Minggu, 12 April 2020

Random: Married

Random Picture from my galery

Ditengah wabah covid-19 yang melanda, WFH bekerja di rumah menjadi pilihan banyak instansi untuk karyawannya. Ya, jadilah diri ini yang seperti kebanyakan orang jadi karyawan, dirumah terus. Yang biasanya susah banget cari waktu untuk rebahan, sekarang dipaksa rebahan hehe. Sampai bingung mesti apa lagi yang dikerja, udah bersihin sana, rapiin sini, dah kayak ibu rumah tangga yang anak sama suaminya lagi keluar kota, dasteran, piyamaan, ke kantor juga gak make up an, pergi juga cuma beli kebutuhan sehari-hari. Jadi punya banyak waktu untuk berfikir, tentang improvement diri, kehidupan, pengambilan keputusan besar, dsb.

Dan, beberapa hari ini, disuguhi temen-temen seangkatan menikah, ada 4 pasang temen yang baru aja sah jadi suami istri. Berfikir lagi kedalam diri, tidak ada kemajuan mengenai hal itu. Luar biasa hebat mereka berani memutuskan menghabiskan sisa umur dengan satu orang, yang tentunya manusia banyak kekurangan. Mereka mau menerima pasangannya, mau bersama-sama dalam susah senang kehidupan. Yakin, gak main-main untuk seumur hidup. Luar biasa, salutt, kagum. Lalu, flash back lagi mengenai hubungan yang sempat dijalani, tapi berhenti di tengah jalan karena tidak adanya keyakinan. Hanya main-main fikirku. Meng-cut semua komunikasi karena dosa juga kalau diteruskan dan tidak ada hal-hal syar’i untuk dibicarakan.

Sempat kefikiran untuk memulai lebih dulu, tapi wanita ini tidak cukup tenaga untuk mengambil langkah besar. Banyak keraguan, ya kalau dia ga punya wanita idaman lain, ya kalau dia mau menerima diri ini yang banyak sekali kekurangan, disana-sini di banyak aspek. Lalu mengendurkan niat lagi. Biarlah Allah SWT yang mengatur semua, aku yakin semua punya jalannya masing-masing. Wanita ini hanya mampu menunggu, tidak mampu menghampiri lebih dulu. Fikirku, jika memang ditakdirkan bersama, insyaAllah akan bersama.

Ada yang ngajak nikah, tapi tidak cocok, mengenai pekerjaannya yang tidak pulang dalam waktu yang sangat lama, memikirkan lagi kalau sudah punya anak bagaimana, lalu kutinggalkan, kutolak. Yang sebenarnya dia orang baik, tapi tidak sekufu dalam hal pendidikan dan tidak pas dengan visi misiku dalam pernikahan.  Aku tidak siap menjadi super women yang di banyak kesempatan tidak didampingi suami.  Banyak juga yang ngode, dan aku sebagai wanita 24 tahun paham sekali. Tapi, tidak serius yang seperti itu, dia pasti juga gak yakin, masih cari-cari, tebar jala siapa yang nyangkut.

Dan, wanita khususnya yang berprinsip seperti diriku, pasti tidak suka jika ada laki-laki yang mendekati tapi belum yakin akan menjalani sisa hidup bersama. Sudah tinggalkan saja. Karena sebenarnya yang banyak tidak yakinnya itu wanita, eh ini malah lelaki, yang seharusnya meyakinkan wanita bahwa dia mau bertanggung jawab sepenuhnya, mencintai dengan tulus, dst. Memang begitu, seharusnya lelaki yang berjuang untuk mendapatkan wanitanya, bukan malah di "tidak yakini".

Hmmm, beneran berisi curhatan yaa tulisan kali ini, bagaimana lagi, namanya juga blog pribadi, ya bebas dong, semau saya. Tapi pembaca dapet kan apa yang bisa diambil pelajaran dari pemikiran random ini? Ya, intinya jangan lakukan kalau itu dosa, seperti berkomunikasi dengan lawan jenis tanpa adanya hal-hal syar’i. Harus yakin dong kalau mau menjadikan wanita menjadi istri. Kalau masih banyak gak yakin berarti kurang persiapan, kurang pemahaman, hal itu ya kusaranin jangan deketin wanitanya dulu. Wanita kebanyakan, yang mau serius ya, pasti gak mau nerima yang setengah-setengah, pasti maunya diperjuangin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar