Cerita kali ini diawali dari
obrolan santai saya dengan bapak dan ibu. Bapak dan Ibu sering menanamkan nilai
dengan cerita, lalu saya diberikan waktu dan kesempatan untuk memilih sikap
yang sebenarnya telah di setting oleh beliau. Itu menyebabkan nilai yang
tertanam menjadi kuat karena saya ada proses berfikir, menentukan sikap lalu
meyakini dengan persetujuan orang tua.
Baiklah, ceritanya dimulai.
Bapak dan Ibu punya teman yang juga sebagai orang tua dari anak perempuan
satu-satunya. Katakanlah namanya Pak Barjo. Anak perempuan Pak Barjo dan Bu
Barjo yang namanya Rini ini lebih tua dari saya dan di perbolehkan berpacaran.
Pak Barjo dan Bu Barjo selalu berorientasi ke harta soal memilih calon pasangan
hidup untuk anaknya. Mbak Rini jika punya pacar orang miskin, tidak selevel
pendidikannya, dan penghasilannya kecil, maka selalu ditentang orang tuanya, di
suruh putus, setiap hari dimarahin jika tau masih berhubungan. Suatu kali, Mbak
Rini sudah putus dengan pacarnya yang miskin tadi, dapatlah yang baru, orang
yang lebih kaya tapi sangat kasar kalau bicara pada Mbak Rini. Namun, Pak dan
Bu Barjo tetap mendukung Mbak Rini masih berpacaran dengan pacarnya ini,
walaupun gak sehat, masih pacaran saja sudah kasar, apalagi kalau sudah menikah
ya. Karena terus terjadi masalah dalam hubungan tersebut, Mbak Rini dan
pacarnya yang masih sama-sama kuliah dan kaya ini putus, padahal sebenarnya sudah
dikenalkan ke keluarga besar, sudah di bangga-banggakan, diceritakan kekayaan
orang tua pacarnya ini. Terlalu dini dan membanggakan berlebihan. Bapak Ibu
sangat peduli dengan Pak dan Bu Barjo ini, selalu menasehati jangan berlebihan
begitu, namun beliau selalu berdalih.
Lalu Bapak Ibu berhenti bercerita
dan artinya memberi kesempatan saya berfikir dan menentukan sikap. Saya yang
saat itu masih SMA ya mencoba memahami jika saya nanti sudah siap memilih calon
pasangan hidup, terus saya harus memilih yang mana. Apakah harta orang tua
calon yang terpenting? Apakah karier calon yang terpenting? Atau kecocokan
hati? Lalu saya mencoba meneruskan percakapan kami. “Oh, iya ya, yang penting
sikapnya baik.”
Dengan satu kalimat tersebut, Ibu
menambahkan. “Iya, jangan melihat hartanya, yang penting etos kerjanya bagus.
Kaya kok berharap dari jodoh, kan belum pasti jodohnya kaya. ”
Saya menambahkan lagi, “Iya ya
besuk kalau mau kaya, aku tak kerja biar bisa kaya ya bu. Hehe”
Bapak juga menambahi, “ Kalau
Bapak Ibu gak gitu sikapnya. Terserah anaknya aja berjodoh dengan siapa, yang
penting baik. Kalau milih-milih ntar dapatnya malah jelek.” ini bapak
menerangkan dengan peribahasa jawa, milang-miling
entuk gowing.
Baiklah dari percakapan itu saja
banyak nilai yang ditanamkan secara mendalam oleh Bapak Ibu. Dan sampai
sekarang saya masih berfikiran sama dengan yang dibentuk orang tua saya.
Dengan itu, saya jadi tidak silau dengan harta. Kaya itu harus, tapi ya
dengan kerja, kalau bonusnya dapat suami kaya ya itu sekali lagi cuma bonus.
Berusaha dengan mengandalkan diri sendiri.
