Sabtu, 20 Februari 2021

Terasa dekat dan akrab

Entah, bagaimana awalnya perasaan ini muncul. Entah bagaimana pula, menanggulanginya setelah muncul dan menguat.



Secara kuantitas, bisa dihitung jari hari dimana kita bisa saling melihat. Bisa dihitung dengan satu jari tangan waktu dimana kita bisa saling bertukar pikiran. Namun tidak dapat terhitung oleh angka waktu dimana kamu bersliweran di hati dan otakku.

Secara kualitas, tidak ada quality time antara kita berdua, sama sekali. Entah bagaimana Allah SWT menganugerahkan perasaan indah yang mulai tumbuh berkembang menjadi sangat lebat dan tak tergantikan. Kamu, satu-satunya orang yang ada difikiranku saat diam maupun saat kumintanya untuk berhenti memikirkanmu. ‘Bagaimana’, kata tanya itu yang paling sering muncul disertai perasaan ini.

Seperti tidak terjangkau. Seperti sangat jauh. Seperti sangat sulit. Untuk mewujudkan ‘kita’. Namun entah mengapa, setiap kusadari itu, beberapa detik kemudian muncul harapan seperti daun-daun muda yang membuat semakin besar pohon perasaanku kepadamu. Berkali-kali menyerah, give up sudah, namun berkali-kali pula diyakinkan kembali, dikuatkan kembali olehNya.

Darimana awalnya? Mungkin saat pertama kali aku melihatmu. Mungkin beberapa hari setelahnya, saat kita mulai terbiasa melakukan aktivitas bersama. Atau setelah terpisahkan lalu beberapa jam bertemu. Atau bertahun-tahun setelahnya lalu kita berjumpa kembali? Entah. Aku tidak berani mengungkapkan bahkan saat ditanya di depanmu. Seperti pecundang ya. Ya aku membohongi diriku sendiri, kamu dan orang-orang disekitarku. Egois. Diriku hanya menunggu, tidak berani maju dan berjuang. Takut? Sangat. Sangat takut diriku saat kamu tidak memiliki perasaan yang sama denganku.

Aku bertanya-tanya, adilkah ini untukmu? Bahkan adilkah ini untukku jika aku terus begini. Sepertinya tidak. Tunggu, beri aku waktu 26 hari lagi agar bisa merenungi bagaimana jalan terbaik untuk kita. Aku berdoa serta berpasrah kepadaNya, apakah yang akan membawa kita. Apakah keputusan tetap diam, atau mengungkapkan. Apakah memberi taumu atau diam hingga kembali menujuNya. Atau diberikan orang lain yang lebih pas menjadi jodohku, atau kamu diberikan orang lain yang lebih pas menjadi jodohmu.

Aku sangat mencintaimu. Namun, aku juga mengikhlaskan dirimu jika tidak bersamaku dan kebahagiaanmu bukan diriku. Aku akan sangat bahagia di hari bahagiam. Hari dimana kamu bahagia, aku turut serta. Aku lebih memilih kamu bahagia walaupun tak bersamaku daripada bersamaku tapi itu bukan dirimu yang sesungguhnya. Aku menyukai apa yang kamu sukai, termasuk setiap keadaanmu. Pure, aku menyayangimu.

Dari dasar hatiku, aku hanya berharap yang terbaik untukmu. Aku tidak mensyaratkan perasaan dibalas dengan perasaan yang sama, mendoakan dibalas dengan didoakan. Sungguh aku akan baik-baik saja dan tetap berjuang walaupun kenyataannya perasaanku bertepuk sebelah tangan. Pernah mengenalmu saja aku sudah sangat bersyukur. Aku yang dulu maupun yang sekarang tetap menjadi your secret admire. Saat ini aku tetap mengagumimu, ciptaan Allah yang sangat kusayangi dan kucintai. Entah mungkin sampai nanti aku akan tetap seperti itu. Aku hanya ingin kamu tau, disaat kamu merasa sangat tidak berguna dan direndahkan orang lain, ada orang yang sangat menghargai dan menginginkanmu, itu aku.

