Kamis, 29 September 2016

Ketakutan


Didunia yang sunyi ini, aku mencoba menuliskan apa yang sedang dalam benakku. Aku sungguh merasa takut terhadap diriku sendiri. Aku takut diriku ini menjadi kafir setelah beriman dan aku takut iman yang ada dalam diri ini semakin menurun, yang mengakibatkan hidupku pasti hancur. Tanpa iman dalam diriku, mungkin sifat kesetananku terhadap kenikmatan dunia pasti muncul.
Aku ceritakan dulu kenikmatan yang aku rasakan dalam keadaan iman dan islam. Aku sungguh bersyukur aku dapat melalui jalan islam ini. Dengan bekal takut terhadap dosa, hidupku menjadi teratur dan membuatku bebas karena berada dalam aturan. Sesungguhnya hidup bebas adalah saat kita tidak melanggar aturan karena hati kita tenang dan tidak merasa was-was dan takut. Aku terbebas dari hal-hal merusak seperti alkohol, obat-obat terlarang, seks bebas, sombong, kasar, dsb. Bayangkan jika tidak terdapat iman dalam diriku, sungguh mudahnya aku melakukan itu semua dan menjadikanku manusia yang buruk. Aku tidak biasa melanggar aturan, buang sampah sembarangan pun aku sangat menghindari karena aku tahu merusak alam adalah dosa, bayangkan jika semua manusia dibumi berfikiran sepertiku, pasti sungai bersih, lingkungan nyaman tanpa sampah, banjir dapat dihindari, dsb.  Aku sering melakukan sesuatu karena ibadah which is membuatku ikhlas dalam menjalaninya dan hati menjadi damai. Pekerjaan yang didasari rasa tidak ikhlas akan menjadi semakin berat dan sulit. Dan pekerjaanku sekarang memang berat tetapi aku tidak menambah berat dengan hati yang tidak ikhlas, dan mengharap kepada manusia. Nah setelah aku belajar islam yang benar, aku sangat menghindari mengharap kepada manusia karena itu akan membuat kecewa. Kebahagian sesungguhnya ada di dalam hati bukan pemberian dari manusia lain. Apapun pendapat orang tentang diriku, aku tidak memikirkan terlalu banyak, yang penting adalah Alloh SWT selalu tahu diriku. Masih banyak kenikmatan-kenikmatan yang aku dapatkan dari Islam karena ibadah-ibadah  penyembahan terhadap Alloh seperti sholat, mengaji, puasa, dsb.
Huaa... Saat ini aku sangat takut aku kehilangan kenikmatan-kenikmatan tersebut. Aku takut saat ajalku tiba aku tidak khusnul khotimah. Aku takut jika aku menjadi wanita yang menyebabkan orang lain masuk neraka karena bujuk rayu dan perbuatanku. Aku takut jika nantinya aku menjadikan Ayah, Suami, dan Anak laki-lakiku masuk neraka karena mereka yang ikut menangungku saat aku mengumbar aurat dan dosa-dosa lainnya. Sungguh aku takut jika hidupku tidak berguna bagi sesama. Aku takut aku menjadi orang yang individualis yang semua hanya berpusat pada diriku. Aku takut saat perjalananku kedepan, aku berada dalam jalan yang salah. Aku takut aku kehilangan imanku yang menjadi kekuatan terbesarku saat menjalani tantangan hidup yang merupakan perjuangan dan cobaan. Huhf sungguh mengerikan diri ini, saat ini beribadah, mungkin 1 jam kemudian bisa melakukan dosa besar. Aku takut aku kembali terjerumus dalam dosa.. Astaufirullah, hamba yang hina ini memohon ampunanMu ya Alloh, ya Tuhanku.

“Ya Alloh, jangan Engkau ambil imanku setelah Engkau berikan, jadikan hamba senantiasa menambah iman hamba, jangan jadikan hamba kafir setelah beriman ya Alloh, jadikan kami menjadi manusia yang beruntung saat bertemu denganMu. Ya Alloh Yang Maha Pembolak-balik hati, jagalah hati kami agar selalu terpaut padaMu.”

