Entah, bagaimana awalnya perasaan ini muncul. Entah bagaimana pula, menanggulanginya setelah muncul dan menguat.
Secara kuantitas, bisa dihitung jari hari dimana kita bisa
saling melihat. Bisa dihitung dengan satu jari tangan waktu dimana kita bisa
saling bertukar pikiran. Namun tidak dapat terhitung oleh angka waktu dimana
kamu bersliweran di hati dan otakku.
Secara kualitas, tidak ada quality time antara kita berdua,
sama sekali. Entah bagaimana Allah SWT menganugerahkan perasaan indah yang
mulai tumbuh berkembang menjadi sangat lebat dan tak tergantikan. Kamu, satu-satunya
orang yang ada difikiranku saat diam maupun saat kumintanya untuk berhenti
memikirkanmu. ‘Bagaimana’, kata tanya itu yang paling sering muncul disertai
perasaan ini.
Seperti tidak terjangkau. Seperti sangat jauh. Seperti sangat
sulit. Untuk mewujudkan ‘kita’. Namun entah mengapa, setiap kusadari itu,
beberapa detik kemudian muncul harapan seperti daun-daun muda yang membuat semakin
besar pohon perasaanku kepadamu. Berkali-kali menyerah, give up sudah, namun
berkali-kali pula diyakinkan kembali, dikuatkan kembali olehNya.
Darimana awalnya? Mungkin saat pertama kali aku melihatmu. Mungkin
beberapa hari setelahnya, saat kita mulai terbiasa melakukan aktivitas bersama.
Atau setelah terpisahkan lalu beberapa jam bertemu. Atau bertahun-tahun
setelahnya lalu kita berjumpa kembali? Entah. Aku tidak berani mengungkapkan
bahkan saat ditanya di depanmu. Seperti pecundang ya. Ya aku membohongi diriku
sendiri, kamu dan orang-orang disekitarku. Egois. Diriku hanya menunggu, tidak
berani maju dan berjuang. Takut? Sangat. Sangat takut diriku saat kamu tidak
memiliki perasaan yang sama denganku.
Aku bertanya-tanya, adilkah ini untukmu? Bahkan adilkah ini
untukku jika aku terus begini. Sepertinya tidak. Tunggu, beri aku waktu 26 hari
lagi agar bisa merenungi bagaimana jalan terbaik untuk kita. Aku berdoa serta
berpasrah kepadaNya, apakah yang akan membawa kita. Apakah keputusan tetap
diam, atau mengungkapkan. Apakah memberi taumu atau diam hingga kembali
menujuNya. Atau diberikan orang lain yang lebih pas menjadi jodohku, atau kamu
diberikan orang lain yang lebih pas menjadi jodohmu.
Aku sangat mencintaimu. Namun, aku juga mengikhlaskan dirimu
jika tidak bersamaku dan kebahagiaanmu bukan diriku. Aku akan sangat bahagia di
hari bahagiam. Hari dimana kamu bahagia, aku turut serta. Aku lebih memilih
kamu bahagia walaupun tak bersamaku daripada bersamaku tapi itu bukan dirimu
yang sesungguhnya. Aku menyukai apa yang kamu sukai, termasuk setiap keadaanmu.
Pure, aku menyayangimu.
Dari dasar hatiku, aku hanya berharap yang terbaik untukmu. Aku
tidak mensyaratkan perasaan dibalas dengan perasaan yang sama, mendoakan
dibalas dengan didoakan. Sungguh aku akan baik-baik saja dan tetap berjuang
walaupun kenyataannya perasaanku bertepuk sebelah tangan. Pernah mengenalmu
saja aku sudah sangat bersyukur. Aku yang dulu maupun yang sekarang tetap
menjadi your secret admire. Saat ini aku tetap mengagumimu, ciptaan Allah yang
sangat kusayangi dan kucintai. Entah mungkin sampai nanti aku akan tetap
seperti itu. Aku hanya ingin kamu tau, disaat kamu merasa sangat tidak berguna
dan direndahkan orang lain, ada orang yang sangat menghargai dan menginginkanmu,
itu aku.