Rabu, 17 Februari 2021

Healing

Dan pada akhirnya, kita harus memasrahkan apapun yang kita minta kepadaNya. Perencanaan yang meleset, orang yang tidak tepat maupun sudah dijalani namun belum berhasil. Apakah itu tidak baik? Oo tentu saja sangat baik, karena Allah SWT yang tau segalanya, sedangkan kita tidak tau apapun. Jika ia berkata, “belum tepat, kamu belum siap, kamu belum pantas.” Yah sudah, tidak perlu disesali, hanya perlu dijalani. Penerimaan dengan penuh syukur serta lebih memaknai lagi hari-hari yang dijalani.

Sedih dan kecewa adalah manusiawi, namun tindakan saat rasa itu muncul yang bisa kita kendalikan. Sadari bahwa sudah sewajarnya lah manusia merasakan berbagai macam perasaan, tidak hanya bahagia, rindu, cinta, dsb namun Allah SWT juga menciptakan marah, kecewa, sedih, tidak berarti, dsb. Sepaket, tidak boleh dipilih. Saat rasa yang negative itu muncul bagaimana, biarkan, lalu hari demi hari healing dengan perasaan-perasaan positif, sesak di dada? Memang, selanjutnya ingat-ingat lagi paragraph ke 1, tanamkan mindset positif terus menerus, perlu usaha. Kita yang putuskan mau seperti apa perasaan kita.

Ada saatnya hari kita menjadi berat, bahkan terasa setiap hari pun berat. Hal-hal tidak berjalan seperti yang diharapkan. Di bombardir dari segala sisi mental kita. Namun, namun, ini hanya dunia, kehidupan dunia saja. Dunia memang seperti ini, agar kita tidak takut mati dan terlalu mencintai dunia. Besarkan syukur, plus sayangi diri sendiri yang sudah mau berjuang setiap harinya menjalani hal-hal baik meskipun berat. Jangan disalah-salahkan, beri nutrisi terbaik, beri treatment terbaik, kamu layak mendapatkan itu, you deserve it.

Setelah berusaha keras, setelah menahan semuanya, pasrahkan padaNya mengenai hasil. Kita sudah melaksanakan bagian kita biarkan sisanya Ia yang selesaikan. Betapa banyak doa yang sudah Ia kabulkan, Ia juga akan lakukan hal sama jika itu baik untukmu insyaAllah. Masih bingung mengawali dari mana? Doa, agar diberi petunjuk, agar didatangkan yang akan kita tuju, Dia Maha Kuasa, apapun yang ada di dunia ini dalam gemgamanNya. Kita yang kadang tidak yakin akan dikabulkan, dan Allah SWT sesuai prasangka hambaNya, maka bangun hubungan baik, bangun disaat yang lain masih terlelap tidur, mendekat kepadaNya disaat yang lain sedang menikmati kehidupan dunia dan mengejar-ngejar dunia.

Ambil sedikit lalu sisanya berikan untukNya, pusatkan cita-cita hanya untukNya, untuk beribadah kepadaNya, untuk kehidupan yang kekal, untuk akhirat kita. Kehidupan dunia hanya sendau gurau belaka, tetap sederhana, tetap merendah, tetap membumi. Yang kita sebut milik kita, sejatinya bukan milik kita, hanya diberi hak pakai, hak guna, jika Ia ingin mengambil, jangan berat untuk memberikan. Tetap jaga hati agar hati kita dilepaskan ikatannya terhadap hal-hal duniawi, berdoa agar hati selalu ditautkan kepada Allah SWT dan akhiratNya.

Aku, kamu, dia dan mereka. Semua manusia, semua ciptaanNya, semua milikNya. Jangan disakiti, jangan dikata-katai, jangan dihakimi, jangan dijudge, jangan disalah-salahkan. don’t blame. Ini bukan hanya tentang sikap kita terhadap yang lain, namun juga terhadap diri sendiri. Hargai semua orang, hargai semua keputusan, hargai semua watak dan sikap, hargai, hargai. Jangan dipandang remeh, jangan dipandang hina dan jangan dipandang rendah. Semua orang punya kebebasan untuk bersikap. Termasuk kamu, dirimu sendiri. Tetap santun, tetap rendah hati. Barakallah fiik, semoga Allah SWT senantiasa merahmatimu

Simbok part 4 ~ THE END

Simbok sangat suka sekali cucu perempuan, dan itu terucap olehnya berulang kali. Yang saya adalah cucu kandung perempuan satu-satunya. Sangat bisa dibayangkan betapa beliau sayang kepada saya. Jika beliau sakit, saya yang turut merawat, menyiapkan makan, obat, dsb. Pun, jika saya sakit, ia menemani saya, memijit halus kaki saya, memberi tahu kepada Ibu, bahwa anaknya sakit, dsb. Pada waktu tidak bisa tidur, ia pula menemani saya, mengobrol tentang acara TV, yang saya ingat betul kami melihat acara syuting bawah laut, indahnya karang, ikan, dan semua ciptaanNya kami bicarakan malam itu. Hingga disadari bahwa ia tidak bisa tidur selain dikamarnya, lalu ia kembali ke kamarnya dan saya tidur.

Moment dimana orang pergi untuk selamanya, namun semua memori bersama menjadi sangat nyata dan terputar berulang kali yaitu kematian orang yang dicintai sangat banyak. Bagaimana saya bisa menjalani hidup setelah ini? Bagaimana jika saya pulang, menuju kamarnya, lalu ia tidak ada? bagaimana jika tidak ada yang mengharapkan kehadiran saya seperti yang beliau lakukan? Masih saya fikirkan.

Ia, terlalu banyak mempercayai saya, disaat saya baru bisa naik motor dan belum fasih, ia sangat mempercayaiku untuk memboncengakannya berangkat kerja. Ia yang sangat yakin, bahwa pergi ke Pasar dengan saya adalah satu-satunya pilihan, padahal sebenarnya semua bisa mengantarkan, tapi saya yang beliau pilih untuk mengantar. Ia, yang sangat yakin bahwa hanya dengan saya pergi ke arisan akan sempurna, padahal saudara-saudaranya mungkin meragukan kemampuan saya naik motor hingga berkali-kali mereka berpesan,”ati-ati ya nduk mboncengke mbahe”, tapi beliau tenang duduk dibelakang motor beat, dan tangannya kanannya dikalungkan kencang di perut saya.

Ia, yang sangat mengikuti perkataan saya. Jika saya bilang itu sebaiknya begitu dan begini, beliau lakukan dengan sangat baik. Jika saya ambilkan makanan pada saat sakit, ia makan dengan penuh perjuangan. Kecintaanya kepada saya, sangat nyata sekali. Semua memang hanya tinggal kenangan, tapi setiap detik bersama beliau sangat berharga. Saya yakin ini yang terbaik untuk kami semua, keadaan ini yang terbaik untuk kami.

Ia juga sangat sering menyimpankan makanan untuk saya, membuatkan makanan kesukaan saya, makanan buatan beliau yang paling favorite adalah tape dan apem. Buatannya punya ciri khas sendiri yang cuma beliau yang bisa dengan taste seperti itu. Ciri-ciri ibu banget kan. Ya orang bilang lebih sayang cucu daripada anak. Mungkin beliau juga begitu.

Kecintaannya pada alm suami juga sangat nyata sekali. Berulang kali menyuruh kami ziarah kubur suaminya, yang kadang beliau sudah tidak kuat lagi berjalan menuju pusaran suaminya. Tapi kami sebagai gantinya. Walaupun saya belum pernah bertemu, tapi Simbok beberapa kali bercerita kepada saya mengenai suaminya, moment dimana mereka bertemu lalu kemudian menikah, dia ceritakan kepada saya.. ceritanya waktu jaman masih kecil dan gadis bagaimana, ia juga ceritakan, waktu yang jauh sekali pada waktu itu.

Ah, moment yang tidak bisa terlupakan.


