Minggu, 26 Maret 2017

Puisi Hujan


Hujan selalu memberikan kesempatan untuk mengenangmu
Tentang cinta yang tak pernah sampai pada tujuannya
Kita yang sama-sama berjuang untuk mempertahankan
Tapi akhirnya kamu menyerah dengan fata morgana dunia

Pangeran yang kau sebut itu
Telah merenggutmu dariku
Perjuangan kita telah sampai pada akhirnya
Kamu pergi dengannya menjalani sisa hidupmu
Sedangkan aku?
Aku disini masih saja menatap getir hujan yang turun
Entah betapa hujan benci kepadaku
Karena terus menyainginya dengan air mata yang turun

Kenangan itu, biarlah menjadi secuil cerita dalam kehidupan kita
Aku tak akan menghapusnya dari kehidupanku
Biarlah menjadi waktuku saat hujan turun
Berlari dalam kenangan-kenangan yang telah tercipta

Kini hujan telah usai
Meninggalkan kesejukan untuk hati yang tandus
Memberikan kedamaian setelah lelah berlarian



sumber gambar : www.republika.com

Sabtu, 11 Maret 2017

PKL 56 yang Asli Keren Banget!

Halloo semuanya..
Petugas Cacah Lapangan(PCL), Koordinator Tim(Kortim), Koordinator Statistik Kecamatan(KSK) di Kecamatan Mendo Barat

Dikesempatan ini saya akan menceritakan tentang PKL kali ini yang menurutku keren banget. Selain tempatnya memang keren tapi yang diteliti dalam PKL ini tidak kalah keren, juga metode yang digunakan. Pencacahannya dengan full CAPI(mengisi hasil wawancara langsung ke gadget), ini sangat mempermudah, mempersingkat, dan menyederhanakan metode PAPI(quesioner dalam bentuk kertas, jadi ngisi jawaban respondennya juga di kertas). Dengan CAPI kita tidak perlu nulis dikertas lalu baru input, tapi langsung input saat pencacahan. Dengan program yang dibuat dapat mengetahui langsung jika validasi tidak terpenuhi dan bisa lanjut ke blok-blok tertentu sesuai dengan keadaan responden.

                Yang diteliti dalam PKL ini juga bermacam-macam, yaitu melihat kemiskinan dari berbagai sisi: pengeluaran,pendapatan, ketenagakerjaan, kesehatan, kematian bayi, persepsi responden tersebut dsb. Analisisnya bisa banyak. Apalagi menerapkan metode small area estimation survey, jadi bisa mengestimasi sampai wilayah desa. Hal yang baru untuk BPS dan STIS.

                PKL kali ini juga mengunakan 3 stage sampling: 1. Mengambil desa, 2. Mengambil blok sensus, 3. Mengambil rumah tangga. Kenapa mengunakan three stage karena kita ingin desa yang "tidak memungkinkan" tidak terambil sample, tapi desa-desa yang tak tercacah tersebut tetap bisa diestimasi dengan data potensi desa yang dikumpulkan oleh tim suplemen.

                Di PKL kali ini juga mengabungkan beberapa survey yang dilakukan BPS, contohnya: SDKI, Sakernas(survey ketenaga kerjaan nasional), dsb. Mengestimasi kemiskinan juga dari sisi pendapatan, hal yang tidak pernah dilakukan BPS karena selalu under estimate. Just wait and see the result!

                Kenapa tempatnya di Bangka Belitung? Karena Provinsi tersebut sangat pas untuk metode small area estimation yang hanya memiliki 7 kabupaten/kota dan memiliki jumlah desa yang tidak sebanyak daerah lain. Walaupun disana kemiskinannya rendah dan Gini ratio(tingkat ketimpangan pendapatan) nya rendah, tapi kemiskinan sekecil apapun merupakan suatu masalah yang perlu diselesaikan/dicari solusinya.

                By the way, saya salut sekali dengan semua pihak yang terlibat dalam PKL kali ini. Tim Pengolahan, Analysis, Metodhology, Quesioner, Umum, dan semua dosen yang terlibat dalam penelitian kali ini semua sangat hebat. Yang tidurnya sampai kurang, yang tersita waktu dan pikirannya, yang berjuang dengan keras mengumpulkan data, yang bertahan walau dapat penolakan dari responden, dsb.