Senin, 19 September 2016

Surat untuk Dek Ian dan Fauzi 15 Tahun Kedepan


             Hai, adek-adekku. Umur berapa kalian sekarang? Gimana sekolahnya? Atau kalian udah kerja? Sehat kan? Masih suka tidur siang? Atau malah udah gak pernah wkwk. Salam rindu selalu setiap hari.
Aku menyukai anak-anak kecil. Anak orang aja aku seneng apalagi keluargaku. Mereka adalah Febian dan Fauzi. Anak Mas Dendi dan Lik Walidi. Jadi ian itu keponakanku dan fauzi itu sepupuku. Aku care banget sama mereka seakan-akan mereka harapanku di masa depan. Aku suka mengurusi mereka. Walaupun kadang aku teriak-teriak marahin mereka, itu karena aku pengen mereka bener, bentuk kasih sayangku juga. Kalau aku udah marah banget aku cuma diem aja, nanti mereka yang cari perhatian sendiri. Aku gak bisa lama-lama marah sama mereka juga. Rasanya ada rasa puas seneng gitu melihat mereka makan, mandi, tidur, belajar dengan bener. Apalagi saat kita tidur bareng, mereka pulas duluan, melihat wajah mereka yang tanpa dosa gitu, asyik. Saat mereka pergi ngaji terus salim cium tangan dan bilang “Assalamualaikum”, wah rasanya adem gimana gitu.
`               Pasti ada gak enaknya lah ya, saat mereka nakal banget dan cenderung menyakiti kayak maen terus mukulin gitu, dah kalau kayak gitu aku pangil Bapak wkwk. Kalau gak gitu jurus terakhir masuk kamar, kunci pintu. Nanti Ian nangis sendiri hehehe. Kadang mereka juga gak nurut kalau disuruh belajar. Susah banget suruh belajar sama tidur siang. Lucunya Ian tuh, dia kalau main keluar rumah gitu, dipangil ya pulang, tapi sampai rumah nangis mimblik-mimblik  gitu hehehe. Kalau fauzi lucunya tu pas diajak maen batminton atau bal-balan gitu nyalahin mulu, padahal dianya yang kagak bisa wkwk. Dia juga lebih dewasa daripada Ian, ya jelas lah ya orang selisihnya hampir 2 tahun hehe. Ada juga kejadian lucu sedih gimana gitu. Pas aku tidur siang, ian sama uzi maen oyak-oyakan, jentikan uzi ketusuk kawat di mobil remot kecil. Ian bangunin aku sambil nangis, padahal uzi aja gak nangis. Kawatnya bentuknya mata pancing gitu. Dia nangisnya bentar banget, habis itu dia bisa kasih saran “tariken wae”. Ya aku tarik ya. Tapi kagak lepas-lepas, betapa dia nahan sakit.  Aku tarik kan gak bisa, alhasil aku bawa ke bu bidan, dipotong dagingnya dikit pakai gunting sama bu bidan kasih obat pulang. Pakai 1/10 uang tunjanganku wkwk. Terus pas di tempat bu bidan dia nangis pas dangingnya dipotong dikit. Habis itu gak nangis, sorenya udah maen kayak biasa, daebak. Kalau keinget ya senyum-senyum sendiri hehe. How i love them so much.
                Mereka juga suka berantem sendiri, nakal-nakalan gitu. Yang paling sering sih Ian nya nangis. Kalau Ian nangis uzi cuma bisa lihat dan diem wkwk. Aku suruh minta maaf juga kagak mau. Yaudah ntar berhenti sendiri dianya. Tapi mereka saling sayang kok. Kalau beli sesuatu gitu dia bilang buat fauzi satu gitu. Kalau ke rumahku yang dicari fauzi, ya cuma ian. Fauzi juga kadang nurut kalau diajak ian tidur siang, walaupun aku tau fauzi tuh hampir gak pernah tidur siang. Fauzi juga kadang habisin makan ian biar gak aku marahin kalau makanannya gak abis. Aku selalu menerapkan ke mereka gak boleh buang-buang makanan, walaupun 1 nasipun. Nurut aja mereka mah, walaupun alasannya gak masuk akal, nanti nasinya nyariin kalau gak dimakan. Kalau aku kasih tau yang sebenernya, mereka juga belum bisa memahami. Paling suka lihat mereka tertawa lepas pas liburan kepantai main air.
                Harapanku sih mereka gak lupain aku saat aku merantau semakin jauh. Aku mau aku ada dihati mereka walaupun lagi jauh. Aku juga berharap dan berdoa kedepannya mereka sukses. Dan mereka adalah orang-orang yang membuat aku selalu semangat meraih cita-cita, agar kedepannya aku bisa bantu mewujudkan cita-cita mereka. Bukan hanya dengan materi, tetapi juga support dan doa. Dan saat kita sama-sama sudah dewasa, kita bisa saling bantu. 10 sampai 20 tahun kedepan semoga kehangatan dan perasaan kita setidaknya sama bahkan bertambah dari saat ini. Ingatlah kesabaran dan kasih sayang mbak mu dan tante mu ini setiap kita bertemu. See u on our big success.
Mbak Kiki dan Tante Kiki nulis ini semoga menjadi kenangan untuk kalian berdua.
                                                                               
Warung Mas Dendi depan rumah, 19 September 2016.