Sadar diri lah, kamu itu siapa. Mau dapet suami yang kualitasnya bagus
itu ya kamu juga harus bagus
kualitasnya. Iri lihat public figure dapet suami pengusaha malang melintang di
berbagai negara. Hello.. emang kamu pantes gitu dibawa kemana-mana sama dia?
Emang kamu bisa mengimbangi kualitasnya?
Nyari temen jangan berdasarkan harta, kekerenan, kepopuleran tapi yang
masa depannya kelihatan cerah bisa dilihat dari pribadinya, dari etos
kerja/belajar, dsb. Karena di masa depan bisa jadi kalian bisa berkerjasama.
Btw, siapa sih yang ga mau dapet
suami kaya raya, keren, dan bisa memberimu dunia? Aku juga mau, tapi masalahnya
apa dia mau sama aku? Wkwk.. dilihat dari kualitasku ini kayaknya gak mumpuni
deh hehe.. Jadi akhirnya aku sadar diri, yang terpenting adalah agamanya.
Karena kalau agamanya bagus dia berpotensi tinggi akan bersikap baik saat kamu
sudah tidak cantik lagi, saat mengetahui kelemahan dan kekuranganmu. Akan
menjaga komitmen kalian dan akan menundukan pandangan dari wanita lain.
Hal kedua yang penting
adalah mau bekerja sama dalam hal
apapun. Menganggap kita setara. Mau diajak kerjasama bersihin rumah, jagain
keluarga, dan berjuang demi keluarga besar. Berpandangan sama yaitu ingin
berguna dan rela berkorban bagi keluarga besar seperti orang tua, saudara, dsb.
Tidak pelit harta untuk dibagi walaupun artinya bagian kekayaan yang kita
hasilkan bersama untuk keperluan keluarga inti jadi lebih sedikit.
Ah, soal jodoh siapa yang tau..
Senengnya, pemikiranku dan bapak
ibu ini hampir sama mengenai berkeluarga, yaitu
Keluarga yang dimulai dari nol itu gak salah dan juga bisa tetap
bertahan buktinya kisah Bapak Ibu.
Gak usah pacaran. Ganggu konsentrasi belajar. Tapi juga Ibu Bapak
menasehati jangan bersikap kasar ke orang lain yang mendekati, sampaikan bahwa
kamu itu gak pacaran dan jangan ngasih harapan/berkomitmen karena stepmu kesana
masih panjang
Setiap ada orang lain yang nanyain “kapan nikah? Pacarnya mana?” Eh
yang jawab Bapakku, “masih lama, masih banyak yang dikejar.” Yes gue aman dari
pertanyaan menyeramkan kayak gitu kalau ada Bapak. Kadang juga walaupun ku udah
jelasin, ada yang gak percaya kalau aku gak punya pacar, maka dengan santai ku
jawab, “ Gak percaya, silahkan tanya ke Bapak/Ibu” (Pertanyan ini muncul saat
lebaran, kumpul keluarga atau orang lain iseng nanya karena di lingkunganku,
umur segini itu udah siap-siap nikah dan sudah punya pasangan minimal hehe.)
Bapak Ibu selalu memikirkan resiko dari setiap pilihan, misal dilema
tentang wanita bekerja/full time housewife. Tapi intinya mereka hampir selalu
setuju dengan keputusanku.
Keberhasilan laki-laki itu dari usaha yang dipupuk sejak lama. Dan aku
kagum dengan laki-laki etos kerjanya tinggi/tipe pekerja keras sehingga dia
bisa sukses dengan perjuangan sebelumnya yang mengorbankan kesenangan masa muda
demi masa depannya.
Well, itu kegalauanku mengenai
bagaimana memilih calon suami. Ini artikel dibuat karena pertama, pesan Alm
Kakek dalam mimpi saat awal-awal kuliah agar tidak melupakan calon pasangan
hidup dan harus tetap dipikirkan dari sekarang karena itu untuk seumur hidup.
Kedua, request tulisan galau dari salah satu pembaca setia blog ini. karena
lagi galau makanya artikelnya gak jelas.
Nama diatas semua samaran ya..
jadi jangan kepedean!