                Luar biasa pejuangan semuanya.. semoga dibalas dengan lebih baik, berguna bagi diri dan bangsa Indonesia ini. Sebuah aksi nyata membangun bangsa!

pembukaan di kabupaten Bangka

5 Cerita Kehidupan Unik di Kabupaten Bangka


tim! KT201
Tulisan ini sebenarnya catatan untuk saya dan semoga bisa diambil manfaatnya bagi para pengunjung halaman blog ini.

Well, ini adalah pengalaman pertama saya berada di Pulau Bangka Provinsi Bangka Belitung. Selain terkenal dengan martabak bangkanya yang rasanya bikin pengen makan terus, Bangka Belitung juga terkenal dengan keindahan wisata alamnya yang sudah saya buktikan sendiri.

Saya akan menceritakan kengumunan saya  keunikan yang ada di Kabupaten Bangka ini

1. Desa Rukam yang kurang lebih separo rumah tangganya yang tidak punya WC dan BAB di kebun

Yah, tidak pernah saya bayangkan sebelumnya menemui banyak warga yang masih mengunakan cara lama dalam BAB, yaitu mengali tanah dan mengubur BAB nya di kebun. Hmm, ini bukan berkata-kata jorok ya, karena ini adalah fakta. You know that, BAB dengan cara itu bahaya lo, karena berpotensi mudah dalam penyebaran penyakit. Bu Bidan bercerita bahwa di Desa ini beberapa tahun lalu pernah terdapat KLB(Kejadian Luar Biasa) karena banyak warganya secara bersamaan sakit muntaber. Saya juga telah memberi laporan ke perangkat desa, beliau membenarkan penyataan saya dan bercerita sekitar 100 rumah yang belum memiliki WC. Beliau menambahkan lagi, sudah ada pembagian kloset gratis beberapa tahun yang lalu, tapi tidak semua dieksekusi oleh warganya. Saya hanya berpositive thinking saja bahwa mereka belum mempunyai uang untuk membangun fasilitas WC sendiri.

2. Tidak hanya mengenai WC, tapi banyak warga di desa Rukam yang masih mandi dan mencuci baju di sungai atau di pemandian umum terbuka.


Hmm, setiap pagi dan sore hari sepulang dari nyacah di desa ini, saya melihat banyak yang mandi dan mencuci baju di pemandian umum dan sungai. Tapi uniknya, laki-laki dan perempuan bergantian memakai fasilitas umum ini. Jika masih ada wanita-wanita yang mencuci baju, laki-lakinya nungguin di pinggir agar selesai semua lalu mereka baru mandi. Tapi jangan ngeres ya, mereka pakai kain(jarik) untuk basahan. Dan kain basahan ini tetap digunakan oleh mereka yang sudah punya kamar mandi sendiri. Kalau masyarakat disekitar habitat saya kan pakai handuk saja cukup ya.

3. Terdapat pelatihan public speaking tentang agama


Anak-anak kecil di desa ini setiap rabu malam ada latihan ceramah, ada juga menjadi MC, baca doa, dsb. Kegiatan tersebut dibimbing oleh karang taruna di desa tersebut. Selain itu ada juga mengaji TPA pada pukul 1.30 hingga jam 4. Tujuannya agar ada regenerasi untuk karang taruna dan latihan juga untuk lomba. Konsepnya unik, saya suka, adik-adik sekecil itu juga sudah pada kelihatan percaya diri, walaupun masih dalam tahap belajar sih.

4. Sebagian besar warganya bekerja di kebun
pohon lada


Mereka kebanyakan mencari nafkah di kebun, ada yang di kebun karet, sawit dan sahang(lada). Namun, ada juga yang satu keluarga punya ketiganya. Pertama kali lihat pohon-pohon itu secara langsung ya di sini. Btw, investasi lahan disana masih murah lo, skitar 15-25 jt per hektarnya. Itu masih dalam bentuk lahan ya. Kalau didalamnya sudah ada sawit yang siap panen ya sekitar 60 jt an lah.
Rumah kebun, untuk beristirahat siang hari



5. Ada pasar malam sekali dalam seminggu




Pasar malam disini menjual beraneka macam kebutuhan sehari-hari seperti sayur mayur, sabun, tas, jam, jamu, makanan, dsb. Baru ditempat ini saya  melihat kebutuhan sehari-hari seperti sabun, pasta gigi, deterjen, bumbu-bumbu, sayur dsb di bazarkan dipasar malam. Hmm, unik sekali dan lumayan rame. Btw pasar malam ini berpindah setiap hari dari desa satu ke desa lainnya. Masih traditional sekali ya. Kalau pasar malam di Klaten isinya berbagai wahana permainan, ada yang jual barang dan makanan sih tapi bukan kebutuhan sehari-hari.


Ada juga makanan yang baru saya coba disini: selada, tekwan, sama lempah kuning. Hmm, pengalaman sekali seumur hidup PKL di Bangka ini. Simulasi penempatan setelah wisuda dan magang. Dimanapun berada bersyukur saja, jangan kebanyakan mengeluh dan meratapi kehidupan. Fighting!

Btw, I miss that girl, nindi(anak pak sekdes)

Selasa, 07 Maret 2017

Kala Cinta Menyapa dan Rindu Tumbuh Bersemi


Setiap rindu muncul aku harus membenamkannya ke dasar hati
Saat rindu menyerang aku harus menikamnya dengan kejam
Ketika rindu datang aku harus mencampakannya
Waktu rindu tumbuh bersemi aku harus menguburnya dalam-dalam
Agar rindu tidak bergejolak tajam
Agar rindu tidak membuatku terjaga saat malam telah larut
Supaya rindu tak membuatku meratapi jarak dan batasan ini
Supaya rindu tak membuatku menjadi penyembah nafsu

Kala cinta menyapa, aku hanya bisa tersenyum kepadanya
Semua ini belum tepat waktunya
Menjadi sebaik-baik penjaga agar tidak terjerumus dalam kegelapan dan kesesatan

Ketika sudah tepat waktunya,
Aku akan mencarimu sampai keujung dunia
Aku akan menjadi pejuang yang tidak kalah hebatnya dengan dirimu
Aku akan mendekapmu erat seperti malaikat bersayap

Tidak, aku tidak berdusta

Ini hanya hayalan kala sepi menyergap dalam rintik hujan malam!




nb: foto diambil di Pantai Parai, Sungailiat, Kab.Bangka pada 2 Maret 2017

Senin, 06 Maret 2017

Orang-orang hebat yang ditemui selama di Bangka


Setelah kemarin mengungkapkan rasa bersyukur melalui tulisan secuil cerita merasakan fasilitas negara dan malamnya menelpon Ibu menceritakan dan menulis tentang haru biru pkl ku dan bisul di mata Siang ini saya akan menceritakan tentang suka cita PKL 56 kali ini.
jalan penghubung desa petaling dan desa rukam

Kami ber 15 menginap di desa Petaling yang merupakan pusat kecamatan Mendo Barat. Saya mendapat tugas di Desa Rukam sendiri, yang di google map jaraknya 19km. Pp habis 1 liter bensin hehe. Saya bersyukur mendapat Desa yang ideal menurut saya. Waktu kerja saya jam 9 pagi mulai berjalan-jalan di rumah warga hingga paling telat jam 6 malam. Saya bahkan biasa pulang ke penginapan paling awal dari yang lain. Kenapa saya sebut ideal karena warganya sedikit sekali yang tidak kerja di kebun, mereka biasa berangkat pagi sekali dan jam 11 siang sudah pulang hingga jam 1an baru kekebun lagi, nanti sekitar jam 5 mereka sudah pulang. Jadi, saya bisa temui sebagian besar warganya pada jam-jam itu. Terkadang juga ada yang menjadi ibu rumah tangga jadi kapan saja saya datang ada di rumah atau ada anaknya yang sudah pualng sekolah yang bisa saya tanya-tanyai.
foto diambil dari tempat biasa saya beristirahat

                Kadang siang saya tidak istirahat. Jika target dikira sudah hampir mencapai saya istirahat dulu makan dari bekal yang dibawa dan main hp sebentar lalu lanjut jalan lagi ke rumah-rumah warga. Setiap pagi saya diantar kortim(yunita) atau tim suplemen(rifqi). Malamnya juga dijemput mereka. Kalau pagi gitu habis sarapan kenyang kadang ngantuk di jalan karena udaranya seger banget samping-sampingnya kebun, tapi saya tetap berusaha fokus karena saya tidak memakai helm(gak ada soalnya) jadi bahaya apalagi ada beberapa lobang jalan yang kadang sangat mengagetkan.

                Berjalan-jalan dirumah warga dan mengangu mereka dengan pertanyaan-pertanyaan warga, sudah biasa saya lakukan dalam 10 hari ini. Sambil mengamati kehidupan di desa tersebut. Desa yang unik dan belum terlalu terpapar budaya luar. Saya menemukan berbagai orang yang sangat baik di desa ini.