Ditulis 3/6/2020 02:20 WITA

Simbok Part 3

Semalaman saya tidak bisa tidur, hari dimana, bacaan Al Qur’anku terakhir kalinya didengar oleh beliau, entah bagaimana, pikiran saya terus melayang ke rumah, ke Simbok. Lampu sudah dimatikan, pintu kamar sudah ditutup, blower sudah dinyalakan, slimut sudah terpasang, tapi fikiran tidak dapat tenang. Sebelumnya saya tidak bisa focus, menjatuhkan barang untuk pertama kalinya, badan tidak seimbang.



Setelah kepulangannya, tangisan yang tidak dapat berhenti, bahkan ketika saya berharap mandi dapat menghentikan tangisan ini, nyatanya tidak, di dalam kamar mandi dan setelah keluar kamar mandi tetap air mata tidak dapat terbendung, mengalir dengan sendirinya. Kepala sudah sangat sakit, bacaan sholat dan al qur’an diikuti dengan tangisan. Tidur 3 jam, lalu jam 23.43 WITA terbangun lagi, dengan fikiran yang linglung. Hingga sudah berganti hari, yang saat ini jam 1.33 WITA, belum tertidur lagi. Aku kacau. Semua kacau.

 Di dapur, tempat favoriteku bekerja, mengerjakan tugas dari kantor, baru dapat ¼, lalu telfon itu berdering dari masku, yang mengabarkan bahwa Simbok meninggal. Lalu tidak dapat diteruskan lagi, aku menyerah pada pekerjaan untuk beberapa saat ini, yang biasanya sangat tepat waktu, bahkan jauh before the time sudah terselesaikan, kali ini, aku melewatkannya dulu. Malam sebelum , yang biasanya jarang Mas menghubungiku, lalu menghubungi untuk sama-sama menguatkan dan berdiskusi baiknya bagaimana.

Nasi? Apakah bisa saya makan setelah kepulangan beliau? Belum, belum bisa, padahal saya harusnya berbuka puasa dengan itu. Bahan-bahan masakan yang dibeli, apakah sempat diolah? Belum tersentuh. Badan tidak seimbang, fikiran penuh, hati hilang.  Hal yang pertama kali kurasakan, ucapan bela sungkawa? Tidak banyak memberikan efek, jadi untuk pelajaran diri sendiri, yang terpenting adalah mendoakan, tidak terlalu berpengaruh ucapan kala itu, tapi mungkin berpengaruh untuk kedepan, entah aku belum merasakan itu.

Teman? Dikala ini sangat dibutuhkan untuk mencari informasi dan dimintai tolong. Jazakumullah khayran untuk semua bantuannya, semoga Allah SWT membalas dengan lebih baik. Jadi please Rizky, untuk kedepannya, jika ada yang minta bantuan dalam keadaan ini, tolong dibantu, entah baru sibuk, entah kerja, entah apapun, tinggalkan dulu. Penting sekali untuk sekedar membantu bicara saat bertanya ke call center, membantu mengurus kepulangan, membantu bicara saat bertanya ke rumah sakit, dsb. Karena harus bicara pada saat-saat seperti ini adalah painfull, sangat menyakitkan. Harus berkendara sendiri keliling sana-sini juga sangat menyedihkan, menangis dalam perjalanan, hal yang pertama saya lakukan sejak di Palopo ini. Menganggap respon dari petugas medis itu jahat, baru kali ini juga saya rasakan. Yang mungkin jadi hal biasa jika saya berada dikondisi sedang baik-baik saja.


Ditulis 3/6/2020 pukul 01:51 WITA


Selasa, 16 Februari 2021

Satu Malam...

Aku tidak tahu, bagaimana cara melangkah keluar dari suasana yang gelap ini.
Haruskah aku merangkak? Atau berlari? Hmm, mungkin berjalan? Apakah berenang?
Kemana arah yang dituju? Ke kanan? Ke kiri? Atau ke depan? Mungkinkah ke belakang?
Kegelapan ini membuatku buta dan tidak memahami suasana.

 

Apakah aku harus berteriak saja agar semua penduduk bumi mencari sumber suara lalu mereka menolongku?
Atau aku harus membuat kegaduhan,  agar orang diluar sana tau ada manusia disini ?
Bagaimana jika keputusan itu ternyata salah? Aku malah mengundang hewan pemburu yang siap menghabisiku?

