Jawa Tengah, tempat kita bisa
bilang kita pulang. Tempat dimana kita tumbuh dan berkembang menjadi manusia
yang kamu angap hebat. Sangat melimpah sumber daya alam dan subur tanahnya.
Orang bilang tanah kita, tanah surga. Kita buang biji semangka didepan rumah,
beberapa minggu kemudian bisa dipetik buah semangka. Orang yang sudah terkenal
ramah dan dapat diterima diberbagai tempat, dibuktikan banyak orang Jawa Tengah
yang sukses diperantauan. Dualisme pembangunan adalah pembangunan yang dilihat
dari 2 sisi, positif dan negatif.
Grafik1.
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku di Jawa Tengah 2012 - 2014
Sumber: Badan Pusat Statistik
Produk Domestik Regional Bruto/PDRB adalah produk yang
dihasilkan oleh seluruh pelaku ekonomi(penduduk dan bukan penduduk) pada suatu
wilayah/daerah tertentu. PDRB menurut lapangan usaha adalah menghitung PDRB
berdasarkan sektor-sektor yang berjumlah 17, mulai dari sektor A hingga U.
1. 1. Bukan
pertanian
Sektor A yang merupakan Lapangan
Usaha Pertanian diposisi nomer 2 terbesar. Pendapatan terbesar daerah Jawa
Tengah bukan pertanian, berbeda dengan Indonesia yang perekonomian masih
bergantung pada sektor pertanian. Di Jawa Tengah sektor Pertanian mendapat
posisi kedua dalam PDRB. Memang banyak ya sedulur-sedulur kita di desa masih
bekerja sebagai petani. Tapi sayangnya mereka bukan yang memiliki lahan, mereka
hanya jadi buruh para tuan tanah, yang menurut saya pendapatan buruh tani
sangat kecil. Buruh tani yang semestinya juga mendapat perhatian pemerintah dan
kita semua agar hidupnya makin sejahtera. Bukan hanya peningkatan teknologi
dibidang pertanian yang harus difikirkan, tetapi juga kualitas SDM yang
menunjang pertanian. Dengan pendidikan yang baik untuk buruh tani, maka mereka
dapat meningkatkan kualitas hidup mulai dari kesehatan, pendapatan, dsb. Saya
bermimpi nih suatu hari nanti pertanian di desa kita sudah maju teknologinya,
maka memanen satu patok tanah hanya butuh dua orang. Dan yang sebelumnya jadi
buruh tani, mereka berganti pekerjaan menjadi pengelola hasil pertanian agar
bernilai lebih. Wow, hebat kan! Tapi itu hanya mimpi wkwk
2.
2. Industri Pengolahan/Manufacturing.
Lihat grafik 1, yang tertinggi
adalah sektor C yaitu sektor Industri Pengolahan/Manufacturing. Jadi nih
sedulur, yang jadi struktur ekonomi Jawa Tengah adalah manufacturing/industry
pengolahan. Udah berbau pabrik gitu hehe. Memang kemajuan di Jawa Tengah sudah
tidak bergantung pada sektor primer yaitu pertanian. Dan sedang menuju ke
sektor sekunder. Merasa gak sedulur, di kabupaten kita pabriknya nambah, yang
kebanyakan bukan milik sedulur kita. Entah milik orang cina, londo, atau
bule-bule yang udah naturalisasi (kayak sepak bola hehe) entah milik
pembesar bisnis yang pabriknya sudah puluhan. Dan sedulur-sedulur kita hanya
jadi bawahan mereka dan kebanyakan hanya sebagai buruh. Mereka merekrut
anak-anak muda lulus SMA sebagai karyawan mereka dengan gaji UMR bagi yang
sudah diangkat jadi pegawai kontrak/tetap. Kalo magang ya belum UMR. Bukan
berprasangka buruk ya. Tetapi saya mencium indikasi pemboikotan terhadap
kreatifitas anak muda. Buktinya mereka banyak merekrut pegawai yang setelah
lulus agar mereka tidak berkembang menjadikan masa mudanya merintis usaha
mereka sendiri sehingga beberapa tahun kedepan menjadi saingan mereka. Dengan
iming-iming memberikan gaji UMR kepada mereka dan bekerja tetap. Jadi mereka
sudah terengut hidupnya saklawase(read:selamanya)
jadi karyawan/buruh pabrik. Itu hanya penciuman saya lo ya, mungkin saja hidung
saya sedang pilek jadi otak salah menerjemahkan bau yang sebenarnya.
Atau kita berpositif thinking aja
yuk. Dengan dibagunnya pabrik di kabupaten kita maka perekonomian tidak
berpusat di kota besar seperti Jakarta, Karawang, Bekasi, Tangerang,
dansekitarnya. Jadi anak muda tidak perlu merantau jauh-jauh ke Ibukota hanya
untuk menjadi buruh pabrik. Dengan dibukanya lowongan pekerjaan bagi anak
muda/fresh graduate SMA maka akan mengurangi penganguran dan tentunya
mengurangi angka kemiskinan. Kalau yang udah terlanjur merantau, jangan sedih
balik saja ke desa, tuh samping desamu udah ada pabrik baru buka lowongan wkwk.
Tetapi pasti gak mau kan karena gajinya dikit tidak seperti di perantauan yang
gajinya gede. Aduh guweh mencium lagi nih strategi bisnis mereka, jangan-jangan
nih mereka membangun pabrik di kabupaten kita karena ongkos produksi murah,
dengan gaji UMR yang hanya 1jutaan. Padahal di Jakarta, karawang dan sekitarnya
UMRnya udah sekitar 3jtan. Tanah juga masih murah, pajak juga murah. Semakin
memperkaya mereka dong. Iya emang wkwk. Dengan dibagunnya pabrik-pabrik baru
yang biasanya dibangun dari tanah bekas pertanian, jadi semakin sedikit
sawah-sawah kita. jadi kalau sawahnya makin dikit, hasil berasnya juga makin
dikit, terus kita mau makan pakai apa dong? Beras plastik atau impor gandum
dari luar negri? Yaelah niatnya mau positip tingking malah jadi negatip lagi
huft. Mending gw tutup hidung kali
ya biar gak mencium bau yang aneh-aneh hehe.
Udah nih, jadi kesimpulannya.
Kita terima saja kemajuan Jawa Tengah dengan senang hati. Tetapi tetaplah
pemerintah harus berperan dalam keseimbangan ekonomi dengan mengeluarkan
kebijakan-kebijakannya untuk mengatur kemajuan tersebut. Sebaiknya meningkatkan
teknologi dibidang pertanian karena sebenarnya kita adalah negara agriculture.
Pertanian yang modern jadi bisa memajukan Jawa Tengah dalam bidang ekonomi.
Semangat sedulur!
Di kamar kos
yang kipasnya itir-itir, 29 Maret 2016