1.     Bu bidan dan bu dokter

Sungguh, saya merasa sangat bertrimakasih kepada beliau-beliau karena telah membantu mengobati saya dengan tulus ikhlas. Semoga diberikan balasan dari Allah SWT dengan lebih baik. Beliau-beliau ini sangat ramah dan sangat membantu orang perantauan seperti saya ini, karena bu bidan juga pernah merantau di Ungaran untuk sekolah dan bu dokter juga sampai sekarang merantau di pulau bangka ini jadi sungguh sangat mengerti beratnya menjadi anak perantauan.

2.       Setiap responden saya di desa Rukam

Saya sangat berterima kasih atas setiap responden yang menerima saya dengan berbagai respon. Overall mereka semua ramah dan baik sekali, khas masyarakat pedesaan. Ada yang ngasih saya tumpangan untuk berteduh, ada yang ngasih biskuit, dan yang paling utama mereka ngasih jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan saya.

3.       Pak kades pak sekdes dan semua perangkat desa

Saya juga berterimakasih kepada beliau-beliau yang telah megijinkan saya PKL disana. Beliau-beliau mau membantu saya jika saya kesusahan. Pak sekdes dan istri yang memberi saya tumpangan tidur semalam dan beserta makan. Bang rifky yang udah memperkenalkan saya pada adik-adik kecil. Dan semua yang membantu menjawab apa yang menjadi pertanyaan-pertanyaan saya dengan sabar. Pak kades dan istri yang telah memberi tahu pada warga di pengajian bahwa akan ada bocah KKN seperti saya ini datang ke rumah-rumah warga.

4.       Teman-teman saya di PKL 56
Pantai parai


Terimakasih pada yunita dan rifqi yang setiap hari antar jemput saya. Maapin ya rifqi gara-gara jemput saya magrib-magrib, grimis, malamnya jadi sakit dan paginya dibawa ke rs.  Makasih juga buat weka(korwil) yang udah antar jemput dan nemenin untuk ke rumah sakit dipangkal pinang. Makasih buat ajeng dan risal(ketua pkl) yang jemput di penginapan dan nganterin ke rumah sakit. Makasih juga cewek-cewek di penginapan yang saling membantu satu sama lain dan saling pengertian. Makasih juga cowok-cowok di penginapan sebrang yang meluangkan waktu makan bersama sehingga kita semua merasa memiliki keluarga. Makasih juga buat kak mirza dan masito temen setimku sudah menemani dan by the way piknik kita sangat berkesan loo hehehe(di pantai parai dan asui restorant). Kalian ini wajah dan tingkahnya sungguh lucu dan mengemaskan deh wkwk. Terimakasih untuk semua angkatan 56 yang udah bekerja keras demi suksesnya PKL kita ini. Semoga kontribusi kita merupakan sebuah aksi nyata membangun bangsa.

5.       BPS
Galaxy Tab A, fasilitas BPS untuk pencacahan dangan CAPI


Terimakasih juga untuk Badan Pusat Statistik Pusat, Provinsi Bangka Belitung dan kabupaten Bangka yang membantu dan menampung kami hehe. Terimakasih juga untuk bang salam(koordinator statistik kecamatan) yang membantu menyewakan motor, penginapan, setiap pagi dan malam mengantar makan untuk kami, yang mengurusi kami, yang ngasih oleh-oleh untuk kami, dsb.
Huhf, mereka semua memang luar biasa hebat. Semoga kedepannya dipermudah dalam segala hal. Aamiin


Penasaran  dengan cerita-cerita PKL saya.. tetep  setia baca fb dan blok  ini ya... Terima Kasih Banyak

Minggu, 05 Maret 2017

Haru Biru PKL ku dan Bisul di Mata

hidup adalah sebuah perjalanan

Akhirnya sampai juga di kos jadi bisa nulis sepuasnya. Akhirnya satu per satu fase dalam hidup terlewati. Akhirnya selesai juga tahap pencacahan/ pencarian data. Akhirnya membaik juga sakitku. Hmm betapa banyak kelegaanku setelah melewati 2 minggu yang penuh dengan derai air mata. Hehehe beneran deh gak bohong.