 

Dari mana aku harus memulai?
Benar-benar tidak ada petunjuk.
Kosong.
Otakku terus berfikir tapi tidak menghasilkan keputusan.
Berputar-putar saja didalamnya.

 

Ah, aku terima saja.
Mungkin hari ini, esok atau nanti ada sedikit cahaya yang menuntunku.

 

Dalam 30 hari ini, aku berharap ada satu malam dimana
kamu mengungkapkan apa maumu
atau aku menceritakan apa yang aku inginkan.
Atau dengan cara lain Tuhan Semesta Alam menunjukan aku harus berbuat apa.
Tidak ada satu carapun terfikirkan olehku dalam menghadapi keburaman ini.
Aku hanya diam. Diam. Melihat. Berfikir. Lalu diam kembali. Akhirnya berpasrah.

 

Minggu, 14 Februari 2021

Sebuah percakapan

Dalam heningnya pagi ketika waktu menunjukkan pukul 02.01, sebuah pertanyaan yang mengubah segalanya. Satu kalimat yang beranak pinak menjadi beratus-ratus kata. Perjuangan yang kini terlihat ujungnya. Keraguan yang kini tuntas berwarna. Ketidakpastian yang menemui keputusan. Mari kita dengarkan..



Kamu: “Gimana sih sebenarnya aku dalam hidupmu?”

Aku: Tertegun, beberapa menit diam, berfikir, darimana cerita panjang ini dimulai. Oke baik, aku mulai. “Kala itu, sayu-sayu pagi, aku mencoba memahami keadaan. Bagaikan burung baru berlatih terbang untuk pertama kalinya, aku memasuki gerbang sekolah. Masih tertatih-tatih terbang, naik, turun lagi, tertabrak ranting, melambung lagi, masih terus seperti itu. Sambil mengatur nafas, gugup yang dirasa menghadapi dunia yang ternyata lebih luas dari ruangan disangkarku. Dalam keadaan seperti itulah aku mulai mengenalmu.

Seperti kataku diawal tadi, aku masih berfokus pada diri yang baru berlatih terbang. aku dan kamu tiba-tiba terjebak oleh chemistri. Waktu dilalui, langit berganti, musim baru menanti, aku dan kamu masih tetap berusaha menjebakan diri dalam chemistri. Tidak ada rintangan berarti dalam bingkai kita, namun aku masih tertiup angin kesana sini. Kulihat dirimu santai sekali dengan angin, malah memanfaatkan angin itu untuk membawa kemana kamu inginkan. Dalam keadaan seperti itu kamu penasaran gak aku berfikir gimana? Bahagia. Melihatmu terbang tinggi kemanapun kamu mau walaupun keadaanku masih terombang ambing. Begitulah selalu diriku jika itu tentang kamu.

Dengan keadaan kita yang berbeda tersebut, aku mulai berusaha memperbaiki semuanya. Hati, fikiran, kekuatan, aku maksimalkan agar bisa terbang stabil. Hari berganti minggu, minggu beralih bulan, bulan berubah tahun, lalu tahun saling susul menyusul, aku mulai bisa mengendalikan diri dalam angin. Lalu aku mencoba berbicara kembali denganmu, mencoba terus memanggilmu, ‘heeyyyy, what do you feel right now’ ‘heeyyy, do you live your life’ berteriak-teriak, tidak peduli yang lain tau. Kamu pasti tau kenapa harus berteriak, karena aku sudah tidak tau lagi bagaimana dirimu, kudengar manusia saling meneriaki saat posisi hati mereka jauh.

Aku terus mendongak keatas berusaha memahamimu. Seperti katamu, yang kulihat dulu, kamu selalu santai dalam angin kencang, ternyata salah. Ada banyak keraguan dalam dirimu. Ada banyak pertanyaan dalam fikiranmu. Ada banyak hal yang ingin segera kamu capai sehingga kamu tidak peduli betapa kencang angin menerpa tubuhmu. Terus saja kamu hidup dalam fikiran dan semua hal yang ingin kamu capai. Lagi, aku berusaha merasakan menjadi dirimu. Ternyata, kamu masih hidup dalam dunia itu. Aku mencoba menawarimu barangkali ingin berada dalam ritmeku yang stabil sehingga chemistri yang dulu menjebak, bisa kita jebak lagi. Fikirku mungkin kita bisa teruskan chemistri hingga dipanggil bumi. Namun, tidak bisa, kamu masih hidup dalam fikiran dan targetmu sendiri.

