatan pasti bisa diselesain. Bumi Alloh itu luas, bersyukur aja
dimanapun berada. Tipe penyayang keluarga, apalagi sama cucunya. Bapak juga
care banget sama keluarga besarnya.
Sebagai
anak peremuan satu-satunya, aku pernah membuat Bapak menangis pada saat wisuda
SMA disitu saya dapat nilai 10 Ujian Nasional pelajaran Matematika. Bapak di atas panggung
menangis, tapi gak terlalu kelihatan sih, karena air matanya langsung diusap
pakai tangan. Kalau gambar diatas dibesarin kelihatan matanya merah dan sedikit
berair. Huuft sedikit kaget juga, ini pertama aku melihat Bapak meneteskan air
mata.
Setelah
lulus aku ketrima di STIS dan UGM. Aku memilih kuliah di STIS karena itu juga
permintaan Bapak. Setiap tahap pengumuman STIS, kami sekeluarga begadang nunggu
jam 00.00. Setelah setiap tahap ketrima semua, Bapak bilang, “Ini kado buat
Bapak karena Bapak sebentar lagi mau ulang tahun kan hehe.” Beliau pernah juga
ngasih tau, “Sebenarnya sebelum punya anak aku, beliau pernah bercita-cita
anaknya bisa kuliah di STIS, karena melihat anak Bosnya juga kuliah disana.”
Hari
berlalu begitu cepat sejak pengumuman. Sore itu, dengan diantar seluruh
keluarga, aku berangkat merantau ke ibukota. Setiap keluargaku menangis,
suasananya begitu dramatis. Bapak juga
menangis, apalagi saat memelukku. Anak perempuan satu-satunya yang setiap hari
bersama, tidur dirumah, yang dari kecil di rawat sampai sebesar ini, harus
dilepasnya. Beliau sebenarnya khawatir, jika terjadi sesuatu dengan anaknya
ini. Ini kali kedua, beliau menangis gara-gara aku. Sekuat apapun mencoba
menahan aku yakin hal itu sangat berat.
Diujung
telepon, pasti aku dengar suara, “Jaga kesehatan.” Sampai sekarang dia selalu
mengkhawatirkan aku makan apa. Setiap telepon selalu ditanya, ”Udah makan
belum? Sama apa? Makan yang bergizi.” Beliau juga care sekali dengan
jadwal-jadwal kuliahku. Beliau juga sama sekali tidak mengijinkan aku kerja
part time. Sampai kita berdiskusi berkali-kali, ujungnya pasti, “Kalau kamu
kerja, Bapak gak kerja.” Hmm, bentuk kasih sayangnya kepada anak perempuan
satu-satunya.
Love you, always pak.
Like this...klwrga yg plg mengerti kita...keharmonisan klwrga sAngat mendukung kesuksesan anggota klwrganya
BalasHapusBu baiti, terimakasih bu gurukuu :")
Hapus