Kali ini saya akan bercerita PKL sekaligus tentang abses/bisul di mata. Ada-ada aja kan bisul bisa dimata dan pas pkl pula. Jalan mengelilingi rumah satu ke lainnya dengan menahan rasa sakit dan tidak nyaman. Alhamdulillah selalu diberikan kesabaran dan rasa bersyukur oleh Allah SWT sehingga bisa melewati semua dengan baik tentunya.
sabtu, 18 februari 2017, kelihatan kan kelopak mata kanan ada lingkaran merah


Hari sabtu, 18 februari 2017. Kelopak mata saya merah tapi cuma sedikit dan kalau dipegang sakit. Lalu minggu 19 februari 2017 sudah bengkak. Karena besuknya berangkat ke pulau bangka dan hari minggu itu hujan. Jadi saya hanya ke apotik saja beli obat karena dikira cuma bintitan biasa. Dikasihlah cendo micos.

minggu, 19 februari 2017

Proses keberangkatan sudah saya jelaskan di artikel secuil cerita merasakan fasilitas negara Semakin hari bengkaknya semakin membesar dan rasanya sungguh tidak enak. Dan pas buat sujud itu rasanya sakitnya sampai di kepala ikut nyutnyutan otomatis semua badan juga merasakan gimana gitu.
salah satunya menelusuri jalan ini juga

Kemudian hari rabu tanggal 22 mulai penelusuran wilayah. Jalan dari kantor desa(ujung kelurahan) hingga paling ujung kelurahan tersebut untuk mempelajari batas Blok Sensus dan mempelajari letak rumah. Di hari pertama ini saya menangis pada waktu shalat di masjid pas selesai jalan kira-kira jam 1 karena dari pagi sekitar jam 9 saya jalan jauh sekali untuk mengetahui rumah mana yang harus saya data dan mata saya sangat sakit.

Hari berikutnya tanggal 23 adalah listing. Setiap rumah harus saya datangi untuk menanyakan nama krt(kepala rumah tangga), umur art(anggota rumah tangga), pendidikan krt, menempelkan stiker listing yang berisi nomer bf(bangunan fisik), nomer BS(Bangunan sensus), nama SLS, nomer blok sensus.  Ada yang tidak ditemui karena sedang bekerja, ada yang mengira saya ini sales, ada yang ketakutan dan memandang saya seperti orang jahat, ada yang membantu menerjemahkan jika saya tidak tahu, ada yang ramah sekali menanggapi saya, ada yang tidur di dalam rumah dan tidak bangun ketika saya datang, ada yang tidur lalu bangun mendengar saya permisi dan agak keras suaranya, ada yang... pokoknya banyak deh. Keadaan mata saya semakin menyempit dibarengi dengan membesarnya bisul saya.

Oh ya by the way, saya bertugas di Desa Rukam. Setiap rumah di Desa Rukam menjadi jobdesk saya dalam tahap listing. Tanggal 24 hari pencacahan sudah semakin membesar. Dan sekitar jam 1 siang, bisul saya berdarah banyak, lalu saya minta kortim(ketua) mengantar saya ke puskesdes, disitu ada Bu Bidan Yenni Oktavia dan Bu Dokter(lupa namanya, asalnya dari tegal). Lalu Bu Dokter melihat dan menyuruh Bu Bidan untuk memencet bisul saya sampai darah dan nanahnya keluar semua. Bu Bidan berhasil mengeluarkan setengahnya. Karena selama proses pemencetan saya menangis sesenggukan(saya berusaha tidak mengeluarkan suara tapi tetap sesenggukan dan air mata terus menetes) sambil menggigit ujung jilbab saya lalu dihentikan karena sudah tidak bisa dikeluarkan yang setengahnya. Saya sebenarnya juga tidak kuat karena sakitnya sampai kepala pusing dan seluruh muka saya merah sambil bergetar semua(rasanya kaya habis kesemutan, ada banyak semut di muka dan kepala saya). Saya dalam posisi tiduran dan kaki saya sampai sedikit diangkat karena sakitnya luar biasa. Bu Dokter bilang jika tidak dikeluarkan maka tidak sembuh dan bisa menjalar ke mata saya makanya sampai dipencet begitu. Lah saya kan juga takut. Menurut Bu Dokter juga salah obat karena bukan bintitan tapi bisul, saya tau juga baru setelah disini.
habis dipencet, berusaha tersenyum biar gak kelihatan menderita

