Senin, 20 September 2021

She Needs to be Prioritized



She said, “sibuk apa engga tergantung prioritas”

Mungkin emang gitu ya wanita selalu meminta untuk diprioritaskan, seperti dia memprioritaskan laki-laki tersebut. Namun mencoba melihat dari sisi si laki-laki, terkadang memang gak semua kejadiaannya seperti itu, ada hal lain yang lebih penting darinya dulu. Bukan berarti tidak memprioritaskan, tapi sometime emang hal lain lebih perlu. Tapi tetep, it breaks her heart.

Mengetahui kenyataan bahwa dia bukan satu-satunya yang terpenting dalam hidup si laki-laki, memang pahit. Namun, sepertinya kejadiaannya memang seperti itu. Kebutuhannya untuk diprioritaskan, lalu terlukai jika tidak, mungkin terus akan berulang. Tapi memang kehidupan isinya ga hanya yang manis-manis aja, harus mau yang pahitnya juga. Kadang pahit itu sebagai treatment untuk lebih sehat lagi hatinya. Hehe, ketawa miris.

Dengan siapapun kehidupan ia jalani, pasti ada kecewanya. Tinggal apakah bisa diteruskan, apakah layak untuk diperjuangkan. Atau memang perjuangannya tidak terlalu kuat hingga tidak mampu untuk meneruskan. Hubungan koleris-plegmatis, emang biasanya si koleris merasa sudah memberikan segalanya, sedangkan ia merasa pasangannya tidak berjuang sama sekali atau kurang perjuangannya. Sedangkan dari sisi si plegmatis, kenapa harus terus berjuang, padahal ia merasa sudah cukup sangat berjuang dari sikapnya yang biasanya; santai, gak mengejar apapun, dsb

Ada wanita, jika tidak diprioritaskan, merasa sangat tidak percaya diri. Mungkin ia tidak cukup membuatnya yakin untuk menjadikan ia sebagai prioritas. Apakah pasangannya deserved, apakah ia deserved untuk bersama, banyak sekali pertanyaan yang ada di dalam dirinya. Memikirkan kembali, apakah layak atau tidak. Apakah pasangannya siap atau tidak. Pun begitu dengannya, apakah ia siap dan layak.

Mungkin dalam fikirannya “harus mencari laki-laki keberapa yang sanggup menjadikan ia sebagai prioritas.” Nope, mungkin ia perlu juga meneruskan kehidupannya bahwa masih banyak yang perlu di perjuangkan. Ganti fokus. Kehidupan bukan hanya tentang laki-laki. Bahwa sendiri atau berdua, ia tetap utuh, ia tetap layak untuk bahagia. Tidak mengantungkan kebahagiaan kepada mahkluk, nanti kecewa, ‘eh beneran kecewa’.

Setiap kejadian dalam kehidupan memberi kita pelajaran. Semoga tidak mudah lagi terlukai dan kecewa. Lebih di hargai lagi dirinya. Bisa bahagia.

Lebih menerima dirinya, bahwa ia tidak sempurna. Terkadang bahagia, sedih, merasa dicintai, merasa tidak dicintai, rame, sepi, terluka, kecewa, sembuh, senang, dsb. Menerima diri yang butuh di prioritaskan. Menerima kurang dan lebihnya pada diri. Its okay… semua akan baik-baik saja pada waktunya. Kalaupun hari ini tidak semangat, lagi murung, atau emosi-emosi negative lainnya, gapapaa, it is just a bad day not a bad life.

Dari kejadian ini jadi lebih mengenal diri, kebutuhan diri dan semoga lebih terlatih ya, jadi kedepan hal-hal seperti ini tidak terlalu menyakitkan, kan pernah dialami, semoga.