Selasa, 25 Oktober 2016

2nd Year in Jakarta


mencari jalan kemana harus melangkah

Sebelumnya tak pernah terbayangkan untuk hidup di kota metropolitan ini. Dulu Jakarta difikiranku hanya ada banjir dan macet karena berita tv mengatakan itu selain kriminalitasnya. Ternyata setelah disini, semua terasa berbeda dan banyak yang sudah kutemukan disini tapi bukan cinta :D

Berangkat dari kabupaten kecil bernama Klaten ke ibukota yang penuh dengan kemegahan memang terasa njomplang. Jakarta itu sangat menarik. Disela-sela kesibukan kuliah dan organisasi aku jelajahi beberapa destinasi menarik di Jakarta dan sekitarnya, seperti Monas penuh kenangan manis, kota tua, museum-museum, ragunan, hutan mangrove, mall-mall, pasar-pasar, pameran-pameran, stadion, ancol, kebun raya bogor, masjid istiqlal dsb. Selain itu dengan mudah bertemu artis di mall menjadi hal biasa dan tidak ada sesuatu yang spesial. Naik bus TransJakarta, Kereta listrik, bajai, angkot, ojek, taxi, mobil, kopaja, metromini menjadi biasa tapi tetep yang special adalah jalan kaki, karena disini gak bawa motor jadi kemana-mana seringnya jalan kaki. Berdiri berjam-jam di transportasi umum sudah biasa karena macet. Akses yang mudah ke tempat nongkrong dan makan seperti mcd, pizzahut, sevel(sayangnya udah tutup yang disamping kampus), kafe cuma tinggal jalan aja dari kosan.

Benar seperti di ftv pertama liat gedung tinggi-tinggi seperti orang terkagum-kagum, gimana ya bisa bangun gedung setinggi itu dan jaraknya deket-deket. Merasa aneh saat duduk sampingan dengan orang tapi tidak saling menyapa, padahal di klaten itu adalah kesopanan. Saat mencoba memulai percakapan seperti di Klaten malah dilihat sinis sama lawan bicaranya. Ternyata orang jakarta emang gitu tidak suka terlalu banyak komunikasi(basa-basi) dengan orang yang tidak dikenal karena hal tersebut tidak terlalu penting dan menghindari kriminalitas(jangan-jangan malah dihipnotis lagi). Dan hal itu kebawa pas balik kampung hohoho, kadang ditegur bapak suruh menyapa atau salim(berjabat tangan) jika sudah kelupaan.

                Sudah banyak perjalanan yang aku lakukan di jakarta ini. Ternyata semua itu hanya kesenangan yang sesaat. Aku orangnya lebih suka datang ke tempat baru daripada mengulang ke tempat yang sama kecuali udah jadi tempat favorite. Setelah tidak ada destinasi yang aku inginkan maka mulai bosan dan lebih betah di kos atau beli tiket kereta terus pulang kampung. Hmm, di pertengahan tahun pertama aku menemukan setitik cahaya islam di jakarta ini. Aku mulai mengikuti liqo’(pengajian kecil dibimbing kakak tingkat), tahsin(belajar baca al quran), pengajian-pengajian, kepanitiaan rohani islam, baksos ke suatu tempat. Udara yang menyegarkan untukku disela-sela polusi tinggi udara dijakarta.

                Aku mulai belajar bagaimana Islam yang sebenarnya, mulai melakukan kewajiban yang belum aku laksanain misal belajar baca al quran yang benar, menjadi agen muslim yang baik. Ternyata menjadi agen muslim yang baik bukan dengan menyebarkan kabar kebencian terhadap sesama tetapi menebarkan kasih sayang kepada semua orang entah orang islam atau bukan. Aku mulai mengenal orang yang sekitar umurku tapi islamnya udah keren banget bisa ngapal qur’an dan menerapkan Islam dengan bener. Aku ini bagai debu-debu diantara mereka-mereka hohoho L

                Selain mengenal Islam tapi aku juga lebih mengenal kehidupan karena keluar dari ketek bapakibu zona nyaman bersama keluarga. Aku belajar memanage uang, waktu, emosi, perasaan dengan baik. Aku juga belajar menjadi wanita yang baik walaupun gak sampai-sampai kesitu hohoho seperti memasak, merajut, mencuci, dsb. Jika dirumah tugas sudah dibagi-bagi. Aku dapetnya nyetlika kalau dirumah jadi gak mewajibkan nyuci, masak, dsb. Banyaknya terima beres aja kalau dirumah. Tapi kalau disini harus berproses semuanya. Mau makan ya masak dulu, mau pakai baju ya nyuci dan nyetlika dulu, dsb.