Sepertinya aku terlalu lama membuat diriku terbang stabil. Setelah bisa berfikir dengan jernih dalam keadaan itu, ternyata semua tidak sesuai dengan yang aku rencanakan. Aku tidak mau menjebak jika kamu tidak mau terjebak bersama. Untuk apa? Akan sulit bagiku, apalagi bagimu. Kita yang terpisah menjadi ‘aku.’ ‘kamu.’ Biarlah aku menemui takdirku dan begitupun denganmu. Aku dengan terbangku yang stabil. Kamu dengan terbangmu yang tinggi dan menawan.

Sudah. Aku menyerah.”

Sebuah percakapan itu selesai.  Beberapa purnama berlalu, aku tersenyum simpul saat berpapasan denganmu waktu menuju MRT. Lalu kita berjalan dengan arah berlawanan. Berganti menjadi cerita manusia-manusia lain yang juga sama penting keberadaannya, sama penting perasaannya, sama penting kehidupannya.

End. 

Sabtu, 13 Februari 2021

25 Tahun

Di blog ini, karena view nya dikit, jadi lebih banyak yang bisa dituangkan, random dari fikiran. Alhamdulillah, prouf of my self, masih bisa bertahan, masih mau terus berjuang bahkan hingga melawan diri sendiri, melawan hawa nafsu, kemalasan, dan hal-hal buruk lainnya. Lebih dewasa? Iyaa.. Lebih enjoy? Gak bisa dibilang gitu juga, karena diriku merasa setiap hari punya tantangan tersendiri yang statistiknya lebih berat gitu dari yang udah berhasil dilewati.

Rammang-Rammang, Maros, Sulsel


Banyak yang berubah diumurku yang ke 25 tahun, nenekku meninggal. Ada ponakan baru, saira namanya. Bapak dan Ibu udah semakin menua, bahkan tahun ini totally Bapak pensiun. Soal keluarga ya itu? Kalau kehidupan kantor gimana? Ya kayak kantor-kantor yang lain, standar. Kalau di kantormu ada masalah, di kantorku juga ada. Gak mau cerita banyak sih tentang ini hehe

Pointnya, aku bersyukur. Aku bisa menjadi orang yang lebih pembelajar di umurku yang ke 25 tahun ini. Aku sudah banyak bisa mengendalikan banyak hal, termasuk diriku. Tapi, tetap, masih perlu di improve lagi. 2 hal itu yang sangat aku syukuri. Secara batin, karena Kuasa Allah SWT dengan 2 hal tersebut jiwaku lebih stabil, gak bisa dibilang lebih damai yaa hehehe. Tetap dari segala sisi dibombadir dengan ujian hehe

Di umur yang ke 25 ini aku declare beberapa hal yang sebelumnya aku belum yakin dan belum berani. Semoga Allah SWT memberikan kepada kita apa yang tepat di waktu yang tepat pula. Walaupun gitu, aku merasa buntu, gak tau jalan mana yang harus dilewati, gak tau mulai dari mana dulu. Namun, dengan itu, aku jadi bisa berpasrah total ke Allah SWT, semoga Allah SWT menolongku.

Selain itu semua, aku bersyukur, dikelilingi orang-orang baik, yang kadang menyadarkanku banyak hal yang gak bisa kupelajari dibuku maupun di internet, which is selama ini aku banyak belajar dari 2 media itu. Pernah satu saat cerita panjang lebar mengeluh ini itu. Lalu, dengan satu pertanyaan pamungkas yang seakan-akan solusi dari cerita panjang lebar itu, “Tapi banyakan hal-hal baik kan?” deg. Iya juga.. aku hanya berfokus pada hal-hal buruk saja, padahal ada banyak nikmat yang Allah SWT berikan kepadaku.

Di umur ke 25 ini mulai sadar posisi diri. Mulai menapak tanah, berlari mengejar apa yang bisa dikejar. Tidak diam dan menunggu untuk hal-hal yang tau gimana cara mencapainya dan bisa diusahakan. Sisanya yang abstrak? Serahkan kepada Allah SWT sepenuhnya. Amaze juga sama hati yang diberikan Allah SWT, pernah ragu mau melakukan sesuatu, ketunda-tunda terus, waktu berlalu malah bersyukur, untung aku tidak melakukan itu, kalau iya, dah malu banget deh. Allah SWT lewat hati kita memberi keyakinan tau keragu-raguan bahkan benar-benar tidak yakin, Ia memberi jawaban beserta pertolongan lewat perasaan itu, thanks God, Alhamdulillah, selalu ada untukku dan untuk hamba-hambaMu yang lain..

Last but not least, aku berdoa, agar Allah SWT memberikan kepada diriku, dirimu dan dirinya yang terbaik. Agar selalu memiliki kemauan berusaha dengan keras. Agar dijauhkan dari hal-hal buruk termasuk maksiat  dan dosa. Agar ia selalu menjaga diri ini, keluarga dan semua makhluk-makhluknya. Ya Allah hamba ridho atas 25 tahun perjalanan hidup ini, untuk semua tangis, tawa, canda, marah, kecewa, trauma, senang, rindu, cinta, takut, khawatir, syukur, bahagia, dan semua yang telah terjadi. Semoga dengan itu, Engkau meridhoi hamba pula. Aamiin

Ikan Memanjat Monyet Berenang

 Menilai kesuksesan ikan dari caranya memanjat dan monyet dari caranya berenang?

Pernah denger peribahasa itu ya. Kadang kita nih gak objektif dalam menilai orang lain. Berekspektasi terlalu tinggi terhadap orang lain yang mungkin itu bukan kapasitasnya. Termasuk ke diri sendiri, harus bisa segala hal, harus mahir di segala bidang, tentu akan berakibat kecewa kedepannya. No, kita tidak boleh menjudge segala sesuatu dari hanya satu sisi, dari hanya satu penilaian. Jika memang dirimu lebih dalam satu bidang, ya kembangkan itu menjadi lebih sempurna. Bersyukur kalau punya lebih dari satu potensi atau keahlian.



Setiap manusia di design masing-masing oleh Allah SWT unik. Design otak  juga berbeda-beda setiap manusia, ada yang bagus di musik, lukis, matematika, dsb. Atau ada yang bisa semua? Keajaiban dunia itu. Tapi, tenang, sebenarnya kita bisa pelajari semuanya, butuh waktu dan tenaga yang lebih banyak daripada orang yang memang punya bakat itu. Mengapa kita gak kenali saja diri kita sendiri, mau kita itu apa, bakat kita dimana, lalu fokus dan hebat di bidang itu. Lebih mudah untuk dipelajari, kita juga mempelajarinya dengan enjoy.

Menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya. Tidak perlu menuntut harus seperti ini dan itu, apalagi ke orang lain, ke diri sendiri pun gak enak kan rasanya? Yang harus kita lakukan apa? Improve setiap hari, memperbaiki diri setiap harinya, lebih baik dari hari ke hari. Jangan berhenti belajar dan bekerja keras. Memasang target penting juga, namun kendalikan diri jika target itu tidak sesuai dengan realitanya. Jalani sepenuh hati, jiwa dan raga. Jalani dengan ikhlas, tanpa paksaan, enjoy every time you have, every moment in your life. Kurangi trauma di masa lalu dan kekhawatiran akan masa depan. Jalani hari dengan penuh, penuh syukur, penuh perhatian, sepenuhnya hatimu pada setiap moment itu. Bahagia sekarang juga.  

