Selasa, 12 November 2019

Acceptance #1 : Bertemu

Cerita sebelumnya Acceptance: Perkenalan

Hasil ujian telah diumumkan, Alhamdulillah aku diterima di salah satu universitas negeri di Jogja. Bapak Ibu pun menangis haru. Jadi teringat waktu pertama merantau dulu, diantar ke terminal bis dengan tangis haru dari Ibu dan Bapak, dan lagi, akupun harus merantau lebih jauh, untuk berkuliah di Jawa. Setelah mengemas beberapa barang, akupun bersiap kembali ke ibukota provinsi untuk membereskan kos lalu bergegas naik pesawat ke Jogja. Kali ini, aku yang kalut hatinya, menghadapi kenyataan harus semakin jauh lagi dari orang tua. Lalu aku di kuatkan oleh Bapak Ibu, “inikan yang sudah kamu perjuangkan lama, gak semua orang bisa dapet kesempatan kuliah di Jawa. Ini yang jadi cita-cita kita bersama kan nak? Tidak apa-apa, Jawa juga bumi Allah SWT, dimanapun kamu berada, yakinlah Allah selalu bersamamu. Kamu gak mau juga kan kuliah disini, atau malah mau langsung kerja dengan ijazah SMA, pikirkan masa depanmu nak.”

Siap tidak siap, hari itu pun datang, hari dimana aku harus ikhlas menerima bahwa aku harus merantau lagi. Ooo ternyata begini Jogja, dengan bandara yang tidak sebesar Soekarno Hatta, orang-orang yang lebih sering senyum, nada bicara yang tidak tinggi, kesan pertamaku tentang Jogja. Walaupun bahasaku beda, tapi aku mencoba membaur, mencoba belajar sedikit demi sedikit bahasa jawa. Karena orang tuaku berpesan, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Harus mengikuti peraturan-peraturan, bahasa baru di tempat baru walaupun berbeda dengan di daerahku. Aku sudah belajar ikhlas dan sabar.

Bang Handal ilustration by: freepik.com
Kenapa memilih universitas ini dan Jogja? Setelah berdiskusi dengan orang tua dan keyakinan hati serta sudah bertanya banyak hal ke Bang Handal akhirnya aku memilih dan alhamdulillah diterima di pilihan pertama. Bang Handal adalah kakak kelas SMA, berasal dari kabupaten yang sama denganku. Dia kuliah di Jakarta, yang beberapa bulan sebelum aku merantau di Jawa, aku iseng-iseng follow instagramnya, dan aku bertanya lewat situ mengenai bagaimana kuliah di Jawa, daerah mana yang pas dengan kemauanku, dsb. Kami hanya berkomunikasi jika ada hal-hal yang penting untuk ditanyakan. Hingga suatu hari, muncul notifikasi ig, “Dek, kamu ndak bisa ya kalau gak serius yang dibicarakan?” Deg, langsung bingung, mau jawab bagaimana, karena memang selama ini aku membatasi berhubungan hal-hal tidak penting dengan lawan jenis. Lalu kujawab saja sekenanya lalu membicarakan hal-hal serius lagi. Dan memang kami tidak berkomunikasi untuk hal-hal yang tidak penting.

Waktu berjalan beberapa waktu, lalu aku mewakili universitasku dalam pertemuan mahasiswa jurusan di Jakarta. Aku sengaja membatasi komunikasi dengan Bang Handal. Baru sesaat setelah masuk kereta menuju Jakarta aku menghubunginya, bahwa aku jalan menuju Jakarta, bertanya tempat turun paling dekat dengan tempat pertemuanku. Malam itu aku berangkat, karena capek sekali aku tidur terus di dalam kereta, ditambah kondisinya nyaman sekali, beda dengan bis di Sumatera. Bang Handal bilang nanti turun di stasiun jatinegara. Sebelumnya aku sudah share lokasi terkiniku ke Bang Handal pas jam 3 pagi. Lalu berkali-kali aku ditelfon, sudah dekat stasiun, bangun. Tapi tetap aku tidur lagi hehe.. sampai aku sadar sudah terlewat dari Stasiun Jatinegara. Lalu Bang Handal bilang turun distasiun terdekat, yaitu Stasiun  Pasar Senen. Aku santai saja menunggu di stasiun, karena Bang Handal bilang mau menjemput. Lalu sebelum aku menuju tempat pertemuan dan sebelum Bang Handal menuju ke tempat kuliah, kami memutuskan untuk sarapan pagi dulu, bubur ayam, sarapan khas orang Jakarta. Karena kurasa berbeda sekali dengan bubur di Sumatera, maka aku setengah mati menghabiskannya, karena porsinya juga besar.


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar