Senin, 02 Mei 2016

Alloh Lebih Dekat daripada Urat Leher


Mengapa manusia selalu merisaukan tentang kehidupannya di dunia. Padahal dia mempunyai pencipta yang dekat sekali dengannya. Lebih dekat dari urat leher. Manusia mempunyai pelindung pengawas dalam menjalani kehidupannya. Seberat apapun beban dan cobaan yang manusia lalui akan selalu ada Alloh yang menolong dan menentukan yang terbaik baginya.

Manusia sering merasa ketakutan yang sangat besar ketika mendapat tekanan dari luar seakan-akan dia lupa bahwa Alloh lebih besar dari masalahnya itu. Banyak karyawan yang takut kepada bosnya melebihi takut pada Tuhannya seakan-akan bosnya yang menentukan rejekinya. Padahal yang menjamin setiap rejeki makhlukNya adalah Alloh.

Banyak mahasiswa yang sangat takut kepada dosennya. Sampai-sampai membuat belajar yang merupakan kewajiban utama terganggu hanya karena ketakutan tersebut. Keep calm guys! Dosen juga sama-sama makhluk Tuhan hadapi saja dengan baik. Banyak diantara mereka yang hanya mengejar nilai dan peringkat terbaik, melupakan tujuan utamanya yaitu beribadah. Mereka akan merasa capek dan tidak tenang karena obsesi yang dibangun dalam otaknya, bahwa yang akan sukses adalah yang mendapat nilai terbaik.

Manusia banyak acting untuk meraih sesuatu yang tidak berguna saat kehidupan kekal nanti. Banyak manusia yang saling menjatuhkan  karena takut piring nasinya direbut oleh orang lain. Manusia menghalalkan segala cara untuk meraih apa yang mereka anggap bisa menyenangkan hatinya. Tetapi lihat lagi dalam hatimu. Kosong tidak ada apa-apa. Hai, hanya dengan taat dan bersyukur hidupmu akan bahagia.

Manusia menuhankan hawa nafsunya. Memuaskan lidah dan menjalin hubungan terlarang hanya karena ingin memenuhi hawa nafsunya. Manusia saling berlomba-lomba mengejar trend yang setiap saat selalu berganti. Padahal tahukah kamu, boleh jadi saat kamu melakukan itu, Alloh mencabut nyawamu. Di akhir hidupmu berakhir dengan buruk dan  tidak sempat bertobat. Apa yang dapat kau pertanggung jawabkan pada penciptaMu kelak.

Manusia saling berlomba-lomba menumpuk harta dan sangat pelit berbagi kepada sesama. Mereka melihat sesuatu hanya berdasarkan untung rugi bagi dirinya sendiri. Mereka tidak mau melakukan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat materi bagi dirinya. Membantu orang lain pun mereka jarang lakukan buktinya masih banyak gubuk reot disamping gedung yang tinggi megah. Masih banyak orang membuang makanan dan masih banyak manusia kelaparan, terlilit hutang.

Akupun juga manusia. Semoga tulisan ini sebagai pengingat diri di masa depan.

Jakarta, 2 Mei 2016. 19.38.