Ada cerita yang tidak nyata dan tentu dikarang sedemikian rupa supaya nyambung ke tema tulisan dan enak dibaca hehehe

Pernah suatu hari, jatahnya puasa dan kebetulan hari itu kebablasan jadi gak sahur. Pagi hari hingga sore dia mengantikan bawahannya mendata di lapangan, dari satu rumah tangga ke rumah tangga lain. Kondisinya matahari sangat terik, yang  mau ditemui juga belum tentu ada dirumah. Which is sebenarnya itu bukan jobdesknya dia, dan sudah dilimpahkan ke orang lain, namun karena rasa tanggung jawab, dia juga ikut membantu. Sebelum magrib dia menyempatkan diri ke kantor, sudah mendekati adzan magrib, ada bawahan lainnya yang mau datang ke kantor untuk suatu urusan, yang sebenarnya sudah lewat jam kantor. Dengan panik, dia kebingungan dong, karena sudah berencana pulang karena mau menyiapkan buka puasa dan sebenarnya juga sudah capek. Terpaksalah dia menunggu bawahannya itu.

Karena merasa dekat, dia cerita dengan nada panik dan sedih ke seniornya kalau gak jadi pulang karena ada bawahan yang mau dateng. Seniornya juga masih ada di kantor waktu itu. Lalu, merasa, kok ini junior gini banget ya. Senior ini hanya memahami dari satu penggal waktu aja yang juniornya ngeluh, cerita di paragraf satu tentu dia tidak tahu atau entah tidak memahami. Waktu berlalu, dia tetap menunggu bawahannya sampai selesai urusannya baru dia pulang. Malammnya, yang biasa dia gak pernah buka story seniornya itu, seniornya bikin status dengan cerita ngomentarin video, (ada teman dikabupaten lain yang bikin video bagus banget) “seandainya punya junior yang bisa bikin kayak gini ya @.... ngetag temennya. Sedangkan bikin begituan, junior disini kegiatan besar lembur sekali aja ngeluhnya panjang banget”

Langsung saat itu hatinya hancur sehancur hancurnya, dikira mereka satu frekuensi, satu lingkaran pertemanan, saling memahami. Namun, dia tetap diam, tetap diam dan menangis tentunya. Lalu paginya, orang yang di tag itu (seniornya yg lain) juga nge PC dia bilang bahwa kerja di sini itu udah biasa pakai jam diluar kantor. Intinya suruh memahami. Deg. Langsung tambah hancur, dua seniornya nyerang dan meragukan kerja kerasnya. Seakan-akan tidak pernah kerja di luar jam kantor? Padahal, dihari itu aja udah melebihi jam kantor, lalu dihari-hari yang lalu gimana? Gak cuma sekali pakai jam istirahat untuk uruasan kantor.

Again, untuk masalah video, setiap orang punya kelebihan masing-masing. tidak semua orang pandai bikin video. Mungkin dia lebih dalam bidang lain, contohnya: selama ini tidak ada pekerjaan terbengkalai, selalu all out di setiap kerjaan, mungkin dia pandainya di nulis? So why? So what? harus bisa bikin video gitu? Jadi kenapa gak seniornya itu aja yang bikin video? Its hurt so much. Tapi, apakah membalas? Tentu saja tidak. Dia tetap melangkah maju, semakin baik dari hari ke hari, semakin memaksimalkan apa yang bisa dilakukan. Jadi tau aslinya, orang-orang disekelilingnya gimana, introspeksi diri, bahwa mengeluh itu tidak untuk disampaikan ke sembarang orang. Tetap menjaga privasi, membangun batasan kepada seniornya tersebut.

Ceritanya sampai disitu aja yaa. Bagi pembaca blog ini, please, jangan ngomongin orang di story/status dsb, walaupun gak nyebut nama, itu juga negative vibes buat orang yang baca. Dan kalau punya temen yang sukanya gitu, ati-ati aja, tinggal tunggu waktu saat hubunganmu gak baik dengannya, kamu yang akan diomongin. Untuk diriku dan dirimu, yuk jaga lisan jaga tulisan agar tidak menyinggung orang lain. Jangan menuntut orang lain untuk ini dan itu. Terima sepenuhnya setiap orang yang ada disekeliling, tidak usah mengandai-andai, senadainya punya temen yang gini dan gitu. Tapi jadilah yang terbaik untuk sekelilingmu. Salam Sehat! Sampai jumpa di lain artikel J