 
Setelah  dipencet bisul saya, saya masih terbaring lemah tak berdaya di ruang prakteknya bu bidan tersebut. Sekitar setengah jam saya baru bisa bangkit bangun dan jalan untuk makan lalu minum obat(cipro dan parasetamol) karena disitu badan saya sampai panas. Setelah itu shalat di rumah Bu Bidan. Bu Bidannya baik banget sumpah mana gratis lagi. Saya disuruh istirahat gitu. Kemudian sekitar jam 3 saya jalan lagi listing dengan mata di perban. Jam 4 korwilnya dateng(Weka) untuk membawa saya ke rumah sakit karena kortimku(Yunita) panik dan khawatir. Sampai penginapan saya sebenarnya mau ganti baju dulu, eh di penginapan udah ada Ketua PKL(Risal),  Ajeng, Bapak Ketua BPS Kabupaten Bangka yang mampir karena monitoring sakernas. Mendengarkan wejangan(sedekah itu gak bakal hilang tapi dapat gantinya dan nasehat ketika pencacahan, dsb), foto dulu dsb. Akhirnya gak jadi ganti baju langsung shalat di masjid dan ke Rumah Sakit Bhakti Wara di Jalan Sungaiselan km.4 Pangkal Pinang.


Dirumah sakit,ternyata gak bisa pakai bpjs karena bukan urgent(sudah dibawa ke puskesdes), kata ayuknya(read:mbaknya) perawat kalau tadi berdarah-darah langsung dibawa kesini bisa pakai bpjs karena urgent. Atau bisa jika ada rujukan dari puskesmas. Karena saya juga kurang pengalaman dan gak tau akan dibawa kerumah sakit(sebelumnya janjian sama dokternya ke puskemas di desa sebelah mau dikasih salep, karena di puskesdes tidak ada salepnya). Ya mana bisa ya misal minta rujukan, besuknya udah balik lagi nyacah, gak sempat  karena dikejar target  dan gak ada yang nganterin lagi. Yaudah lah tanpa memperpanjang pemikiran, bayar aja jadi pasien biasa yang pura-pura gak punya bpjs. Hmm, apapun itu saya menghormati prosedur yang ada. Bukan untuk mengeluh, tapi mbo ya disederhanakan prosedurnya, wong orang tua saya bayar kok(walaupun emang fasilitas kantor orang tua sih hehe).

Dirumah sakit, di UGD mungkin ada sekitar 5 dokter dan perawat masuk dan dikasih salep(clorampenikol) dan dokter memberikan analisa-analisanya lalu dikasih resep(antibiotik dan obat inflamasi). Cuma dibuka perbannya sama perawat dikasih salep lalu ditutup kembali. Nunggu obat dan bayar deh sekitar 230an ribu.
tanggal 25, berteduh di rumah warga karena diluar hujan lebat

Besuknya tanggal 25 saya sudah kembali listing dengan dibantu kortim sekitar 80 ruta yang dia data. Sisanya saya, yang semua total 256 bangunan fisik. Dengan mata tetap ditutup perban(saran dari bu bidan dan ayuk perawat) karena matanya kan ada lubang setelah dipencet itu, takut ada bakteri lagi yang masuk. Yaudah lah saya ikuti dan laksanakan. Tiap hari kaya ada nanah dan darah yang keluar nempel  di perban walaupun dikit sih.


Selanjutnya wawancara selama 4 hari pada 20 rumah tangga(dibantu 2  sama kortim). Dengan perban di mata, dilepas hari rabu,1 maret 2017. Kalau udah di penginapan dilepas perban nya. Dan ini dia hari kamis udah baikan. Alhamdulillah
pantai parai, sungailiat kabupaten bangka
Setiap hari saat pkl saya selalu memperkuat keyakinan saya bahwa "saya  bersyukur masih diberikan mata,diberikan tubuh yang tidak kurang suatu apapun, diberikan hidup." setiap sakit menyerang dan rasa minder datang saya selalu mengecamkan hal itu dalam batin saya

Stay tune ya jika mau membaca cerita PKL saya.. thanks for reading. semoga bermanfaat

Secuil Cerita Merasakan Fasilitas Negara

Dalam syukur yang mendalam atas segala nikmat yang Allah SWT berikan.

Tak dapat kutuliskan nikmat Allah SWT yang beitu besar untuk kita semua mahluknya.

Tulisan ini bukan untuk pamer, karena memang tidak ada satupun dari diri saya yang pantas untuk dipamerkan. Selama ini saya masih dibiayai orang tua saya dan negara.

