hidup adalah sebuah perjalanan |
Akhirnya
sampai juga di kos jadi bisa nulis sepuasnya. Akhirnya satu per satu fase dalam
hidup terlewati. Akhirnya selesai juga tahap pencacahan/ pencarian data.
Akhirnya membaik juga sakitku. Hmm betapa banyak kelegaanku setelah melewati 2
minggu yang penuh dengan derai air mata. Hehehe beneran deh gak bohong.
Kali
ini saya akan bercerita PKL sekaligus tentang abses/bisul di mata. Ada-ada aja
kan bisul bisa dimata dan pas pkl pula. Jalan mengelilingi rumah satu ke
lainnya dengan menahan rasa sakit dan tidak nyaman. Alhamdulillah selalu
diberikan kesabaran dan rasa bersyukur oleh Allah SWT sehingga bisa melewati
semua dengan baik tentunya.
sabtu, 18 februari 2017, kelihatan kan kelopak mata kanan ada lingkaran merah |
Hari sabtu, 18 februari 2017. Kelopak
mata saya merah tapi cuma sedikit dan kalau dipegang sakit. Lalu minggu 19
februari 2017 sudah bengkak. Karena besuknya berangkat ke pulau bangka dan hari
minggu itu hujan. Jadi saya hanya ke apotik saja beli obat karena dikira cuma
bintitan biasa. Dikasihlah cendo micos.
minggu, 19 februari 2017 |
Proses keberangkatan sudah saya
jelaskan di artikel secuil cerita merasakan fasilitas negara Semakin hari bengkaknya semakin membesar dan rasanya
sungguh tidak enak. Dan pas buat sujud itu rasanya sakitnya sampai di kepala
ikut nyutnyutan otomatis semua badan juga merasakan gimana gitu.
salah satunya menelusuri jalan ini juga |
Kemudian hari rabu tanggal 22
mulai penelusuran wilayah. Jalan dari kantor desa(ujung kelurahan) hingga
paling ujung kelurahan tersebut untuk mempelajari batas Blok Sensus dan
mempelajari letak rumah. Di hari pertama ini saya menangis pada waktu shalat di
masjid pas selesai jalan kira-kira jam 1 karena dari pagi sekitar jam 9 saya
jalan jauh sekali untuk mengetahui rumah mana yang harus saya data dan mata
saya sangat sakit.
Hari berikutnya tanggal 23 adalah
listing. Setiap rumah harus saya datangi untuk menanyakan nama krt(kepala rumah
tangga), umur art(anggota rumah tangga), pendidikan krt, menempelkan stiker
listing yang berisi nomer bf(bangunan fisik), nomer BS(Bangunan sensus), nama
SLS, nomer blok sensus. Ada yang tidak
ditemui karena sedang bekerja, ada yang mengira saya ini sales, ada yang
ketakutan dan memandang saya seperti orang jahat, ada yang membantu
menerjemahkan jika saya tidak tahu, ada yang ramah sekali menanggapi saya, ada
yang tidur di dalam rumah dan tidak bangun ketika saya datang, ada yang tidur
lalu bangun mendengar saya permisi dan agak keras suaranya, ada yang...
pokoknya banyak deh. Keadaan mata saya semakin menyempit dibarengi dengan
membesarnya bisul saya.
Oh ya by the
way, saya bertugas di Desa Rukam. Setiap rumah di Desa Rukam menjadi jobdesk
saya dalam tahap listing. Tanggal 24 hari pencacahan sudah semakin membesar.
Dan sekitar jam 1 siang, bisul saya berdarah banyak, lalu saya minta kortim(ketua)
mengantar saya ke puskesdes, disitu ada Bu Bidan Yenni Oktavia dan Bu Dokter(lupa
namanya, asalnya dari tegal). Lalu Bu Dokter melihat dan menyuruh Bu Bidan
untuk memencet bisul saya sampai darah dan nanahnya keluar semua. Bu Bidan
berhasil mengeluarkan setengahnya. Karena selama proses pemencetan saya
menangis sesenggukan(saya berusaha tidak mengeluarkan suara tapi tetap
sesenggukan dan air mata terus menetes) sambil menggigit ujung jilbab saya lalu
dihentikan karena sudah tidak bisa dikeluarkan yang setengahnya. Saya
sebenarnya juga tidak kuat karena sakitnya sampai kepala pusing dan seluruh muka
saya merah sambil bergetar semua(rasanya kaya habis kesemutan, ada banyak semut
di muka dan kepala saya). Saya dalam posisi tiduran dan kaki saya sampai
sedikit diangkat karena sakitnya luar biasa. Bu Dokter bilang jika tidak
dikeluarkan maka tidak sembuh dan bisa menjalar ke mata saya makanya sampai
dipencet begitu. Lah saya kan juga takut. Menurut Bu Dokter juga salah obat
karena bukan bintitan tapi bisul, saya tau juga baru setelah disini.