                Ritual pagi yang menyenangkan dikosan adalah sarapan roti dan buah sambil dengerin radio habis itu berangkat kampus seringnya sampai habis magrib. Pulang ke kos tinggal nyelesein kewajiaban seperti tugas, target amalan harian, dsb, tidur deh. Disini radio nya asik-asik buat didengerin kayak prambos, genfm, indica, dsb karena gak ada tv wkwk.

Pukul 09.50
Jakarta, 25 okt 2016

Jumat, 21 Oktober 2016

Rejeki Tak Akan Tertukar

Haii, semangat pagi, Assalamualaikum wr wb kawans..
              Mau cerita dulu tentang kerisauan yang di rasakan hampir sebagian besar manusia, yaitu rejeki. Banyak dari kita yang masih sekolah/kuliah risau akan masa depannya, mau jadi apa, mau kerja dimana, dapet duit kagak, duitnya cukup ga, dsb. Yang udah kerjapun banyak yang berfikiran apakah gajinya cukup untuk memenuhi kehidupan, bulan depan bisa makan kagak, utang bisa kebayar lunas atau gak, dsb. Padahal kita semua sudah tahu bahwa Rejeki, jodoh, maut sudah ada yang mengatur,  Alloh sendiri yang menjamin rejeki hambaNya.
                Rejeki yang dimaksud bukan hanya uang, tetapi kesempatan, kebahagian, badan sehat, pikiran tenang, udara, detak jantung dsb, karena jika tidak mempunyai hal tersebut kita membutuhkan banyak uang untuk menebusnya. Sudah banyak yang menghitung jika Alloh tidak memberikan oksigen gratis maka akan berapa uang yang dikeluarkan selama hidup. Rejeki itu luas, dan tak terhitung seperti nikmat yang telah Alloh tapi kita jarang mensyukurinya L dan gak pernah puas. Kita diberikan rasa sakit itu juga bentuk kasih sayang Alloh terhadap kita. Misal, kita tidak mempunyai reseptor rasa sakit, saat kaki terkena kenalpot dengan tidak sadar dan kita tidak merasakan sakit maka akan gosong semua kaki kita, saat pekerja pabrik tangannya masuk ke mesin tanpa sadar dan dia tidak merasakan sakit, makan habis sudah tangan tergilas mesin. Jika bisa merasakan sakit, saat kesentuh kenalpot dikit langsung kita menghindarinya, jika tangan masuk mesin maka kita bisa mematikan mesin/ menarik tangan kita. Rasa sakit tersebut sebenarnya untuk menjaga diri kita. Nah, kurang baik apa Alloh dengan kita, tapi kita jarang menyadarinya dan terus-terusan mengeluh.
Bumi Alloh itu luas sekali.

                Bumi Alloh itu luas, kamu bisa hijrah kesana kemari untuk mencari rahmat dan rejekiNya. Seperti kata orang jawa gelem obah mesti mamah(orang yang mau berusaha pasti juga bisa menghidupi dirinya). Nah, masalahnya masih ada diantara kita yang tidak mau berusaha keras mencapai apa yang diinginkannya, tidak mau berpindah dari kampung halamannya, padahal siapa tau rejekimu di tanah rantau. (huhuhu menghibur diri sendiri). Seperti kutipan imam syafi’i “ Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang...” penyemangat dan motivasi banget tuh kata-kata. Kalau mau istirahat ya di surga kelak, pasti selama hidup penuh dengan perjuangan dan cobaan. Walaupun hidup memang sulit tapi dalam QS. ASY-SYARH:5-7 “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai(dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras(untuk urusan yang lain).” Dalam ayat tersebut disebutkan 2 kali jika bersama kesulitan ada kemudan jika kita mau menyelesaikan kesulitan tersebut dan tidak kabur. Nah, pada ayat ke 7 kita juga harus tetap bekerja keras selama kita hidup. Kuncinya yakin dan kerja keras. Dalam QS. ASY-SYARH:8 “Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” itu tuh kuncinya biar kita tidak capek karena berharap kepada manusia, tetapi berharap kepada Tuhan biar iklas, jadi rasanya lebih mudah dan tenang dalam menghadapi cobaan dariNya.
                Banyak dari kita juga khawatir piring nasinya diambil orang(maksudnya tidak mau berbagi dan takut habis rejekinya). Akan tetapi setiap kita menyedekahkan maka sesungguhnya itu yang dimaksud rejeki untuk diri kita sendiri dan janji Alloh akan menganti apa yang kita sedekahkan berkali-kali lipat. Aku juga sudah membuktikan janji Alloh tersebut berulang kali dalam 20th lebih ini.
Cerita 1:
                4 tahun yang lalu saat saya SMA, saya menjadi distributor majalah dakwah(majalah smarteen, majalah gratis dengan infaq minimal 5000). Saya tahu majalah itu dari mb tika(my best(~) friend). Nah saya mengedarkan form ke kelas-kelas sekitar 10 lebih kelas. Dan setiap bulan saya mengumpulkan amplop yang isinya uang infaq tersebut dan mendistribusikan majalah kepada member saya tersebut kolektif per kelas. Cara itu ternyata efektif pada saat itu dan setiap bulan saya setor (dengan nominal sekitar 700 hingga satu jutaan) ke mas agung  yang menghandle pendistribusian majalah tersebut ke saya(gak tahunya rumahnya gak jauh dari rumah saya). Saya niatkan bekerja untuk Alloh, maka saat ditanya “kok gak dapat komisi?” ya saya kadang menjelaskan kadang cuma senyum saja. Berjalan kurang dari 2 tahun saya akhirnya lulus. Ketika saya lulus sepertinya tidak ada yang meneruskan(padahal saya sudah buat kaderisasi, dan saya juga menghubungkan pihak majalah), mungkin cara dakwahnya harus berganti dan lebih kreatif. Dan apa yang terjadi pada hidup saya? Saya akhirnya diterima di STIS(Sekolah Tinggi Ilmu Statistik), yang sekolah tersebut gratis dan memberikan uang tunjangan ikatan dinas sebesar 1 jt per bulan, dan lulus insyaAlloh langsung pns. Selama 4 tahun(48bulan) dapet uang 1jt walaupun libur juga tetep dikasih. See... betapa Maha Besar Alloh.
                Dan saya juga baru sadar, diterimanya saya di STIS juga berkat orang tua saya yang dulu merawat saudara jauh selama 3 tahun mbak eka sekolah SMK. Merawat disini bukan berarti mengurusi secara penuh, karena orang tua juga kerja, cuma hidupnya dirumah kami, dengan segala fasilitas yang tidak seberapa mewah. Waktu ketemu bude(ibu mbak eka) dia menyadarkan saya “ Iya Alhamdulillah, ternyata kebaikan orang tuamu dibalas untuk kamu karena membantu sekolah mbak eka dulu” hmm, betapa saya kagetnya, luar biasa sedekah dan berbuat baik itu. Mbak ekaa kangeenn,, maap ya dulu masih kecil sering ngepotin mbak eka. Sampai ke kamar mandi aja minta ditemenin. Mengenang masa sebelum TK dulu... u u u
Cerita 2:
Sudah berkali-kali barang hampir ilang, tapi karena masih rejekinya tetap balik ke saya. Saya dulu meninggalkan hp dengan tidak sengaja di GOR, eh ada orang yang mengembalikan, padahal logikanya itu diluar GOR ya sudah pasti hilang. Saat di kereta perjalanan menuju jkt, koper saya taruh di tempat naruh barang gede-gede. Eh gak taunya kebawa orang. Nah, dia sadar setelah sampai di deket tempat duduk sayaa... dia kebingungan ini koper siapa yang dia bawa. Anehnya dia sadar di dekat tmpat duduk saya dan tidak kebawa olehnya. Tuh kan, Alloh ada bukan hanya di mekkah tetapi juga di INDONESIA. Cerita seperti itu banyak di temukan di mekkah, tapi di indonesia juga terjadi.
                Cerita diatas bukan untuk pamer tapi semoga bisa diambil ibrah(pelajaran) untuk semua pembaca. Masih banyak sebenarnya cerita saya. Kapan-kapan saya ceritain pas kita meet up deh wkwk.
                Intinya , jika mau kaya bukan dengan menumpuk harta tapi dengan bersyukur dan merasa cukup. Maka hidup kita tanpa beban dan kita merasa semua dapat terpenuhi, nah itu kan yang kamu sebut kaya?.. Manusia memang tidak pernah merasa puas. Jika hanya mengejar dunia maka tidak akan kamu dapat karena kamu akan merasa kurang kurang dan kurang. Punya sepeda pengen punya motor, habis itu pengen mobil, habis itu pengen pesawat pribadi, habis itu pengen buat planet pribadi, dst dst. Tapi, jika kita merasa cukup maka semua masalah seperti akan terselesaikan. Punyanya cuma itu ya gunain dengan maksimal jadi tenang kan. Cita-citanya supaya berguna bagi sesama, jangan cuma dapet pendapatan banyak saja.
                Sudah ya, curhat, motivasi diri, pengingat diri. Gak kerasa udah 1.5 jam juga nulisnya, sekarang mau nugas *time series* dulu. Bye bye. Always be useful for others. Ganbatte!

Jumat, 07 Oktober 2016

Usaha Mengikhlaskanmu


Telah berapa kali kau habiskan hatiku dengan semua perlakuanmu. Telah berapa lama kau buat aku menunggu tanpa kepastian. Telah betapa kejam kau campakan diri ini. Telah berapa jauh kau buatku melangkah hanya demi dirimu. Sungguh, sudah hancur, habis dan berantakan hati ini karena ada dirimu. Aku sudah lelah dan hafal tentang semua sifat dan sikapmu yang sangat kejam itu. Sungguh, aku merasa semua benar-benar tak bermakna dihadapanmu. Semua usaha yang ku lakukan hanya kau abaikan dan tak kau acuhkan. Penat pikiran ini karena semua berpusat pada dirimu. Kau bukan hanya menghancurkan hatiku tapi kau juga ambil dariku, hingga saat ini sudah tak ada lagi. Sudahlah, aku muak dengan diri ini yang terus berlari menuju dirimu.
Saat ini, aku sudah ada di titik balik perjuangan. Sudah, aku sudah menyerah tentang kamu. Iya, kamu yang selama ini aku agung-agungkan layaknya dewa. Kenyataannya, aku bukan dewi. Sudah seharusnya aku sadar dari awal tentang sikapmu. Tapi saat itu, aku masih buta atau pura-pura buta dengan semua tanda. Hingga menyebabkan aku jatuh sedalam-dalamnya. Ketika itu aku menutup semua mata, telinga, pikiran dan hati untuk menyadari bahwa aku sudah salah arah saat menujumu. Yah benar, aku memang egois karena memperjuangkan milikku tapi tidak memikirmu. Aku yang selama ini pura-pura tak mengerti bahwa telah kau berikan hatimu pada dewi itu. Dewi yang sangat jauh berbeda dengan diriku yang kotor, lusuh dan berantakan. Terlalu terlambat menyadari bahwa diriku ini impossible jika bersanding denganmu. Kualitas diri ini masih jauh jika dibandingkan denganmu.
Jatuh, lalu bangun pada keesokan harinya. Aku tak tau mengapa sulit sekali aku berhenti memperjuangkanmu. Apakah aku terlalu takut untuk menyerah? Atau aku hanya memperdulikan hatiku tanpa peduli dengan yang lain? Sebegitu dalamnya aku tenggelam dalam keindahanmu, hingga tak sempat menolong diriku sendiri. Aku terlupa bahwa diri ini telah terlalu tinggi terbang untuk menggapaimu. Yaa, akhirnya aku jatuh karena tak kunjung menemukanmu. Sudah parah luka dalam diri ini. Akan tetapi, hanya aku diamkan ia menganga dan akhirnya aku tak sanggup lagi menahan perihnya. Aku sudah pasrah, aku sudah tidak mau berusaha memilikimu. Aku sakit dan sendiri dalam gelap malam. Aku terus berjalan dan menunggu di tepi jalan berharap kau menolongku. Akan tetapi kau tak muncul juga, kau tak datang untukku, kau tak menghampiriku. Sudah, berkali-kali aku berkata sudah pada diriku, “Sudah menyerahlah hai kamu”.