Tidak pernah saya menyangka sebelumnya, saya sekarang hidup di ibukota Jakarta, kuliah di sekolah tinggi kedinasan yang lulus langsung pns, dengan segala tunjangan dan fasilitasnya. Sungguh saya ini tidak dapat hidup tanpa belas kasih dari Allah SWT melalui orang tua saya dan negara. Ini beneran lo gak lebay

Itulah sedikit pembuka, sekarang kita menuju intinya. Apa sih yang ingin saya ceritakan? Penasaran yaa. Padahal enggak :p

                Well, saya baru aja kembali ke kos Sabtu, 4 Maret 2017 dini hari dari provinsi Bangka Belitung untuk melaksanakan PKL 56 (Pratek kerja lapangan angkatan 56), yang masyarakat di desa Rukam lebih familiar kalau dibilang KKN. Kami angkatan 56 STIS, PKL selama 10 hari di setiap kabupaten di Provinsi Bangka Belitung. Walaupun itu hanya bagian dari PKL kita selama 1 tahun yaitu pengumpulan data. Sebelumnya ada perencanaan, methodologi, dsb, dan setelahnya masih ada pengolahan data, analisis, penyajian hasil.

                Kali ini, saya tidak akan bercerita tentang haru biru PKL saya, tapi saya akan bercerita tentang rasa bersyukur saya atas segala fasilitas yang diberikan negara untuk kami. Lanjut aja..

                Saya tidak menyangka dapat melihat kehidupan luar Jawa dengan fasilitas negara dan fasilitas orang tua saya. Alhamdulillah luar biasa memang. Di umur saya yang masih 17 tahun(ups, 21 tahun ding), saya sudah bisa menikmati fasilitas negara untuk pkl ini, yang biasa dinikmati kalau udah jadi Menteri, DPR, dsb, seperti study banding atau kunjungan kerja gitu. Meskipun levelnya beda sih, tentu fasilitasnya juga beda.

Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang
                Saya juga tidak pernah menyangka di usia saya yang 21 tahun ini adalah my first flight and my second flight. Alhamdulillah tubuh saya masih baik-baik saja tidak kagetan seperti mual, pusing, dsb. Walaupun telinga rasanya gimana gitu karena tekanan udara(atau apalah itu) yang kembali normal ketika makan atau nelan ludah wkwk. Ini biaya tiket pesawat juga dibiayai negara melalui kampus saya. Luar biasa kan terbang gratis. Hmm, berada diatas awan asik juga walaupun cuma 2 jam wkwk. Tapi berdebar jantungnya ketika take off dan landing. Wait wait, ini beda lo deg-deg an nya ketika ketemu si dia hehe

LPMP, Pangkal Pinang

                Setelah sampai di bandara Depati Amir, kami menuju ke penginapan di pangkal pinang di LPMP, walaupun cuma semalem. Akan tetapi, saya bersyukur sekali karena tempatnya nyaman, satu orang satu tempat tidur dengan 3 tempat tidur disetiap kamar, kamar mandi di dalam dan ada ACnya. Alhamdulillah gak semua orang bisa nginep disini.

Kantor Gubernur Provinsi Bangka Belitung

Hari berikutnya ke kantor gubernur untuk pembukaan, di aulanya. Setelah itu ke kantor bupati untuk penyambutan dan pembukaan juga. Tidak semua orang juga bisa masuk tempat ini. Makanya bersyukur banget.
Kantor Bupati Kabupaten Bangka

Setelah itu nginap di rumah sewa untuk menjalankan pkl. Ini juga dibiayai lo sama negara, dengan makan pagi dan malam. Sisanya orang tua saya yang berperan banyak, dari pakaian, makan siang, jajan, uang saku, bensin dan perlengkapan lainnya.

Oo, iya dari kampus ke bandara, dari bandara ke tempat itu-itu tadi juga disiapkan bus. Tinggal diem aja sambil mengikuti arahan udah sampai deh. Itu semua juga berkat kerja keras teman-temanku yang tiada henti mengurusi keperluan kita semua.. Jazakumullah

Alhamdulillah luar biasa bersyukur....




Mau tau cerita tentang PKL kali ini? stay tune terus ya di blog dan di fb saya.. insyaAllah saya akan ceritakan. Namun bukan untuk pamer agar dapat diambil sisi positive dan manfaatnya.