Mengapa manusia selalu merisaukan tentang kehidupannya di dunia. Padahal dia mempunyai pencipta yang dekat sekali dengannya. Lebih dekat dari urat leher. Manusia mempunyai pelindung pengawas dalam menjalani kehidupannya. Seberat apapun beban dan cobaan yang manusia lalui akan selalu ada Alloh yang menolong dan menentukan yang terbaik baginya.
Manusia sering merasa ketakutan
yang sangat besar ketika mendapat tekanan dari luar seakan-akan dia lupa bahwa
Alloh lebih besar dari masalahnya itu. Banyak karyawan yang takut kepada bosnya
melebihi takut pada Tuhannya seakan-akan bosnya yang menentukan rejekinya. Padahal
yang menjamin setiap rejeki makhlukNya adalah Alloh.
Banyak mahasiswa yang sangat
takut kepada dosennya. Sampai-sampai membuat belajar yang merupakan kewajiban
utama terganggu hanya karena ketakutan tersebut. Keep calm guys! Dosen juga
sama-sama makhluk Tuhan hadapi saja dengan baik. Banyak diantara mereka yang
hanya mengejar nilai dan peringkat terbaik, melupakan tujuan utamanya yaitu
beribadah. Mereka akan merasa capek dan tidak tenang karena obsesi yang
dibangun dalam otaknya, bahwa yang akan sukses adalah yang mendapat nilai
terbaik.
Manusia banyak acting untuk meraih sesuatu yang tidak
berguna saat kehidupan kekal nanti. Banyak manusia yang saling menjatuhkan karena takut piring nasinya direbut oleh
orang lain. Manusia menghalalkan segala cara untuk meraih apa yang mereka
anggap bisa menyenangkan hatinya. Tetapi lihat lagi dalam hatimu. Kosong tidak
ada apa-apa. Hai, hanya dengan taat dan bersyukur hidupmu akan bahagia.
Manusia menuhankan hawa nafsunya.
Memuaskan lidah dan menjalin hubungan terlarang hanya karena ingin memenuhi
hawa nafsunya. Manusia saling berlomba-lomba mengejar trend yang setiap saat
selalu berganti. Padahal tahukah kamu, boleh jadi saat kamu melakukan itu,
Alloh mencabut nyawamu. Di akhir hidupmu berakhir dengan buruk dan tidak sempat bertobat. Apa yang dapat kau
pertanggung jawabkan pada penciptaMu kelak.
Manusia saling berlomba-lomba
menumpuk harta dan sangat pelit berbagi kepada sesama. Mereka melihat sesuatu
hanya berdasarkan untung rugi bagi dirinya sendiri. Mereka tidak mau melakukan
sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat materi bagi dirinya. Membantu orang
lain pun mereka jarang lakukan buktinya masih banyak gubuk reot disamping
gedung yang tinggi megah. Masih banyak orang membuang makanan dan masih banyak
manusia kelaparan, terlilit hutang.
Akupun juga manusia. Semoga tulisan
ini sebagai pengingat diri di masa depan.
Jakarta, 2 Mei 2016.
19.38.