Malam ini akan kuakhiri semua ini, akan ku lepas kau sejauh-jauhnya. Tak akan lagi ku berlari kearahmu. Aku akan tetap disini mengakhiri perasaanku sendiri. Sudah tak kuhiraukan, apapun yang kau lakukan, aku tak peduli lagi. Biarlah kupendam semua gejolak dalam batin. Aku sedang berusaha memperbaiki semua dan melupakanmu. Akan tetapi, apa daya semua usaha melupakanmu hanya sia-sia saja. Semakin aku berusaha melupakanmu, ingatan semakin jelas muncul dalam pikiran dan hati terasa tercabik-cabik. Sudah tumpah berkali-kali air mataku. Yaa, aku sudah lelah meneteskan air mata. Yang kulakukan sekarang lebih menyakitakan lagi yaitu memendamnya dan menahan tangisan. Huaa rasanyaa sungguh luar biasa pedih.
Pilihanku ternyata salah untuk melupakanmu. Sejauh ini tak membuahan hasil. Aku masih saja termenung dan perih dalam hati setiap detik dalam hariku. Menyerah aku melupakanmu. Setelah dalam perenungan yang mendalam, ternyata yang harus aku lakukan adalah meikhlaskan. Aku merelakan semua yang pernah aku lakukan. Aku mengikhlaskanmu pergi dari hidupku. Lakukan apapun yang kau inginkan, aku takkan mengganggumu barang sedetikpun. Jika aku terlupa mulai merangkak menujumu, tolong ingatkan usahaku yang sudah sangat keras meikhlaskanmu. Aku hanya butuh bantuanmu agar engkau sembunyikan sinarmu dariku, atau jika tidak, aku yang harus bersembunyi dari sinarmu. Sudah, aku harus memulai kehidupanku sendiri tanpa bayang-bayangmu lagi. Aku akan mulai berjalan tanpa memikirkanmu. Aku akan menjalani hariku dengan baik dan ikhlas. Tenang saja, aku tak akan melakukan hal sama dengan dulu.
Saat ini, hariku jalani dengan ceria, lebih tepatnya berusaha ceria. Aku tetap berdoa agar ceriaku ini dapat mengubah diriku menjadi sebaik-baiknya manusia. Mungkin di waktu yang akan datang saat kita bertemu lagi, aku akan melihatmu hanya sebatas teman. Aku tak akan menyalahkan dan membencimu sedikitpun karena apa yang aku rasakan adalah urusanku sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan dirimu. Aku yang bersalah dalam hal ini, jadi tenang saja kamu tidak akan mempunyai masalah denganku.
Aku berjanji untuk melakukan yang terbaik setiap hari. Akan kusiapkan diri dan hati untuk menyambut cinta yang baru. Aku akan lebih bersyukur saat aku jatuh cinta lagi karena aku sudah punya bekal. Kalaupun aku tak bisa jatuh cinta, aku akan berusaha setiap hari mencintai dia yang mencintaiku. Tidak masalah bagiku untuk menjalani hari seperti itu karena dua insan yang sama-sama mencintai dan bersatu adalah sangat luar biasa. Lama-lama jika hati dipupuk dan disirami setiap hari, aku yakin akan tumbuh bunga cinta yang indah pula. Aku butuh bersyukur setiap harinya agar semua berjalan dengan baik.
Sudah, aku sudah mengihklaskanmu. Aku berdoa semoga kamu selalu bahagia dalam hidup. Yang perlu kamu ketahui, aku tak pernah membencimu karena membenci adalah hal yang menyakitkan. Aku tetap berharap kamu hidup dengan baik. Tetap bersinarlah setiap hari. Aku yakin harimu akan lebih indah tanpa diriku.
Sedang apa kamu sekarang hai masa laluku? Kalau aku sekarang sedang pura-pura mengikhlaskanmu. :D