habis dipencet, berusaha tersenyum biar gak kelihatan menderita |
Setelah dipencet bisul saya, saya masih terbaring lemah
tak berdaya di ruang prakteknya bu bidan tersebut. Sekitar setengah jam
saya baru bisa bangkit bangun dan jalan untuk makan lalu minum
obat(cipro dan parasetamol) karena disitu badan saya sampai panas. Setelah itu
shalat di rumah Bu Bidan. Bu Bidannya baik banget sumpah mana gratis lagi. Saya
disuruh istirahat gitu. Kemudian sekitar jam 3 saya jalan lagi listing dengan
mata di perban. Jam 4 korwilnya dateng(Weka) untuk membawa saya ke rumah sakit
karena kortimku(Yunita) panik dan khawatir. Sampai penginapan saya sebenarnya
mau ganti baju dulu, eh di penginapan udah ada Ketua PKL(Risal), Ajeng, Bapak Ketua BPS Kabupaten Bangka yang
mampir karena monitoring sakernas. Mendengarkan wejangan(sedekah itu gak bakal
hilang tapi dapat gantinya dan nasehat ketika pencacahan, dsb), foto dulu dsb.
Akhirnya gak jadi ganti baju langsung shalat di masjid dan ke Rumah Sakit Bhakti
Wara di Jalan Sungaiselan km.4 Pangkal Pinang.
Dirumah
sakit,ternyata gak bisa pakai bpjs karena bukan urgent(sudah dibawa ke
puskesdes), kata ayuknya(read:mbaknya) perawat kalau tadi berdarah-darah
langsung dibawa kesini bisa pakai bpjs karena urgent. Atau bisa jika ada
rujukan dari puskesmas. Karena saya juga kurang pengalaman dan gak tau akan
dibawa kerumah sakit(sebelumnya janjian sama dokternya ke puskemas di desa
sebelah mau dikasih salep, karena di puskesdes tidak ada salepnya). Ya mana
bisa ya misal minta rujukan, besuknya udah balik lagi nyacah, gak sempat karena dikejar target dan gak ada yang nganterin lagi. Yaudah lah
tanpa memperpanjang pemikiran, bayar aja jadi pasien biasa yang pura-pura
gak punya bpjs. Hmm, apapun itu saya menghormati prosedur yang ada. Bukan
untuk mengeluh, tapi mbo ya disederhanakan prosedurnya, wong orang tua saya
bayar kok(walaupun emang fasilitas kantor orang tua sih hehe).
Dirumah sakit, di UGD mungkin ada
sekitar 5 dokter dan perawat masuk dan dikasih salep(clorampenikol) dan dokter
memberikan analisa-analisanya lalu dikasih resep(antibiotik dan obat inflamasi).
Cuma dibuka perbannya sama perawat dikasih salep lalu ditutup kembali. Nunggu
obat dan bayar deh sekitar 230an ribu.
tanggal 25, berteduh di rumah warga karena diluar hujan lebat |
Besuknya tanggal 25 saya sudah
kembali listing dengan dibantu kortim sekitar 80 ruta yang dia data. Sisanya saya,
yang semua total 256 bangunan fisik. Dengan mata tetap ditutup perban(saran
dari bu bidan dan ayuk perawat) karena matanya kan ada lubang setelah dipencet
itu, takut ada bakteri lagi yang masuk. Yaudah lah saya ikuti dan laksanakan. Tiap
hari kaya ada nanah dan darah yang keluar nempel di perban walaupun dikit sih.
Selanjutnya wawancara selama 4
hari pada 20 rumah tangga(dibantu 2 sama
kortim). Dengan perban di mata, dilepas hari rabu,1 maret 2017. Kalau udah di
penginapan dilepas perban nya. Dan ini dia hari kamis udah baikan. Alhamdulillah
pantai parai, sungailiat kabupaten bangka |
Stay tune ya jika mau membaca cerita PKL saya.. thanks for reading. semoga bermanfaat
Aku juga pernah kik operasi kelopak mata. Di silet kelopak mata aku keluar kayak nanah. Alhamdulillah skrg udah sembuh. Semoga kamu selalu sehat kik!
BalasHapusAih kenapa bisa begitu kak? Boleh lah cerita". Aamiin. Semoga kakak juga sehat selalu
BalasHapus