Saat itu waktu menunjukkan sore hari.
Aku bergegas pulang dari aktivitasku. Didepan gedung tempatku beraktivitas ada
sehamparan sawah yang tak kusangka ada almarhum kakekku yang sedang menuai
padi. Beliau gagah sekali dengan badan tinggi dan sedikit berisi, wajah
antusias, ceria dan menunjukan kecerdasan. Beliau mengunakan baju batik dan
celana hitam halus. Ku pandangi wajah dan gerakkannya sampai ia berkata, “uwis
sadar to?” maksudnya sudah sadar bahwa almarhum kakekmu ada di depannya. Lalu aku
menghampirinya dengan segera. Aku peluk dia dengan sejuta rasa kerinduan yang
mendalam. Setelah itu dia mengajakku untuk berjalan ke sawah yang padinya sudah
siap untuk dipanen. Dengan gagahnya dia bilang, “ Bar sinau turunan to. Ngene
lo aplikasine nang kehidupan. Nak metik pari ki diketok ojo mepet pucuk tapi
ameh gon bongkot. Karo ngongo arit sik bagian mburine.” Pertama beliau
mencontohkan dengan mengunakan pisau yang tajam. Lalu dengan mengunakan bagian
belakang sisi pisau. Saya disuruh mengunakan sisi pisau di bagian belakang
dengan maksud jika mengunakan pisau tajam akan menyakiti padinya. Dan disitu
saya beranggapan jika dipetik dengan pisau tajam padi tersebut tumbuh lagi
dengan keadaan tidak sebaik sebelumnya. Kalau memetik padi jangan seperti yang
lainnya. Yang cepat dan meninggalkan sesuatu yang tidak baik. Tapi semua harus
ada proses, perjuangan dan harus hati-hati.
saya dilarang memetik padi seperti orang-orang pada umumnya karena mereka
meninggalkan sisa batang padi yang banyak, atau harus
beda. Tapi saya disuruh ambil padi beserta batangnya. Dengan tujuan
tidak ada yang dibuang sia-sia. Ini menunjukan totalitas
dalam semua hal. Dia menunjukan cara memetik padi karena ilmu padi itu
banyak sekali. Yaitu menunjukan kemakmuran,
kerendahan hati dan menjadi sangat dibutuhkan oleh banyak orang. Sesuai dengan
keadaanku yang baru berusaha untuk mencari ilmu yang kelak akan saya gunakan
untuk mencari rezeki untuk keluarga, orang lain dan kehidupan di masa
mendatang. Lalu beliau melanjutkan dengan menasehati untuk memikirkan calon
pendamping hidup. Beliau berkata, “ konco urip ki yo penting dipikerke soko
saiki. Ojo asal-asalan milehe. Kudu pas karo atimu. Ojo gur asal pileh.”
Secara, aku gak pacaran dan gak memikirkan sejauh itu. Dan beliau mengingatkan
tentang itu. Saya disitu hanya bisa speechless karena beliau berkata dengan
sangat bijaksana. Saya disitu sadar bahwa kami sudah di alam yang berbeda
setelah beliau memeluk cucunya ini lalu beliau naik lagi kealamnya.
Setelah itu
aku critakan kepada kakak sepupuku. “Mb aku mau bar di mimpini pak tuo lo.”
Artinya mb aku tadi habis didatengi kakek di mimpi lo. Kakak sepupuku bilang
“iyo lah pantes wong kowe cucu kesayangan.”
Dengan
tiba-tiba aku terbangun lalu melihat jam di ponsel dan waktu menunjukkan pukul
3.25 WIB tanggal 15 November 2014. Aku terdiam sebentar, ternyata tadi hanya
mimpi. Lalu aku ambil air wudhu untuk beribadah. Banyak pelajaran yang berharga
di mimpiku itu. Dan aku bersyukur kepada Allah SWT mendapat mimpi yang syarat
akan makna. Di dalam mimpiku itu aku sadar bahwa itu hanya mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar